Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Meski beribu duri menghujam hatiku sekarang, jika kau tersenyum, maka tak ada lagi kata sakit.Jungkook memejamkan matanya di malam sunyi itu. Berharap jika sesuatu datang dan menjadi tempatnya bersandar. Dia tahu,, tak mungkin dia akan mencurahkan semuanya pada kakak perempuannya.
Namja itu menghela nafas gusar. Dirinya begitu sulit untuk tidur sekarang. Hanya menatap langit langit kamar dengan tatapan sayu. Menyiratkan begitu banyak kesakitan.
"Sepertinya yang eomma katakan itu benar. Aku terlahir dalam kesedihan."
Ucap batinnya lirih. Namja itu tertawa, hanya mentertawakan keadaannya. Kenapa hidup serasa memberatkan dirinya?
Dirinya sering berfikir. Apakah Tuhan sengaja menurunkan segala kesialan yang secara terus menerus menghujam kehidupan Jungkook? Apakah Tuhan sekejam itu padanya. Namun sesuatu kembali menguatkan dirinya.
Tuhan tahu,, begitu banyak hal terbaik untuk diri kita.
Dan itu cukup menguatkan Jungkook hingga dirinya bertahan sejauh ini.
Rasanya, langit langit kamarnya menjadi lebih menarik untuk diperhatikan. Gips itu,, terlihat sudah cukup kusam.
Sebuah titik seolah menjadi pusat dari atas sana. Dan perlu kalian tahu jika lampu kamar Jungkook itu berada di atas ranjang Jungkook. Dan sekarang lampunya sengaja dimatikan.
Sebagai simbol, jika Jungkook benar benar butuh sandaran sekarang.
Titik itu terlihat bercahaya. Putih kekuningan. Namja itu menatap tak percaya.
Beberapa cahaya lain turut muncul. Namun yang di tengahlah yang paling terang. Membentuk sekumpulan titik titik indah yang memanjakan mata. Menghantarkan sejuta perasaan takjub pada siapa pun yang melihatnya. Begitu terang, namun tidak menyilaukan mata.
Jungkook masih tersenyum takjub dengan keajaiban di kamarnya. Cahaya cahaya itu seolah membentuk sebuah rasi bintang. Namun Jungkook sendiri tak pernah tahu bentuk bentuk dari rasi bintang.
Yah,, jadi dia hanya menikmatinya sekarang. Tanpa dia sadari, air mata menetes dengan bebasnya. Cahaya ajaib itu seolah menyuruhnya untuk melepaskan segala beban fikirannya.
"Kalian tahu, aku begitu terpuruk sekarang." Jungkook mengusap air matanya dengan pelan.
"Aku punya banyak pertanyaan dalam hidupku. Namun dunia seolah tak mau menjawabnya. Bolehkah aku bertanya pada keajaiban seperti kalian? Jika boleh, maka aku akan bertanya sesuatu. 'Apa itu cinta?'." Jungkook tersenyum getir. Ah, dirinya teringat sesuatu. Itu hanyalah sekumpulan cahaya yang entah darimana datangnya.
Lalu kenapa dia menganggap semuanya hidup? Lalu kenapa dia menganggap segala kepalsuan di dunia itu nyata? Entahlah, bahkan dia pun tak tahu.
Lalu sebuah suara lirih nan menenangkan terdengar entah darimana.
"Kau tak sendirian, sayang. Cintailah siapa pun yang kau mau. Namun aku hanya peringatkan sesuatu, jangan pernah berbuat kesalahan untuk kedua kalinya." Sayup sayup,, semua cahaya itu menghilang. Kembali meninggalkan Jungkook dalam kesendirian.
"Itu pasti."
.
.
.
"Jungkook! Bangunlah! Kau bisa terlambat sekolah nanti!" Seru Jennie sambil menarik selimut yang menutupi tubuh Jungkook.Namja itu malah merengut, seolah semakin nyenyak dengan tidurnya.
"Cari mati rupanya." Jennie tersenyum seperti seorang psikopat. Lalu dengan cepat, dia berteriak begitu dekat dengan telinga adiknya itu.
"BANGUN, JEON JUNGKOOK!!!"
"AAAAA!!! Demi tsunami gunung meletus dan angin topan! Apa yang kau lakukan, noona?! Kau mau membuat adikmu ini tuli, hah?" Jennie hanya terpaku. Astaga, apa dia tak salah lihat sekarang?
Wajah Jungkook terlihat lebih manis dari sebelumnya. Terlihat begitu polos dan menggemaskan. Seperti kelinci yang minta dimakan ular.
Jennie tak dapat menahan dirinya. Dia mencubiti kedua pipi Jungkook dengan gemas. Membuat empunya meringis kesakitan.
"Kau menggemaskan sekali, Kookie... astaga. Aku jadi ingin memakanmu hidup hidup! Oh ya Tuhan,, kau semakin lucu. Aku takut jika kau keluar, kau akan diculik oleh para pedofil." Jungkook masih meringis sekaligus tertawa mendengar ucapan kakaknya.
"Hahahahah,, mana mungkin ada pedofil yang mau menculikku."
"Sudahlah. Cepat mandi, lalu bersiap untuk sekolah!" Bentak Jennie membuat yang lebih muda langsung beranjak dengan tongkatnya menuju kamar mandi.
.
.
.
Hari ini, Jungkook menjadi bahan perhatian banyak orang. Karena kakinya dan tongkat penyangganya itu.Saat ini jam pelajaran sedang kosong. Jungkook beranjak dari kursinya.
"Tae, aku izin ke toilet dulu sebentar." Taehyung menoleh dan ikut berdiri.
"Aku akan mengantarmu. Ayo." Namun Jungkook masih diam.
"Kau fikir aku ini bocah. Astaga, aku bisa sendiri, Tae."
"Tapi..."
"Cih. Kau berlebihan. Sudahlah." Taehyung tak berkutik di tempatnya berdiri.
"Namjoon, aku izin ke toilet!!" Teriak Jungkook dari ambang pintu. Sedangkan sang ketua kelas hanya mengangguk dari tempatnya duduk. Jimin, Hoseok, dan Yoongi hanya menatap datar.
.
.
.
BRUK..."Akh,, sakit!" Jungkook meringis saat sesuatu mendorongnya dengan kuat hingga dia tersungkur. Masih mending, daripada terjungkal.
"Hah! Sakit ya?!! Utututu.. kasihan sekali dirimu ini, cacat! Kakimu patah ya..." gadis itu melipat kedua tangannya di depan dadanya.
"Apa yang kau inginkan, Seulgi?! Kenapa kau begitu membenciku? Apa salahku padamu? Hiks.." Jungkook mulai menangis sambil memegangi kakinya yang terasa begitu sakit.
"Salahmu tentu jelas. Kau itu tak pantas berdekatan dengan Namjoon! Kau terlalu cupu untuk itu!" Kini nada Seulgi berubah menjadi nada merendahkan.
"Namjoon saja tak keberatan, kenapa kau yang masalah?!"
"Oyoyoyo,, kau begitu menggemaskan... ckckck," Seulgi mencengkram rahang Jungkook dengan kasar.
"Dengar cacat! Kau bahkan tak mampu melawan seorang yeoja seperti diriku. Lemah sekali kau! Aku jadi ragu jika kau itu straight. Jangan jangan, kau menyukai Namjoon ya?! Kau perlu tahu jika Namjoon itu milikku."
"Hahaha, kau kacau, Seulgi. Aku sama sekali tak mendekati Namjoon. Bahkan dia sendiri yang meminta maaf padaku saat itu. Jadi kau tak usah ganggu diriku lagi." Ucap Jungkook dengan ketus sekarang.
"Beraninya kau!" Baru saja Seulgi mengangkat tangannya untuk memukul Jungkook, sebuah suara menggema disana.
"JANGAN SAKITI JUNGKOOK, SEULGI!"
"Yugyeom!" Jungkook berseru ketika namja itu mendekati mereka berdua.
"Perlu ku ingatkan, Seulgi. Jangan pernah macam macam dengan sahabatku. Kau harus tahu itu! Jika sekali lagi kau berbuat seperti ini, maka aku tak akan segan bertindak lebih jauh lagi." Ancamnya sambil merangkul Jungkook.
Seulgi hanya tersenyum sinis lalu pergi seolah tanpa dosa.
Yugyeom memeluk Jungkook disana. Namja manis itu tak menolak sama sekali. Dia hanya dapat membalas pelukan dari Yugyeom.
"Katakan padaku jika dia menyakitimu lagi. Aku tak akan membiarkanmu terluka." Yugyeom mengeratkan pelukannya.
Seseorang tengah memperhatikan mereka dari jarak yang cukup jauh.
"Maaf karena aku terlambat, Jungkook."
____________
TBCSee you,
Youngie
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Tears: Blessing-[VK] [END]
Fantasy[Completed] Genre: Drama, fantasy, thriller "Malam kematian, aku mendengar suara kesedihan itu." Taehyung adalah pangeran bintang yang ditugaskan untuk menghibur seorang manusia bumi. Dia datang dalam gelapnya malam, kesunyian yang menyelinap dalam...