Jungkook masih belum tersadar pagi itu. Seharusnya dia sekolah sekarang. Dia tertidur pulas dalam keadaan tengkurap. Lukanya sudah mengering. Lebih terlihat seperti bekas jahitan.
Jennie begitu panik saat tak menemukan Jungkook di kamarnya. Maksudku, kamar Jennie.
"Jungkook! Kau dimana? Astaga,, jangan buat aku khawatir..." Jennie masih mencari cari Jungkook. Di kolong kasur pun tak ada. Dia mencari sampai ke kamar Baekhyun.
Namja itu sudah terbangun.
"Oppa, apa kau lihat Jungkook? Kemana dia?" Intonasi Jennie terdengar khawatir.
"Entahlah. Di kamarnya tak ada?" Tanyanya dan hanya dibalas anggukan Jennie.
Jennie teringat sesuatu. Kemarin, Jungkook bilang akan ke loteng. Ah, siapa tahu ada disana.
Jennie membuka pintu dan betapa terkejutnya dia saat melihat sang adik tengah terkapar di lantai.
"Jungkook!" Jennie menghampiri adiknya lalu menggoyangkan tubuhnya kencang. Jika boleh jujur, Jennie itu sedikit phobia terhadap darah. Dan sekarang dirinya harus melihat begitu banyak darah keluar dari kulit punggung Jungkook.
Dan juga dari balik pelupuk matanya.
"Baekhyun oppa!!" Yang dipanggil pun segera menghampiri Jennie dengan cepat. Namja itu tak kalah terkejutnya.
"Bangun, bocah!" Baekhyun menggoyangkan tubuh namja itu dengan kencang. Dirinya tak memperdulikan darah.
Jungkook menggeliat disana. Lalu matanya terbuka secara perlahan. Intinya, dia juga terkejut karena melihat Jennie dan Baekhyun yang terkejut.
"Kau tak apa apa, Jungkook?" Jennie langsung memeluknya erat. Jungkook hanya menatap bingung. Seolah tak terjadi apa apa pada malam tadi. Dan memang dia tak menyadarinya.
"Kenapa punggungku rasanya sakit, noona?" Jungkook sedikit meringis saat menggerakkan tubuhnya.
"Kau terluka, Jungkook. Lebih baik sekarang kau tak usah sekolah. Biar aku mengantarkan surat izinmu." Jennie tersenyum.
"Ya sudah. Aku ingin ke bawah dulu." Jungkook beranjak lalu meninggalkan Jennie dan Baekhyun yang menatap tak percaya.
Jungkook berjalan.
"Jungkook, kakimu sudah sembuh? Kenapa kau bisa berjalan sekarang?" Ah, Baekhyun benar. Jungkook pun baru menyadarinya.
"A..aku tak tahu, hyung. Secara tiba tiba saja ini terjadi. Aku harus sekolah sekarang." Jungkook terlihat begitu semangat.
"Tapi punggungmu itu..."
"Tidak, noona. Aku tak apa. Ya sudah, noona, hyung, aku mau mandi dulu. Dah..." Jungkook melenggang dengan cepat. Meninggalkan kedua kakaknya yang masih bingung dengan keadaan ini.
.
.
.
Namja manis itu tengah bercermin di wastafel sekarang. Menatap aneh pada wajahnya yang seakan berubah."Tadi malam aku kenapa? Tiba tiba saja semuanya gelap. Lalu aku bangun dan melihat noona serta hyungku itu." Jungkook lalu membasuh wajahnya yang masih merah karena bekas air matanya.
Air mata merah itu seolah meleleh, menetes jatuh ke lantai, dan mengepul seperti gumpalan asap.
"Apa ini?"
Gumpalan itu berputar, seperti awan kumolonimbus yang siap menurunkan badai. Putaran itu semakin menaik. Hingga menjajarkan posisinya dengan perut Jungkook. Membuat namja itu semakin jelas memperhatikannya.
Terlihat seseorang dengan tubuh berwarna kuning cerah. Bersayap, dan sedikit melayang. Lalu figur itu lenyap.
Kini datang sebuah figur berwarna biru cerah. Hampir sama dengan yang tadi, bersayap dan meliuk liuk disana.
Sama, dia pun lenyap.Lalu datang tiga figur berwarna jingga, ungu, dan hijau. Begitu terang, mereka bertiga berputar. Lalu figur biru itu kembali, berdiam di tengah putaran itu. Seolah menjadi porosnya.
Jungkook masih memperhatikan tak mengerti.
Lalu figur berwarna kuning itu datang lagi. Ketiga figur yang berputar, kini berhenti, mensejajarkan posisinya di belakang si biru, lalu mereka terlihat bersujud pada figur kuning itu.
Beberapa buah pilar muncul dari dalam gumpalan itu. Berwarna sama dengan gumpalan di bawahnya. Membentuk sebuah lingkaran tak sempurna seperti stonehenge. Mengelilingi dua figur itu.
Seorang figur berwarna merah terang datang menghampiri mereka. Mendekat pada yang berwarna kuning, bahkan hampir terlihat menyatu. Figur biru itu terlihat jatuh. Warna terangnya kini berubah menjadi biru gelap. Lalu sayup sayup, figur itu menjauh dan menghilang.
Figur kuning itu terlihat sedikit mendorong figur merah dan terbang ke arah si biru pergi. Terlihat seolah sedang mengejar.
Dan terlihat jelas bagaimana figur biru itu membelakangi figur kuning. Si kuning mengulurkan tangan kanannya, namun yang biru terlihat berjalan menjauh.
Warna kuning terang itu meredup. Menjadi warna jingga, lalu berubah coklat, dan secara cepat figur itu berubah menjadi putih yang begitu menyilaukan. Bahkan Jungkook saja sampai menutup wajahnya dengan telapak tangannya.
Dan secepat kilat, figur yang berubah jadi putih itu terbang, seperti komet yang mencari tempat untuk jatuh. Dan dia terlihat berdiam sendiri diantara deretan bintang. Berwarna sangat terang. Hingga secara perlahan, bintang lain menjauhinya.
POOMM!! Gumpalan itu menghilang dimakan rasa sepi dan hitam.
Jungkook merasakan sesak di dadanya. Dirinya segera mencuci mukanya dan menghela nafas berat. Namja itu mengusak surainya frustasi. Kenapa dirinya selalu dihantui sesuatu yang membuatnya pusing dan penasaran.
Hidup memang penuh misteri bukan?
Dirinya masih terdiam. Seolah menenangkan benaknya yang berkecamuk liar sedari tadi. Beberapa hari terakhir, Jungkook seolah di datangi oleh sejuta misteri yang membuatnya tahu, bahwa kesendirian memang telah dirancang sejak mula. Dan harus dijalani sepenuh hati, terus melangkah dan menuntaskan apa yang menjadi tujuanmu hidup. Bersama keteguhan, berdiam dan menangis, meruntih asa yang semakin kacau. Hanya itu. Dan semuanya tak pernah ia mengerti. Lalu untuk apa berfikir? Sia sia saja rasanya.
Namja itu memejamkan matanya sebentar. Sekolahnya akan dimulai sekitar setengah jam lagi. Jadi masih bisa dirinya menarik nafas, dan menenangkan jiwanya.
"Cukup. Aku begitu pusing."
______________
TBCSee you,
Youngie

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Tears: Blessing-[VK] [END]
Fantasy[Completed] Genre: Drama, fantasy, thriller "Malam kematian, aku mendengar suara kesedihan itu." Taehyung adalah pangeran bintang yang ditugaskan untuk menghibur seorang manusia bumi. Dia datang dalam gelapnya malam, kesunyian yang menyelinap dalam...