Lanjut yaw...
Dont forget to vomment before reading.
****At Taehyung's house.
Malam yang sunyi. Hanya terasa angin yang bersiur menenangkan siapa pun di antaranya. Bintang bekerlip riang bersama indahnya rembulan yang sudah terlihat separuh.
Namja bersurai coklat itu tengah menatap kosong air di kolam renangnya. Menatap pantulan dirinya dengan sendu. Terlihat seseorang tengah menatapnya melalui pantulan itu.
"Ada apa,Yugyeom?" Tanyanya dengan suara rendah. Bahkan hampir terdengar berbisik.
"Aku tahu kau ingin pulang. Tapi bangsamu terikat oleh restu, Taehyung. Kalian menjunjung tinggi kata 'izin'. Aku dapat pulang kapan saja." Yugyeom menghela nafasnya dalam.
"4 hari lagi rasi Canis Minor akan muncul. Kau tak dapat pergi kemana mana malam itu. Kau harus menjalankan doa Domlyra Vega bukan? Ini untuk menjaga dirimu." Lanjut Yugyeom.
"Jika boleh tahu, domlyra vega itu seperti apa?" Taehyung menarik nafasnya. Dia menoleh dan menatap Yugyeom.
"Itu sebuah doa penyelamatan. Sejak Canis Minor bermusuhan dengan Lyra, doa itu di ciptakan oleh Dewa Vega. Nanti, aku harus berdiam di dalam air, menutup mata, dan terus berdoa. Berharap Procyon tak menyerangku." Jelas Taehyung dengan nada parau.
"Andenny, apa Canis Minor akan menghancurkan Lyra? Aku benar benar khawatir." Ucap Taehyung sambil mendudukkan diri di tepi kolam renang.
"Mereka berencana seperti itu. Dan aku yakin, raja Vega tak akan memulangkanmu sampai waktu yang tepat yaitu setahun sejak kedatanganmu ke bumi. Yang terpenting adalah kekuatan Vega tetap aman bersamamu. Aku juga belum tahu apakah Lyra sudah mengetahui rencana Canis Minor. Tapi aku selalu berharap jika Ayah memberi tahukannya segera." Yugyeom merangkul erat tubuh sahabatnya itu.
"Aku ingin melakukan komunikasi dengan istana. Aku selalu mencoba melalui air, tapi selalu tak bisa." Taehyung menunduk. Yugyeom mengusap punggung Taehyung dengan lembut.
"Kita tunggu kabar secepatnya saja, oke?" Ucap Yugyeom dengan senyuman. Membuat Taehyung sedikit lega.
Namja bersurai coklat itu langsung memeluk sahabatnya, "Terima kasih, Andenny. Aku beruntung punya sahabat sepertimu." Yugyeom hanya mengangguk. Ini sudah biasa, Taehyung lebih sering memanggil nama aslinya saat mereka di rumah.
****Hari yang cukup cerah di kota Seoul. Matahari bersinar dengan begitu riangnya.
Pemuda bernama Jeon Jungkook itu tengah berdiam sendiri di ruang keluarganya. Sendiri, karena dia fikir hidupnya memang seperti itu.
Laki laki itu berjalan menuju kamar sang noona. Melihat gadis itu tengah menulis sesuatu.
"Noona..." tak digubris sama sekali.
"Noona..." masih sama. Jungkook memutuskan untuk masuk saja.
Jungkook mengintip dari belakang Jennie, rahangnya mengeras tatkala membaca sebuah tulisan bersama dengan lukisan di atasnya. Jennie memanglah seseorang yang pandai melukis, meski tanpa melihat objek.
Dan Jungkook tak percaya dengan apa yang barusan dia lihat.
Sebuah gambar laki laki,
Dengan tulisan,
TAEHYUNG
"N..Noona?" Tanya Jungkook sukses membuat Jennie terkejut.
"Whoa! Jungkook! Kenapa kau tiba tiba disini?"
"Dari tadi aku memanggilmu, tapi kau tak menggubris. Ya sudah, aku masuk saja. Dan gambarmu..." Jungkook menunjuk ke arah gambar Taehyung.
Jennie segera menutup bukunya itu.
"J..Jungkook, tolong jangan beritahu temanmu itu ya... aku mohon. Aku menyukainya sejak dia datang kesini untuk mengantarkanmu. Dia terlihat sangat perhatian dan peduli, Kook. Aku tak dapat menahan perasaan aneh ini." Ucap Jennie sambil menunduk.
Sebuah perasaan aneh menjalar di dalam hati Jungkook. Entah apalah itu.
Marah, bukan.
Sedih, juga bukan.
Benci, tak mungkin.
Cemburu? Entahlah.
Jungkook tersenyum, namja itu mendudukkan dirinya di samping sang noona. Mengusap pelan punggungnya.
"Mana mungkin aku akan memberitahunya,Noona. Tenang saja. Aku akan membantumu." Jungkook kembali tersenyum, meski sebuah perasaan sakit kembali menghujamnya.
Perasaan apa itu? Jungkook pun tak mengerti.
"Benarkah?" Jungkook mengangguk.
Jennie langsung masuk ke dalam pelukan adiknya itu.
"Terima kasih,Jungkook. Aku sangat menyayangimu. Love you,,," Jennie mencium pipi Jungkook dengan gemas.
"Love you too, Noona." Jungkook kembali memeluk kakanya. Namun jantungnya seolah berhenti. Dia harus menjalankan ucapannya. Membantu sang noona, untuk mendapat orang yang disukainya.
"Eh ya,Noona. Aku izin pergi dulu ya."
Ucap Jungkook tiba tiba."Mau kemana memang?"
"Mau ke rumah..." Jungkook menghela nafasnya.
"Rumah siapa?" Tanya Jennie penasaran.
"Rumah Yoonjin hyung. Boleh?" Jennie terlihat sedikit terkejut dengan pertanyaan Jungkook.
"Kenapa kau mau ke sana?"
"Emh,, hanya ingin bermain. Lagipula, sekarang kan libur." Jungkook tersenyum. Membuat siapapun luluh saat melihatnya.
"Baiklah. Tapi jangan sampai ketahuan Seokjin Oppa oke?"
"Tentu,Noona. Aku pergi dulu." Jungkook segera beranjak, mengganti pakaian, dan tentunya sedikit mengendap saat melewati kamar Seokjin.
Jungkook dapat melihat jika hyungnya itu tengah memainkan pulpennya di atas kasur. Terlihat juga sebuah buku di atas pahanya.
Namun Jungkook tak ingin tahu. Lebih baik, dia cepat pergi. Rasanya, dia sudah merindukan Yoonjin hyungnya itu. Ingin bercerita, dan bertanya banyak hal.
Saat Jungkook berjalan menjauh, tiba tiba sebuah suara terdengar. Membuat namja itu terpaku.
"Jungkook!"
Ah, suara Seokjin memang menakutkan. Sebetulnya tidak seseram suara mak lampir, namun kata 'seram' itu berasal dari tingkah lakunya.
Jungkook berbalik. Mencoba senormal mungkin. Dia masih takut pada Seokjin. Setidaknya karena kejadian semalam.
"I..iya,hyung?" Tanya Jungkook sambil meremat ujung kaus yang dia pakai.
Seokjin tersenyum. Astaga, apa Jungkook tak salah lihat? Namja itu mendekati Jungkook. Membuat yang lebih muda tambah gemetaran.
"Maafkan perlakuanku kemarin, Kook. Aku hanya sedang terbawa emosi."
Jungkook terpaku.
Memaku.
"T..tidak apa a..apa, hyung. Aku pergi dulu ya." Jungkook tersenyum lalu berbalik dengan cepat.
"Mau kemana?" Tanya Seokjin kembali membuat jantung Jungkook berdetak lebih kencang.
"K..ke rumah Yo... emmh maksudku Taehyung. Rumah Taehyung."Bohong Jungkook. Untung saja Seokjin hanya mengangguk dan kembali ke kamarnya.
Jungkook menghela nafas lega. Sepertinya, wajahnya sudah sempurna memucat sekarang.
"Fyuhh.. untung saja. Hampir diriku keceplosan."
_____________
TBCSee you,
Youngie
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Tears: Blessing-[VK] [END]
Fantasy[Completed] Genre: Drama, fantasy, thriller "Malam kematian, aku mendengar suara kesedihan itu." Taehyung adalah pangeran bintang yang ditugaskan untuk menghibur seorang manusia bumi. Dia datang dalam gelapnya malam, kesunyian yang menyelinap dalam...