(26)

1.2K 136 12
                                    

"J..Jin hyung-" Jungkook menatap tak percaya sekaligus terkejut. Pasalnya, dia takut jika Yoonjin masih berada disini.

Seokjin menyimpan kantung makanan yang tadi dia beli ke atas meja nakas di samping ranjang Jungkook.

"I..ini untukku,hyung?" Tanya Jungkook yang masih gelagapan. Seokjin hanya menatap datar disana. Entah apa yang dia fikirkan, tak ada yang tahu.

"Tentu saja untukmu. Untuk siapa lagi? Dan aku bertanya pada dokter barusan. Kakimu patah dan mungkin kau tak akan bisa berjalan untuk beberapa saat. Jadi nanti, kau akan bersekolah dengan tongkat." Seokjin tersenyum disana.

Jungkook, Jennie, dan mungkin Taehyung saling menatap tak percaya pada perlakuan Seokjin barusan. Dia tersenyum? Seperti mimpi bagi Jungkook. Namja itu dapat melihat guratan mata Yoonjin pada kakaknya itu.

Maksudnya, tatapan Seokjin terlihat damai dan mirip dengan tatapan Yoonjin. Namun tetap, mereka berbeda. Setidaknya itulah keyakinan Jungkook.

Karena memang benar.

Dengan datarnya, Seokjin kembali membuka suara, "Kau mau yang mana, Jungkook? Kau harus memakannya. Aku sudah beli tadi, tak mungkin jika aku buang." Seokjin menjejerkan beberapa kemasan makanan, roti, dan susu.

Aneh sekali. Padahal Jungkook tak sakit demam atau penyakit yang berkaitan dengan daya tahan tubuh. Dan helo,, Jungkook itu mengalami patah tulang.

"Kau lucu,hyung." Jungkook tertawa. Astaga, dia sampai lupa. Yang dihadapannya adalah Seokjin. Sedangkan Jennie hanya dapat tersenyum. Jujur saja, melihat Seokjin yang sedikit perhatian pada Jungkook, membuat Jennie sedikit merasa senang.

Seokjin hanya tersenyum kecil. Bahkan sangat kecil.

Dan yah,, dimana Baekhyun?
.
.
.
.
Masih di hari yang sama. Namun ini sudah malam.

Seorang pemuda mengendarai mobilnya dengan cukup kencang. Membelah jalanan yang sepi. Padahal ini masih pukul tujuh malam.

"Yoonjin. Kau kah tadi? Aku merindukanmu, Yoonjin. Kau mungkin melihat diriku sebagai seorang yang kasar. Namun jauh dalam hatiku, aku masih menyayangi kalian semua. Aku menyayangi kau, Seokjin, Jennie, dan Jungkook.

Sebagai seorang kakak, aku mungkin kurang bisa dibilang baik dalam menjaga kalian. Atau bahkan tak bisa disebut baik.

Saat kecil dulu, kau dan Seokjin sering bertengkar. Aku selalu berusaha memisahkan kalian. Namun kalian sungguh sulit dilerai, itu yang membuatku kesal dan mudah marah.

Kau dan Seokjin begitu mirip. Wajah kalian sama. Namun aku dapat dengan mudah membedakan kalian. Secara kalian tak pernah mau memakai pakaian kembar, lalu sifat kalian juga berbeda drastis. Kau yang lebih aktif, Seokjin yang lebih pendiam. Dan jika kau bertanya, kenapa aku lebih dekat dengan Seokjin, aku akan menjawabnya.

Sikapmu sangat baik, dan kau lebih memilih dekat dengan Jennie. Aku cemburu padanya. Kalian selalu tertawa, sedangkan aku dan Seokjin lebih sering diam dan menonton tv.

Kau dimana sekarang? Kenapa kau tak memberitahuku barusan? Ingin rasanya aku melepas rindu yang teramat besar ini.

Yoonjin, aku harap kau akan datang lagi nanti.

Maaf jika tadi aku membuatmu takut. Aku belum tahu jika kau itu Yoonjin. Karena Seokjin sering bilang jika kau sudah mati.

Appa dan Eomma bilang, kau pergi bersama nenek. Tapi kembaranmu selalu bilang jika kau sudah mati.

Namun aku tahu, khayalan Seokjin sungguh tinggi bukan?"

Pemuda bernama Baekhyun itu tersenyum. Entah apa yang membuatnya senang saat memikirkan Yoonjin. Tapi yang pasti, adiknya telah kembali.

Satu persatu, namun mereka berharap jika Seokjin tak pernah tahu.
.
.
.
.
Di malam yang sama, Jungkook merengek minta pulang seperti anak kecil. Keenam sahabatnya sudah pulang sedari tadi.

Termasuk Taehyung dan Yugyeom.

Baekhyun pun telah kembali ke rumah sakit.

"Noona, aku ingin pulang. Aku tak mau menginap. Lagipula, besok itu sekolah. Aduh,, mana aku belum mengerjakan pr." Jungkook mengacak rambutnya frustasi.

"Berlebihan sekali sih kau ini. Kalau pr-mu belum dikerjakan, tak usah sekolah saja besok. Beres kan." Ucap Baekhyun santai. Kali ini, tanpa bentakan. Bersyukurlah~~~

"Hari selasa saja, Jungkook. Kakimu belum terlalu baik. Nanti, kau harus berjalan dengan tongkat. Berlatihlah dulu di rumah." Ucap Jennie sambil mentertawakan sikap bocah adiknya itu.

"Hey, Noona. Pendidikan itu yang terbaik! Aku harus sekolah. Aku tak mau bolos, noona..." rengek Jungkook lagi. Kali ini dibarengi dengan wajah memelasnya. Membuat siapapun akan luluh jika melihatnya.

"Cih! Berhenti menampilkan wajah seperti itu, Jungkook! Atau akan ku pukul kau sekarang!" Bentak Baekhyun membuat Jungkook merengut takut.

"Ish, sudahlah, Baek oppa. Jangan marah marah terus." Ucap Jennie sambil terkekeh. Baekhyun hanya berdecik sebal.

"Aku harus sekolah besok, aku akan membantu Jennie noona mendapatkan Taehyung. Sepulang sekolah, aku akan membawanya ke rumah. Hanya untuk bermain, dan sedikit mendekatkan keduanya. Aku harus berhasil kali ini. Meskipun begitu sakit rasanya, namun aku lebih menyayangi Jennie noona. Dan lagipula, Noona lebih berhak untuk mendapatkan Taehyung,bukan? Aku harus rela dan memang sudah seharusnya seperti itu.

Fighting,Jungkook!" Ucap Jungkook dalam hati sambil menatap kakak perempuannya itu. Dirinya menyesal. Menyesal karena telah menyukai sesamanya.

*tes*

Setetes air mata mengalir dengan begitu bebasnya. Menganak sungai di pipi tembam Jungkook.

"Kookie, kau kenapa menangis? Segitu inginkah kau untuk sekolah besok?" Jennie duduk di atas ranjang Jungkook sambil mengusap air mata sang adik.

"Kau jahat. Aku tak mau bolos. Pokoknya, malam ini aku ingin sekolah." Jungkook merengut sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.

"Maaf karena aku berbohong, noona. Aku hanya ingin membuatmu terus tersenyum. Ucapkan selamat datang pada kebahagiaanmu. Aku janji akan membuatmu dan Taehyung bersatu." Batin Jungkook lagi.

"Ya sudah. Aku akan meminta izin dokter untuk kau pulang. Tapi ingat, besok aku akan mengantarmu sekolah." Jennie tersenyum sambil menatap lurus manik adiknya itu.

"Siap,kapten!" Jungkook tertawa sambil hormat pada Jennie. Sang kakak langsung ikut tertawa dan menciumi wajah adiknya yang lucu.

Namun dia tahu, dibalik semua tawanya, sudah terdapat jutaan calon luka yang menunggu untuk datang.
_____________
TBC

See you,
Youngie

Sweet Tears: Blessing-[VK] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang