(7)

2.2K 191 24
                                    

Hari sudah sore. Jungkook terbangun dari tidurnya yang begitu nyenyak. Jennie bilang, dia akan membangunkan Jungkook jika hari sudah siang. Dan lihatlah ini sudah jam berapa. 16.50. Sore.

Namja itu keluar dari kamarnya. Celingak celinguk seperti seorang maling.

Dia menuruni tangga dengan cukup cepat. Perutnya berbunyi tadi. Lapar.

Ugh, pantas saja. Jennie sedang lelap tertidur di sofa.

Baekhyun? Jin? Dimana mereka?

Rumah begitu sepi seperti tanpa kehidupan. Jungkook melihat kamar Jin, bahkan ruangan itu kosong. Hanya terlihat beberapa buah cutter di atas meja nakas. Hiyy,, melihatnya saja sudah membuat Jungkook bergidik ngeri.

Bugh..
Sebuah pukulan mendarat tepat di punggung Jungkook. Membuat kelinci itu tersungkur sambil mengaduh kesakitan.

"Tak sopan sekali kau, Babi! Melihat lihat kamar orang tanpa izin!" Baekhyun terlihat begitu kesal. Jungkook mulai mengeluarkan air matanya.

"Maaf,Hyung. Maaf..." Jungkook masih terisak.

"Ck." Jin hanya berdecik sebal. "Aku tak sengaja,Hyung. Aku hanya memeriksa apakah kau ada di dalam. Hanya itu,Hyung... hiks..hiks.." Jungkook terus merengek.

"Kau benar benar minta di siksa!" Pukulan bertubi tubi menghantam wajah manisnya Jungkook. Membuat luka memar dan darah keluar dari sana.

"Sudah,Hyung." Jin menahan tubuh Baekhyun yang masih belum puas. Sejauh ini, memang Jin lah yang paling dekat dengan Baekhyun.

"Jungkook, aku sudah dari market untuk membeli bahan makanan. Dan aku ingatkan, bahwa melihat lihat kamar orang lain itu tak sopan." Jin menatap tajam adik bungsunya itu.

Jennie? Masih dengan damainya tertidur.

"Iya,Hyung. Maaf..hiks." Jungkook bangkit lalu berjalan menuju kamar mandi. Berniat membersihkan luka di sudut bibir dan pelipisnya.

"Hiks...hiks.. kenapa Hyungku itu jahat sekali? Masalah spele begini saja di perbesar.. hiks.." Jungkook menangis sambil menatap wajahnya di cermin.

Jungkook berjalan, kebetulan melewati Jennie yang ternyata sudah bangun.

"Astaga, Kookie. Kenapa? Apa Oppa menyiksamu lagi?" Jennie dengan sigap menghampiri adiknya itu lalu memegang kedua pipi gembilnya.

Jungkook hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Ssshhh," Jungkook meringis saat obat merah di usapkan pada lukanya.

"Sudah,Noona. Perih sekali." Jungkook menjauhkan tangan Jennie yang berniat untuk mengobatinya.

"Aaarghh!" Pekik Jungkook saat Jennie menekan lukanya secara tiba tiba. Sakit sekali.

"Mau sembuh tidak?! Aku kasihan melihat wajah manismu terluka!" Jennie membentak. Membuat Jungkook sedikit terperanjat.

"I-iya. Jangan melotot lagi. Aku takut matamu keluar." Mendengar ketakutan Jungkook, Jennie justru semakin memelototkan matanya.

Jungkook mengalihkan pandangannya. Sedangkan Jennie sudah terbahak keras melihat ekspresi adiknya itu.

"Bhaks,hahaha! Kau lucu sekali, Kookie!" Ucap Jennie sambil mencubit pipi Jungkook dengan gemas.

"Akh! Sakit!" Jungkook menepis kasar tangan itu.

"Utututu..." Jennie memajukan bibirnya meledek Jungkook. Lalu setelah itu, dia tertawa lagi. Jungkook hanya menekuk wajahnya kesal.

Jungkook membaringkan tubuhnya di sofa putih di dekat kamar Jennie. Dia terlalu takut untuk turun ke bawah dan menemui dua Hyungnya yang menyeramkan.

Sweet Tears: Blessing-[VK] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang