(47)

1.5K 131 26
                                    

.....

Seperti sebuah mimpi, karena batas antara kenyataan dan dunia khayal itu seolah tak ada beda. Hanya bagaimana cara kita menanggapi, dan membedakan.

Jimin mengantar Taehyung menuju makam Jungkook dan saudara saudaranya. Kebetulan makam keempatnya berendengan dengan makam orang tuanya. Juga makam saudara kecil mereka, Yoonjin.

Taehyung melihat nisan bertuliskan nama Jungkook itu dengan sendu. Air matanya sudah mengering sedari tadi. Namja itu hanya dapat mencengkram satu buah kelopak mawar sambil menyebut nama Jungkook dengan lirih.

Hanya berharap, siapa tahu yang mati itu bukanlah Jungkook.

Namun nihil.

Tak ada apapun.

Tak ada siapapun yang merangkul bahunya dan menenangkan namja itu. Jungkook telah hilang. Telah ditelan bumi. Benar benar sempurna.

Jungkook mereka.

Jungkooknya.

"Kau tahu, Kookie? Aku jauh jauh datang kesini dari bintang hanya untuk bertemu denganmu. Aku ingin melihatmu tersenyum untuk terakhir kali sebelum kita benar benar berpisah. Aku merindukan segalanya yang berkaitan dengan sahabat kelinciku ini. Jika diberi kesempatan, aku ingin kita duduk di genting rumahmu lagi, berbincang. Aku ingin membuatmu kesal lagi. Aku rindu rengekanmu! Tapi kenapa kau tidak menungguku datang? Kenapa kau malah mati sebelum aku menemuimu?! Mian, Kookie. Aku minta maaf karena telah masuk ke dalam hidupmu. Maaf karena membuatmu bersedih. Tugasku adalah membuatmu bahagia, Kook. Tapi aku telah gagal. Aku gagal untuk membuat senyummu itu abadi. Maaf karena aku pula tak dapat menyelamatkanmu dari pembunuhan ini. Seharusnya sekarang aku masih ada disini. Bersamamu. Jika saja musuh Lyra tidak datang, pasti aku masih bisa membuatmu kesal. Aku hanya dapat berdoa satu hal. Semoga kau tenang bersama alam barumu. Temukan kebahagiaanmu diatas sana, Kook. Berjanjilah padaku. Aku sangat menyayangimu..." Ucap Taehyung lirih sambil mengusap nisan Jungkook.

Namun sekelibat cahaya terlihat menghiasi langit siang itu. Cahaya berwarna kuning keemasan yang melaju begitu cepat. Sebuah benda terang menghampiri Taehyung.

"Canis Minor mendekati Lyra dengan sangat cepat, Pangeran. Aku diperintahkan untuk memberitahukanmu hal ini. Kau harus segera pulang. Kami semua memerlukan kekuatanmu." Orang itu berseru. Taehyung yang mendengarnya langsung panik.

Sesuai yang dikatakan sang ayah, dia memegang kalung itu dan meminta untuk pulang. Lalu dengan cepat, Taehyung melesat menuju bintang kelahirannya itu.

....

Dia telah sampai. Taehyung melihat sang ibu sedang menangis di aula istananya seorang diri.

"Ibu!" Taehyung berseru dan menghambur ke dalam pelukan sang ibu. Ratu Vega menangis tersedu sedu dipelukan anaknya. Tangannya bergetar hebat. Giginya menggertak.

Dia sangat ketakutan.

"Ibu, tak apa?"

"Tidak, Latizar. Cepat keluar. Penderitaan menunggu disana. Orion dan Lyra akan segera diserang." Ratu itu kembali menangis tersedu sedu.

Taehyung mengangguk. Lalu dengan cepat, dia terbang menuju halaman istana yang sudah dipenuhi keramaian para rakyat.

Betapa terkejutnya dia saat melihat rasi Canis Minor yang sudah jauh lebih dekat. Kini terlihat jelas bagaimana bentuk dan formasi mereka. Juga para panglima yang memasang wajah arogan mereka.

"Siapkan formasi dan persenjataan kalian!" Teriak raja Vega yang langsung dituruti semua rakyatnya. Keadaan sangat kacau sekarang. Tak sedikit pula yang memilih diam dan menangis ketakutan di rumah mereka masing masing. Memang benar kata sang Ratu, penderitaan sudah menunggu di depan mata.

Sweet Tears: Blessing-[VK] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang