....
Semua rakyat tertegun mendengar kisah tentang Vega dan Procyon. "Aku sengaja membuang potongan kesedihanku ke perut Juhyun karena aku ingin dia tumbuh, lalu Aderon membunuhnya. Dan semua kesedihanku lenyap, Vega!" Nafas Procyon terdengar begitu memburu. Vega hanya dapat menatap sendu seseorang yang pernah dia cintai dahulu. Procyonnya. Seorang bintang yang begitu dia rindukan.
"Aku tahu jika kau menjelma menjadi Latizar pada zaman yang sama dengan Jungkook. Aku sengaja membuat Juhyun mati, agar kau datang, dan menjadi peluang untuk diriku menghancurkan Vega. Aku terus mengawasi pertumbuhan Jungkook. Aku selalu menampakkan diri di langit bumi. Menjadi bintang kesendirian, yang selalu dianggap bernasib sama dengan Jungkook." Banyak rakyat yang menangis disana. Entah karena apa.
"Aku telah tahu, Procyon. Aku tahu saat Canis Minor datang ke bumi, dan Jungkook begitu tersiksa disana. Berkali kali, dia meneriakkan dan mencaci namaku. Aku mengerti, Procyon. Aku yang bersalah disini." Vega mulai kehilangan kendalinya.
"Kau lemah, Vega! Sangat lemah!" Procyon mencaci dengan senyum yang masih ditampilkannya.
"Ya! Aku memang lemah!" Vega tak dapat menahan air matanya disana. Dia tak mencegahnya. Membiarkan semuanya jatuh tanda segala beban dalam dirinya.
Kasih sayang dan cinta itu sungguh melelahkan.
Samar samar, terlihat pula setetes air mata mengalir di pipi Procyon. Laki laki itu segera menghapusnya sebelum cairan sialan itu jatuh. Meskipun yang bersisa sekarang adalah kemarahan, namun Procyon tetaplah Procyon yang dahulu. Dirinya yang cukup rapuh, meski bersama sejuta perekat di sekelilingnya.
"Maafkan aku, Procyon. Aku sangat menyayangimu. Benar benar menyayangimu. Bahkan aku masih memakai kalung pemberianmu hingga kini. Aku selalu merindukanmu. Ketika aku bersama Jungkook, aku merasa seperti bersamamu. Karena wajah dan sikap kalian yang benar benar mirip. Saat aku membuat dirinya kesal, saat aku menghibur disaat dia menangis, semua seperti kaset yang sengaja ku putar ulang. Aku rindu saat kita terbang bersama di angkasa. Saat kita berdiam dan saling menguatkan. Aku rindu semua itu, Procyon." Vega masih terisak. Raja Vega hanya dapat menatap sendu sang Dewa yang sedang bersedih itu. Dirinya tahu, bahkan sejak Taehyung lahir, Raja Vega telah tahu semua. Tentang sang anak yang merupakan jelmaan Sang Dewa.
"Semua sudah terlambat, Vega. Sudah terlambat untukmu meminta maaf." Procyon menatap tajam mata Vega. Jika di bumi, Jungkook yang tak sanggup untuk menatap balik Taehyung, kini sebaliknya. Penyesalan membuat Vega tak sanggup untuk sekedar menatap balik Procyon. Tak mampu,, sungguh tak bisa.
"Kini yang tersisa dariku hanyalah potongan kemarahan seorang Procyon. Potongan jingga yang telah kau buat hancur." Procyon menekan setiap kata kata yang terucap dari mulutnya.
"Aku tahu, tak akan semudah itu untukmu memaafkan." Vega mendongkak. Menatap mata Procyon yang sudah sangat dia rindukan. Tatapan sendu dari mata bulat berpupil kuning itu. Semuanya dia rindukan. Seorang Procyon, yang selalu membuat dirinya tersenyum. Dan seorang Procyon, yang membuat dirinya hampa.
"Bahkan kau belum sempat minta maaf kepada Jungkook. Kau menghancurkannya! Untuk yang kedua kali dirimu menghancurkan diriku! Jika saja kau membuat Jungkook bahagia, mungkin aku akan benar benar hilang. Dendam dan amarahku akan terhapus. Namun kau selalu gagal, Vega. Hahaha! Kau tak pernah berhasil. Bahkan aku bisa kembali menyatu dahulu setelah diriku terbelah, namun tangisanmu membuatku membatalkan niatku itu." Vega tersentak dengan ucapan Procyon. Sungguh menusuk hingga ulu hatinya. Semuanya memang benar. Tak ada yang salah.
Dia telah gagal. Bahkan hanya untuk tugas ringan, dirinya gagal.
"Sudah terlambat, Vega!" Tangan kanan Procyon menyentuh salah satu benda di bagian kiri tubuhnya. Lalu menariknya keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Tears: Blessing-[VK] [END]
Fantasi[Completed] Genre: Drama, fantasy, thriller "Malam kematian, aku mendengar suara kesedihan itu." Taehyung adalah pangeran bintang yang ditugaskan untuk menghibur seorang manusia bumi. Dia datang dalam gelapnya malam, kesunyian yang menyelinap dalam...