"Yoonjin hyung!!" Jungkook langsung berdiri dan memeluk hyungnya itu.
Yoonjin merasa aneh. Kenapa Jungkook begini.
"Ssshh,, sudah,Kookie. Kau kenapa?" Yoonjin mengusap lembut punggung adiknya itu.
"Eh? Kenapa kau berkeringat? Padahal cuaca sangat dingin sekarang." Yoonjin menatap lurus mata adiknya itu.
"Tidak apa apa. Hanya mimpi buruk hehe.." Jungkook terkekeh pelan. Yoonjin langsung merangkul namja itu dan membawanya ke dalam.
"Kau sudah lama menunggu,ya? Sampai kau bisa tertidur seperti itu."
"Hmm, tidak lama juga sih,hyung. Hujan seolah me-nina bobokanku. Aku jadi tertidur. Memangnya tadi kau kemana?" Tanya Jungkook.
"Memberikan data tugas kuliah kepada temanku. Maaf membuatmu menunggu,Kook." Yoonjin tersenyum begitu tulus. Jungkook tak pernah melihat senyuman seperti ini.
"Oh ya, memangnya ada apa kau kemari? Seharusnya kau menelfonku dulu. Jadi aku akan memasakan sesuatu untukmu." Jungkook kembali teringat sesuatu.
"Hanya ingin kemari saja." Jungkook menyandarkan kepalanya pada bahu sang hyung. Tak terasa, setetes bulir mengalir dengan bebasnya. Membuat yang disandari merasa penasaran.
"Kenapa kau menangis, Kookie?" Yoonjin langsung menangkup wajah adiknya itu. Lalu memeluknya.
Jungkook meremat ujung kaus yang dia pakai. Berusaha menahan semua air matanya.
Namun, Yoonjin berkata dengan lembut, "Menangislah,Kook. Lepaskan semua beban di dalam hatimu. Lalu setelah itu, berceritalah agar aku dapat mengerti dirimu."
Jungkook mengangguk lalu menangis dengan begitu keras. Baju Yoonjin sudah cukup basah oleh air mata Jungkook.
"Hyung...hiks.."
"Iya,Kook? Bicaralah."
"Aku tak tahu ini apa tapi aku merasa hatiku sakit,hyung..." Yoonjin mengusap pucuk kepala Jungkook dengan lembut.
"Hatimu sakit kenapa?"
"Jennie noona menyukai Taehyung. Setelah mendengarnya, sebuah perasaan aneh menjalar di hatiku. Ada apa ini?" Jungkook masih menangis. Yoonjin mulai mengerti kemana arah pembicaraan ini.
"Apa kau menyukai Taehyung?" Jungkook langsung melepas pelukannya dan menatap mata Yoonjin.
"Tentu saja tidak. Dia kan seorang namja. Mana mungkin aku menyukainya." Bantah Jungkook.
"Jika kau tidak menyukai temanmu itu, mana mungkin hatimu sakit saat mendengar bahwa Jennie menyukainya." Jungkook terdiam. Mencoba mencerna ucapan Yoonjin.
"Taehyung pernah bilang jika menyukai sesama jenis itu dosa besar, hyung. Dan aku tak mau melakukannya." Yoonjin tersenyum.
"Sekarang aku ingin bertanya padamu."
"Apa?"
"Apa kau selalu nyaman saat bersama dengan Taehyung? Apa kau sering gugup jika dia bersamamu?" Jungkook mengangguk pelan.
"Itu artinya kau memang menyukainya." Jungkook langsung mengangkat wajahnya ke arah Yoonjin.
"Tak mungkin aku menyukainya, hyung."
"Kau masih mengelak. Dengar, Kook. Rasa cinta bisa datang pada siapa saja. Tak peduli apakah itu seorang namja atau yeoja." Jungkook kembali menunduk.
"Tapi aku tak mungkin menikung Jennie noona. Aku sudah berjanji pada diriku untuk menyatukan mereka. Tapi aku tak sanggup, hyung. Hatiku selalu sakit." Jungkook mulai terdengar menangis lagi.
"Kalau begitu, ikuti kata hatimu dan garis takdir. Kau akan selalu sakit, Jungkook. Hanya ada dua pilihan. Pertama, Kau mempertahankan perasaan ini, tapi kau harus bersiap untuk sering merasa sakit hati. Apalagi ketika kau berusaha mempersatukan Jennie dan Taehyung. Kedua, lupakan saja dirinya. Cintailah orang lain, dan aku sarankan agar kau mencintai seorang yeoja. Kau juga bilang jika menyukai seorang namja itu dosa. Sekarang tergantung padamu, Jungkook. Pilihan pertama atau kedua, itu semua keputusanmu." Jungkook tak dapat menahan semua ini. Dia langsung memeluk hyungnya itu dengan begitu erat. Kembali menumpahkan segala keresahannya.
"Kau benar,hyung. Aku akan terus merasa sakit hati." Yoonjin berusaha menenangkan adik bungsunya itu.
"Kook, mau makan?" Tanya Yoonjin dengan nada riang.
"Makan apa?" Tanya Jungkook sambil tersenyum. Makanan memang selalu dapat menenangkan. Setidaknya agar dia tidak terlalu cemas.
"Jjangmyeon?" Tawaran Yoonjin sukses membuat Jungkook melonjak senang.
"Mau!"
Setelah disiapkan, Jungkook memakan jjangmyeonnya dengan lahap. Yoonjin yang melihatnya hanya dapat tersenyum pasi. Melihat betapa mirisnya kehidupan Jungkook sedari dulu.
"Aku tak dapat melakukan banyak untukmu, Jungkook. Aku hanya dapat berdoa yang terbaik untukmu. Kau adalah anak yang baik. Jika aku menjadi dirimu, maka aku akan memilih melupakan Taehyung. Cukup kali ini air matamu jatuh,Kookie. Aku tak mau lagi melihatmu menangis." Batin Yoonjin yang langsung disusul air matanya.
"Hyung?" Decit Jungkook membuat Yoonjin sadar dari lamunannya.
"Emmhh, ya?"
"Waktu aku kecil, aku suka makan apa? Hyung tahu tidak?" Yoonjin terkekeh mendengar pertanyaan adiknya itu.
"Apa ya? Mmhh,, sepertinya aku lupa."
"Hyung pikun hahaha..." Jungkook tertawa geli.
"Tentu saja aku lupa. Itu kan sudah lama sekali." Yoonjin mengerucutkan bibirnya, membuat tawa Jungkook semakin pecah.
"Hyung, sudah jam berapa?" Jungkook terlihat mencari jam.
15.42
"Yak! Hyung, aku harus pulang." Panik Jungkook.
"Baiklah. Biar aku antar."
Mereka berdua pergi dengan menaiki motor Yoonjin. Membelah jalanan Kota yang masih basah. Jungkook menghirup aroma bekas hujan dalam dalam. Merasakan setiap inchi kesegaran yang masuk ke paru parunya.
"Hyung."
"Ya?"
"Aku ingin tinggal denganmu dan Jennie noona saja. Aku tak mau tinggal dengan Seokjin hyung dan Baekhyun hyung." Yoonjin langsung tertegun sambil terus melajukan motornya.
"Astaga ada tikus!!" Pekik Yoonjin dan langsung membanting stang motornya.
Sreeett
Brakkk
Motor Yoonjin menabrak pembatas jalan dan membuat si pengendara terlempar. Namun Jungkook masih di atas motornya. Hingga motor itu terguling dan menimpa tubuh Jungkook.
Yoonjin tak memedulikan luka di tangan kirinya. Dia langsung berlari menghampiri Jungkook yang meringis kesakitan sambil berusaha menyingkirkan motor itu.
"Jungkook!"
_____________
TBCSee you,
Youngie
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Tears: Blessing-[VK] [END]
Fantasy[Completed] Genre: Drama, fantasy, thriller "Malam kematian, aku mendengar suara kesedihan itu." Taehyung adalah pangeran bintang yang ditugaskan untuk menghibur seorang manusia bumi. Dia datang dalam gelapnya malam, kesunyian yang menyelinap dalam...