.....
Bel pulang sekolah telah berbunyi dengan begitun nyaring. Melepaskan begitu banyak kebahagiaan pada perasaan setiap muridnya."Jungkook, kau pulang dengan siapa?" Tanya Taehyung dengan tiba tiba. Mereka berdua sedang berjalan di koridor sekarang.
"Aku pulang sendiri. Kenapa memang?" Jungkook berkata cukup datar.
"Mmhh, mau pulang denganku? Aku kesepian sejak Yugyeom pulang." Taehyung tertawa kecil. Namun Jungkook justru menatapnya heran.
"Kau kan naik motor. Tak mungkin merasa kesepian."
"Kau tak mau?" Tanya Taehyung lagi.
"Mau saja. Tapi aku ingin ke rumah Yoonjin hyung sekarang. Jika kau mau, tolong antar aku. Hehehe.." Jungkook memasang ekspresi memelasnya. Seperti seekor kelinci kelaparan.
Dan ayolah,, siapa yang akan tahan dengan ekspresi itu.
Taehyung mengangguk, "Ayo. Yang penting, aku tak pulang sendiri. Nanti disangka jomblo." Taehyung menekan kata terakhir itu sambil sedikit melirik Jungkook.
"Kau menyindirku?! Cih. Suruh siapa punya kekasih tapi beda sekolah. Jadi begini kan.." Jungkook berkata ketus.
"Suruh kau. Yah, kau kan yang menyuruhku untuk jadi kekasih noona-mu itu." Jungkook tak dapat berkata lagi.
Skak.
Mat.
Karena memang benar, Jungkook bahkan sedikit memaksa Taehyung waktu itu. Dia memang yang menyuruhnya. Dan omelan Jungkook tadi seolah melempar batu ke atas, lalu batu itu jatuh mengenainya lagi.
Sungguh miris.
Pipi Jungkook memerah karena malu sekarang. Taehyung yang melihatnya dari samping hanya dapat tertawa. Sudah cukup Jungkook bertingkah lucu hari ini.
Mereka berdua pergi dengan Jungkook yang sesekali menunjukan arah jalan. Ini kali pertamanya Taehyung ke rumah Yoonjin. Namja itu memang hanya sebatas kenal, tak pernah dirinya berbincang sepatah kalimat pun dengan hyungnya Jungkook itu.
"Selanjutnya kemana, Kook?" Tanya Taehyung dengan kencang.
"Belok kiri. Lalu lurus sedikit." Jawab Jungkook dengan sedikit canggung. Masih teringat peristiwa memalukan tadi. Tidak memalukan sebetulnya, hanya saja Jungkook menanggapinya berlebihan menurutku.
"Sudah sampai." Taehyung menghentikan motornya. Jungkook segera turun dari sana.
"Terima kasih, Tae." Jungkook tersenyum manis.
"Iya, Jungkook. Kau mau aku jemput?" Ah, pertanyaan Taehyung membuat Jungkook langsung menunduk malu.
"T..tidak usah. Aku akan naik bus saja." Tolak Jungkook lalu dengan cepat memasuki pagar rumah Yoonjin.
Taehyung hanya dapat menggeleng dan tersenyum, lalu dengan cepat dia pergi.
"Aku harus segera membuatnya bahagia agar aku dapat pulang lebih cepat. Astaga,, situasi ini membuatku sulit." Batin Taehyung.
.
.
.
"Hyung! Kau ada di rumah? Ini aku, Jungkook!" Namja itu masih setia mengetuk pintu rumah kakaknya itu. Sambil sesekali dia mengintip lewat jendela."Hyung tak ada. Lebih baik aku tunggu seperti beberapa hari lalu. Siapa tahu dia akan pulang." Jungkook kemudian mengendikkan bahunya dan mendudukan diri di sofa.
Seperti dahulu, dirinya langsung terlelap damai disana. Wajar saja jika namja itu dengan mudahnya tertidur. Pekarangan rumah Yoonjin itu di penuhi oleh tanaman. Membuat angin dan oksigen berkeliaran secara bebas. Menenangkan siapa pun yang menghirupnya. Terlebih jika di waktu pagi. Aroma embun bercampur dengan udara pagi, membuat siapa pun tak mau meninggalkan tempat itu.
Jungkook masih tertidur dengan damainya. Namun sial sekali, dirinya memimpikan Jung songsaenim yang memarahinya karena terlihat menangis tadi. Bagaimana matanya melotot dan kumisnya yang acak acakan itu terlihat bergerak mengikuti alunan suara indahnya. Suara yang begitu menggema dan bertengger dengan senang hati di pendengaran siapapun.
"Jungkook!!" Guru itu memukul pantat Jungkook dengan penggaris kayunya.
Membuat namja itu bangun seketika dari mimpi indahnya.
"Astaga. Sudah cukup dirinya menggangguku tadi. Dan kenapa dia mengikutiku hingga alam mimpi? Shh, guru yang menyeramkan." Gerutu Jungkook sambil merapikan rambutnya.
Eh, sudah jam berapa ini?
Namja itu melirik ke arah jam tangan silver di tangan kirinya.
16.30
"Sudah sore sekali. Tapi Yoonjin hyung kemana? Apa aku pulang saja ya? Ah, lebih baik aku pulang." Jungkook beranjak dan segera berlari menuju halte terdekat.
.
.
.
Sebuah motor terparkir di halaman rumahnya. Motor hitam dengan stiker di beberapa bagiannya.Jungkook langsung masuk ke rumahnya dan betapa terkejutnya dia ketika melihat Taehyung duduk di ruang tamunya.
"Tae?" Tanya Jungkook.
"Jungkook?" Sekarang Taehyung.
"Jennie!" Kali ini yeoja itu yang berkata sambil melompat.
Jungkook hanya dapat tertawa melihat kelakuan kekanakan kakak perempuannya itu. Taehyung pun sama.
"Tae, kenapa kau ada disini? Dan kenapa noona cantik sekali sekarang? Mmhh, apa yang aku lewatkan?" Tanya Jungkook curiga.
"Aku ingin mengajaknya berkencan. Boleh kan,Kook?" Taehyung menampilkan senyuman khasnya.
"Tanya saja pada noonaku. Aku sih bagaimana dia." Jungkook berkata seolah tak peduli.
Namun jauh, lubuk hatinya merasakan sakit yang luar biasa saat ini. Kembali merasakan pahit yang menjalar hingga otaknya. Membuatnya mengolah sebuah data yang mengirimkan hormon agar matanya mengeluarkan air. Namun dia tahan sekarang. Dia harus terlihat kuat. Demi kebahagiaan sang kakak, dia rela melakukan apapun. Meski itu berarti menyakiti dirinya sendiri. Bukan salah Jungkook untuk memilih jalan ini. Tapi ini adalah kehendak dan prinsipnya. Mengutamakan kebahagiaan orang yang begitu disayanginya.
Jungkook segera berjalan menuju kamarnya. Hanya sekedar untuk menyembunyikan matanya yang mulai memerah.
Kenapa hidupnya harus dipenuhi dengan bulir air mata? Kenapa dia harus terlahir demikian?
Dan kenapa dia harus menyukai sesamanya?
Entahlah.
Jungkook memejamkan matanya kuat. Tangannya meremas ujung seragam yang dia pakai. Seolah melampiaskan kesakitannya. Hatinya berdegup kencang. Namja itu mendudukkan dirinya di ujung ranjang biru itu. Menatap kosong kedua telapak tangannya yang nampak sedikit pucat.
Dia berjalan dengan lunglai. Menghampiri meja belajarnya yang tak pernah bergerak.
Bahkan dia saja kuat pada pendiriannya. Malu lah jika dirimu kalah dengan meja, Jungkook!
Namja itu membuka lacinya, melihat sebuah buku. Namja itu kembali tersenyum.
Dia mengangkatnya. Lalu duduk, dan mulai menulis.
Membiarkan fikiran dan jarinya mengolah banyak kata.
_____________
TBCSee you,
Youngie
![](https://img.wattpad.com/cover/171046375-288-k698975.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Tears: Blessing-[VK] [END]
Fantasy[Completed] Genre: Drama, fantasy, thriller "Malam kematian, aku mendengar suara kesedihan itu." Taehyung adalah pangeran bintang yang ditugaskan untuk menghibur seorang manusia bumi. Dia datang dalam gelapnya malam, kesunyian yang menyelinap dalam...