(5)

2.6K 256 26
                                    

Hai hai readers!
Udah apdet kan?? Nah silakan baca yang ini..

Untuk new readers, selamat datang! Betah ya..

Alangkah baiknya jika kalian juga memencet tombol bintang sebelum membaca.

Okey, enjoy reading,guys!!
****

Jungkook masih bersedih dan termenung atas mimpinya tadi sore. Kenapa harus dia?

Pemuda bernama Jungkook itu masih terdiam di lantai dua setelah barusan dia makan. Hanya ada kamar Jennie dan Baekhyun di sana.

Hari sudah malam. Baekhyun tak ada. Kemana dia? Jungkook menuruni tangga untuk sekedar memeriksa.

Ya Tuhan, dia tidur dengan Jin? Dua makhluk berbahaya ini di satukan. Apa yang akan terjadi? Antara Baekhyun menghajar Jin, atau Jin membunuh Baekhyun dengan pisaunya. Lagipula, mereka tidaklah terlalu dekat. Tapi, apa penyebab mereka bisa tidur bersama? Satu kasur pula. Hhiih, Jungkook bergidik ngeri membayangkan hal itu.

"Noona?" Jungkook menghampiri sang kakak yang sedang sibuk menonton tayangan tv. Ekhem, bukan sibuk menonton, sibuk melamun di hadapan tv.

"Noona?" Jungkook mengeraskan suaranya. Jennie hanya menggumam sebagai jawabannya.

"Noona?!" Jungkook benar benar mengagetkan wanita itu.

"Apa,si?" Jennie terlihat kesal. Jungkook telah mengganggunya.

"Aku mau tanya, apa aku boleh tidur di kamarmu semalam ini? Dan kau tidur di kamarku? Hanya semalam. Aku sedang ingin sendirian." Ucap Jungkook dengan datar.

Jennie menoleh, "Ne,Kook. Pakai saja." Jennie kembali memberikan senyum manisnya pada Jungkook. Membuat namja itu ikut membalas senyumnya dengan senyuman kelinci khasnya. Membuat Jennie tertawa kecil, "Sudah sana, Kelinci! Tak usah sok imut, hihi." Jungkook kemudian pergi dengan wajah yang lebih ceria. Hanya lebih. Tak sepenuhnya.

Dia ingin tidur. Tapi matanya sangat sulit untuk menutup. Rasanya,dia masih teringat dengan mimpi sang Eomma.

Jarum jam sudah menyentuh angka 1, sudah dini hari ternyata. Dan Jungkook belum tidur. Ugh, bosan sekali.

Namja itu melangkahkan kakinya menuju pintu. Membuka kunci, berjalan melewati balkon, dan memanjat genteng sesuai hobinya.

Malam yang indah,bukan? Bintang bintang berkerlip riang. Seolah mereka tersenyum pada sosok yang sedang terpukul ini. Bulan sabit juga terlihat begitu jelas, terang.

Kumpulan bintang itu terus saja bekerlip riang. Tapi ada satu kejanggalan. Dari ujung kiri, terlihat satu bintang yang sendirian. Tanpa siapa pun. Tapi sinarnya begitu terang, mengalahkan ribuan bintang yang berkumpul.

"Bintang itu seperti diriku. Di saat orang lain bekerlip riang, aku hanya bersinar sendiri. Tanpa siapa pun untuk berbagi. Dan kenapa bintang itu seolah dekat denganku? Mmmhh, mungkin memang nasib kita yang sama. Di acuhkan." Suara batin Jungkook dengan lirih sambil menatap bintang sendiri itu.

Air mata tak terasa menetes dari pelupuk matanya. Membuat sungai kecil di pipinya. Dirinya tak menghapus cairan bening itu. Membiarkannya terus mengalir dan kering terkena terpaan angin malam yang sedari tadi berhembus ke arahnya.

Masih sama dengan keadaan yang nyata. Jungkook mulai tersenyum saat terus menatap bintang bintang itu seorang diri.

Keringat,darah, dan air mata..
Menjadi tarian terakhirku...
Keringat,darah, dan air mata..
Menjadi nafas terakhirku...
Aku disini bersimbuh luka..
Obatilah aku dengan dekap kasihmu..
Tuhan...
Sayap iblis yang menaungiku..
Kini tlah hilang di balik purnama rindu...

Jungkook melantunkan lagu itu. Begitu penuh penghayatan seolah dia ikut menyelam dalam setiap kata katanya.

Dia kembali menangis, lalu mendongkak kala ada sebuah cahaya kilat melintas di langit.

Sebuah bintang jatuh. Menurut kepercayaan, doa kita akan di kabul saat melihat bintang jatuh melesat.

"Tuhan, aku mohon beri aku seorang teman. Teman yang selalu menaungi diriku. Aku mohon,Tuhan. Kabulkanlah..." Jungkook mengepalkan kedua tangannya di hadapan dadanya.

Nihil.

Tak ada apa pun yang muncul.

Jungkook terlalu cepat putus asa. Dia tersenyum miris, lalu kembali menangis. Kenapa hidupnya selalu di isi oleh air mata? Kenapa dia harus terlahir demikian? Tangisannya begitu keras, dia tak peduli jika ada yang mendengarnya, toh ini juga sudah malam, orang orang pasti sudah lelap.

"Hei! Jangan menangis begitu! Berisik tau!" Suara berat itu terdengar dari bawah. Dari trotoar jalanan di depan rumahnya.

Jungkook menoleh ke bawah. Seorang pria berprawakan tinggi, bersurai coklat, dan dengan tajamnya mata itu menatap ke arah dirinya. Tak ada senyum terulas dari bibirnya.

"S-siapa kamu?" Jungkook sedikit takut dengan keberadaan orang itu yang secara tiba tiba.

"Aku boleh naik ke atas? Ada tangga di sebelah rumahmu." Dia berkata lantang dengan suara berat itu. Dia juga menunjuk sebuah benda besi yang tergeletak begitu saja.

Jungkook masih bingung. Dia hanya mengangguk ragu dengan menatap aneh orang itu.

Manusia tadi sudah tiba di genting sekarang. Duduk dengan senewen di dekat Jungkook yang masih kebingungan. Namja manis itu menjaga jarak dengan orang di sebelahnya. Orang asing fikirnya.

"Jadi, siapa namamu?" Tanya orang itu dengan datar pada Jungkook. Tanpa menoleh sedikitpun.

"Kau juga belum menjawab pertanyaanku barusan." Jungkook menatap kosong langit.

Orang itu terkekeh, ekspresi Jungkook sangatlah kaku. "Oh, namaku Lati- eh, mmhh.." dia tampak berfikir. "Fikirkan nama yang mirip dengan nama Korea." Dia masih terlihat berfikir.

Jungkook merasa heran. Manusia itu bisa berbahasa Korea, tapi tak tahu nama Korea. Dari mana sebenarnya orang aneh ini?

"Aah! Panggil aku Taehyung." Orang yang mengaku sebagai Taehyung itu tersenyum bangga pada Jungkook.

Jungkook hanya terkekeh, "Kau pikun, ya? Namamu saja kau lupa. Hihi."

Taehyung menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu. "Mmhh, hehe.."

"Baiklah,Taehyung. Namaku Jungkook. Kenapa kau keluar malam malam begini?" Jungkook masih tersenyum geli melihat ekspresi Taehyung tadi.

"Mmhh, hanya iseng. Mencari manusia bumi yang menangis di tengah malam. Tangisanmu terdengar sampai kamarku tau! Haha.." Taehyung tampak tertawa geli setelah mengucapkannya.

"Rumahmu memangnya di mana? Apa tangisanku sekeras itu hingga terdengar ke kamarmu?"

"Ugh,  sangat keras. Padahal rumahku di bintang, dan terdengar sampai sana. Tunggu -eehh" Taehyung menutup mulutnya reflek. Matanya membulat.

Jungkook terbahak mendengar ucapan orang yang baru di kenalnya itu. "Pengkhayal! Mana mungkin manusia bisa tinggal di bintang. Hahaha, aneh."

"Mmhh, kau juga tahu,kan. Aku hanya bercanda.." Taehyung tertawa kecil. Keceplosan, katanya dalam hati.

Jungkook kembali menatap bintang yang kesepian itu. Dia menunjuknya, "Lihat,Taehyung. Kasihan bintang itu sendirian." Jungkook tersenyum miris. Lagi dan lagi.

Mata Taehyung membulat, "Ini tak mungkin. Benar dugaanku. Wajahnya sangat mirip. Pantas saja." Ucapnya lirih dalam batin.

"Emm, Jungkook, aku harus pulang. Hari mau pagi." Taehyung tersenyum sambil menoleh ke arah Jungkook.

"Panggil aku Kookie. Aku sudah mengenalmu." Jungkook mengangguk. Lalu dengan cepat, Taehyung menuruni tangga dan berjalan menjauh.

Jungkook hanya menatap nanar temannya itu. "Doaku di kabulkan. Aku punya teman baru." Dia tersenyum. Begitu tulus dan manis.

TBC

See you,
Youngie

Sweet Tears: Blessing-[VK] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang