(23)

1.2K 135 6
                                    

Jungkook melangkah dengan lunglai menuju halte bus. Hanya menunggu bus yang akan membawanya melewati rumah Yoonjin.

Tadi adalah pagi yang cerah. Namun sekarang berbanding terbalik. Awan seolah akan melepas bebannya sebentar lagi.

Jungkook masih teringat dengan ucapan Jennie. "Aku menyukai temanmu itu..." suara yang seolah terus menggema, terus terulang di gendang telinga Jungkook. Membuat namja itu menghela nafas lega. Dirinya selalu menghindar. Ah, bukan. Maksudku, berusaha menghindar dari segala prasangka yang mengganggu benaknya selama ini. Tentang sebuah pertanyaan, yang selalu membuat dirinya meringis. Sakit, atau entahlah, begitu banyak perasaan aneh yang datang belakangan ini. Namun ingat, terutama adalah perasaan aneh yang datang di hari mendung ini.

"Haaahhh..." Jungkook menghela nafasnya dalam sambil menatap beberapa tetes hujan yang mulai turun.

"Kenapa pula aku harus marah jika Jennie noona menyukai Taehyung? Jika pun aku marah, aku harus marah atas alasan apa? Aku dan Taehyung adalah seorang namja. Aku tak punya hak untuk menyukainya. Ah tidak, aku hanya menyayanginya sebagai seorang sahabat." Dengan cepat, dirinya mengenyahkan semua fikiran buruk itu. Seolah mereka selalu datang dan senang mengganggu Jungkook.
*
*
*
*
*
*
Taehyung sedang menatap Yugyeom yang sedari tadi duduk sambil membaca sebuah buku. Dirinya tersenyum tipis, entah apa yang kini dia sembunyikan.

"Yugyeom?"

"Hm?" Hanya sebuah gumaman yang menjadi jawaban.

"Aku..." Taehyung menggantung ucapannya. Yugyeom yang penasaran langsung menutup bukunya dan menatap balik sahabatnya itu.

"Kenapa,Taehyung? Kau kenapa?"

"Entah kenapa, sedari tadi aku selalu kefikiran Jungkook. Aku merasa khawatir padanya. Aku selalu merasa gelisah,Yugyeom. Rasanya, aku seperti tak menjalankan tugasku jika tidak bersama Jungkook." Jelas Taehyung. Yugyeom hanya mengangguk paham.

"Kau merindukannya,ya?" Yugyeom tersenyum kecut. Seolah menyembunyikan sesuatu.

"Entahlah, tapi kenapa..."

"Itu artinya kau memang merindukannya,Taehyung. Jangan bilang jika kau menyukai Jungkook." Nada Yugyeom terdengar cukup serius.

"Ish, mana mungkin. Aku tak mungkin menyukai seorang namja."
Bantah Taehyung.

"Baguslah. Karena tak mungkin jika aku bersaing denganmu." Taehyung terkejut dengan ucapan Yugyeom barusan. Dia belum sepenuhnya paham, tapi dia tahu kemana arah pembicaraan ini.

"Maksudmu??"

"Aku menyukai Jungkook." Mata Taehyung membulat. Tak menyangka jika sahabatnya akan menyimpang.

"Ya Tuhan,Andenny. Fikirkan apa yang barusan kau ucapkan! Kau telah melakukan dosa besar." Mendengar ucapan Taehyung, Yugyeom justru tersenyum.

"Aku serius,Latizar. Perasaan ini datang dengan tiba tiba. Memangnya, siapa juga yang mau menyimpang. Dewa telah memberikan anugrah berupa rasa cinta. Dan kita tak akan tahu pada siapa itu tertuju bukan? Aku pun tak tahu,Taehyung. Rasa ini datang secara tiba tiba." Taehyung menggeleng.

"Tapi kau harus menghapusnya, Yugyeom."

"Aku tak bisa,Taehyung. Aku tak bisa! Aku ingin berada di samping Jungkook." Taehyung kembali menghela nafasnya. Kali ini dengan cukup kasar.

"Baiklah. Jika memang ini adalah keputusanmu. Dekatilah dan hiburlah Jungkook. Tapi jangan halangi aku untuk menemaninya juga. Karena walau bagaimana pun, ini adalah tugasku,Yugyeom." Nadanya sangat serius. Yugyeom langsung melonjak senang. Dengan cepat, dia memeluk sahabatnya itu.

"Yee...terima kasih, Tae." Taehyung mengusap punggung Yugyeom.

"Entahlah. Tapi aku tak sepenuhnya rela jika tugasku diberikan pada Andenny." Bantin Taehyung dengan lirih.
*
*
*
*
Jungkook telah sampai di kediaman Yoonjin. Hujan sudah mengguyur kota Seoul sejak tadi. Sejak Jungkook masih melamun dibawah atap kecil halte itu.

Tok..tok..tok..

"Yoonjin hyung!? Ini aku, Jungkook." Tapi tak ada siapapun yang menyahut. Jungkook mengintip lewat jendela yang kebetulan tak tertutup tirai.

"Sepertinya tak ada orang. Ya sudahlah, aku pulang saja. Tapi hujan semakin besar." Jungkook memutuskan untuk duduk di kursi teras, sekedar menunggu hujan reda.

Dalam sebuah lamunan, Jungkook kembali terlelap begitu pulas.

Jungkook berada di tempat asing sekarang. Entah dimana, yang pasti hanyalah dunia yang begitu gelap dan luas. Terlihat begitu banyak penerangan seperti bintang bintang.

"Indah sekali..." Jungkook berkata lirih. Sangat lirih.

Namja itu melihat sesuatu yang kecil beterbangan. Seperti kawanan kunang kunang. Begitu lucu.

Mereka berkelip, seolah tersenyum pada namja berkulit putih itu. Begitupun sebaliknya, Jungkook tersenyum dan mencoba meraih mereka. Ah, namun mereka keburu pergi.

Kembali mengingatkan Jungkook pada kesendiriannya. Jungkook tersenyum pasi.

Sesuatu terlihat terbang begitu bebas. Begitu besar, dengan sepasang sayap yang begitu terang. Tubuh Jungkook terhempas cukup jauh saat makhluk itu melintas di hadapannya.

Dua orang.

Aneh. Mereka begitu terang, bahkan bisa sampai ratusan atau ribuan watt, tapi Jungkook tak merasa silau jika melihatnya.

Dia kebingungan. "Ada apa ini? Siapa mereka? Kenapa seolah mereka berputar mengelilingiku?" Dan memang benar. Kedua makhluk bersayap itu berhenti tepat dihadapan Jungkook. Ukuran mereka sudah sama sekarang.

"Si..siapa kalian?" Jungkook mulai ketakutan.

Salah satu makhluk itu bergerak maju. Cahayanya mulai redup, sayapnya mulai menutup. Dia seorang laki laki. Menatap lurus ke arah manik hitam milik Jungkook.

"T..Taehyung?" Bibir Jungkook bergetar. Nafasnya terengah.

"Kau masih mengingatku? Maaf." Taehyung berkata datar.

Lalu tiba tiba, Jungkook merasakan amarah dan kesedihan yang luar biasa hebatnya. Nafasnya memburu. Air matanya berjatuhan tak terkendali. Tangannya mengepal, seolah akan segera melampiaskannya pada namja di hadapannya itu. Bibirnya tak berhenti memaki apapun. Berceracau. Bahkan Jungkook sendiri tak mengerti kenapa dirinya dapat seperti itu.

Dan

POMMM!!!

Jungkook hancur seperti sebuah bom.

Kemudian, Jungkook terbangun dari mimpi anehnya itu.

Hujan telah usai. Nafas Jungkook masih terengah, keringat dingin sudah mengucur begitu bebas. Seolah mengutarakan ketakutan yang luar biasa hebatnya.

"Ya Tuhan. Apa maksud mimpi tadi? Dan bahkan aku melihat diriku sendiri hancur." Jungkook mengusap dadanya. Mimpi yang terasa begitu nyata.

"Kau sudah bangun rupanya. Aku tak tega membangunkanmu tadi." Sebuah suara namja terdengar dari belakang Jungkook.

"Yoonjin hyung!!"
_______________
TBC

See you,
Youngie

Sweet Tears: Blessing-[VK] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang