(45)

1.3K 120 54
                                    

Be continued
.....
Aderon melihatnya. Seorang wanita yang begitu mirip dengan Stefanie. Memakai celana kulot dan pakaian berwarna putih ke-pink-an. Wanita itu sedang tersenyum bahagia sekarang. Dengan tangan mengelus elus perutnya dan bersandar pada pelukan pria di sampingnya.

Siapa pria itu? Kenapa rasanya mereka begitu dekat? Aderon bertanya tanya dalam hatinya. Tangannya mencengkram sisi jendela tempat dia mengintip. Nafasnya menggeram marah.

"Gggghrrrrhh"

Wanita dan pria yang sedang bahagia itu menoleh saat mendengar geraman tadi. Namun tak ada apapun disana. Kosong. Jendela pun hanya menampakkan dunia luar di malam hari. Hanya saja, tirainya sedikit bergoyang.

"Jihwan, kenapa tirainya bergoyang seperti itu? Padahal jendelanya tertutup." Tanya wanita itu sedikit merasa takut. Pria bernama Jihwan itu berdiri dan mengecek jendela. Namun tetap, tak ada disana.

Kesempatan untuk Aderon mendekat pada wanita itu. Aderon tahu jika wanita hamil itu sudah bersuami. Dan dia begitu marah. Lalu dengan paksa, Aderon menerobos masuk ke dalam kandungan wanita itu, membuatnya menjerit kesakitan.

"Aaaaaaaa!!" Jihwan langsung berbalik saat mendengar teriakan sang istri.

"Juhyun!!" Jihwan langsung memeluk tubuh sang istri yang meronta kesakitan sambil memegang perutnya. "Kau kenapa, Juhyun? Ceritalah padaku." Jihwan masih mencoba menenangkan sang istri.

"Entahlah, tiba tiba aku merasa ada yang menerobos kedalam perutku." Juhyun menghela nafasnya dalam dalam. Namun tak lama, rasa sakit itu reda. Mereka berdua menghela nafas lega. Tak ada apa apa pada kandungan Juhyun. Semua terlihat baik baik saja.

Namun mereka tak tahu apa yang terjadi di dalam.
.
.
.

9 bulan berikutnya. Juhyun sedang memandikan anak laki laki pertamanya. Sambil bernyanyi riang menantikan kelahiran dua anak keduanya. Ya, mereka kembar.

"Baekhyun lucu sekali... tetaplah seperti ini, sayang. Eomma mencintaimu." Ucap Juhyun sambil mencubit pipi anaknya dengan gemas.

Juhyun menunduk saat merasakan sesuatu mengalir di kakinya.

Darah.

"JIHWAN!!"
.
.
.

Jihwan terus mondar mandir di depan ruang persalinan sang istri. Sambil ditemani ibunya yang menggendong Baekhyun kecil.

Tangan Jihwan terus bergetar saat mendengar sang istri menangis kesakitan di dalam. Hatinya begitu cemas.

Tak lama, seorang perawat keluar.

"Bagaimana kelahiran anak saya, suster?" Suster itu menghela nafasnya.

"Satu anakmu sulit untuk keluar. Padahal anak yang satunya sudah siap. Dia seolah menghalangi jalan keluar bagi sang adik. Baiklah, Tuan Jeon, saya harus mengambil sesuatu." Lalu suster itu melenggang dengan cepat. Jihwan terduduk lemas.

"Eomma yakin istrimu akan baik baik saja." Ucap ibu Jihwan sambil mengusap bahu anaknya.

Namun seluruh rumah sakit tiba tiba gelap. Lampunya mati. Hal ini membuat panik banyak pihak. Terutama di ruang persalinan dan ruang operasi. Ini memang masih pagi, tapi kedua ruangan itu tak dilengkapi akses cahaya. Hanya lampu yang jadi andalannya.

Juhyun masih menangis di dalam ruang persalinannya. Padahal, saat dia melahirkan Baekhyun, semuanya lancar. Tapi kenapa sekarang tidak?

"Ehehehe..." terdengar suara tawa seorang bayi. Semua saling menoleh meskipun tak terlihat apa apa. Juhyun pun sangat terkejut bukan main. Dia sadar, tawa itu berasal dari bawahnya.

Sweet Tears: Blessing-[VK] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang