"Jeon Jungkook! Bangun! Hari sudah siang! Bukankah kau akan sekolah hari ini?!!" Jennie menggedor pintu kamar Jungkook dengan begitu kencang. Pagi pagi sudah membuat keributan.
Jungkook membuka kedua matanya dengan cepat. Tubuhnya terasa begitu lemas.
"Akh!!" Jungkook meringis kesakitan saat kakinya yang patah membentur lantai.
Mendengar adiknya mengaduh kesakitan, Jennie langsung masuk tanpa mengetuk lagi.
"Astaga,Jungkook! Kau tak apa apa? Sudah kubilang tak usah sekolah untuk hari ini. Dengarkan aku sekarang. Untuk hari ini, kondisi kakimu masih kurang baik. Jadi tolong menurut, aku akan mengantarkan surat izin ke sekolahmu." Baru saja Jungkook akan membalas, Jennie sudah menimpalnya lagi.
"Tak. Ada. Penolakan." Jennie menekan setiap kata dalam ucapannya lalu beranjak keluar kamar Jungkook.
Jungkook hanya tertunduk dalam diam. "Rencana pertamaku akan gagal. Eh, apa nanti aku telfon Taehyung saja untuk kesini ya?" Namja manis itu kembali tersenyum. Setidaknya, rencananya akan sedikit berjalan. Dan semoga semuanya lancar.
Meskipun hatinya tengah menjerit sekarang.
Jungkook berjalan keluar kamarnya dengan tongkat. Masih belum terbiasa.
Ada Seokjin disana. Di meja makan.
"Jungkook, ayo sarapan." Seokjin berkata datar sambil menatap Jungkook. Membuat yang lebih muda kurang nyaman karenanya.
Namja itu duduk dan mengambil sebuah piring. Dia ingin mengambil roti yang ada di dekat Seokjin. Namun jarak terlalu jauh, namja itu kesulitan.
"Kenapa tak minta tolong jika kau kesulitan?" Seokjin lalu mengambil sepotong roti dan menaruhnya di atas piring Jungkook.
Namja itu hanya dapat tersenyum kecut sambil melihat tingkah hyungnya yang terkadang sulit untuk dia tebak.
.
.
.
Hari sudah cukup siang. Seokjin dan Baekhyun telah berangkat kuliah sejak 2 jam lalu. Sedangkan Jennie, yeoja itu memilih menemani adik bungsunya di rumah.Jungkook hanya berdiam sambil menonton tayangan kartun kesukaannya. Beberapa kali Jennie merengut dan meminta Jungkook untuk memindahkan tayangan televisi, namun yang lebih muda menolak dengan mentah. Dia bilang, kartun itu lebih baik dari acara petualangan.
.
.
.
Jam seolah bergulir dengan cepat. Sekarang sudah jam 1 siang. Jam pulang sekolah Jungkook.Baru saja namja itu akan menelfon Taehyung untuk datang kemari, seseorang telah mengetuk pintu. Dengan susah payah, Jungkook berjalan dengan tongkatnya dan berniat untuk membukakan pintu. Namun sebuah tangan menghentikan pergerakannya.
"Kau tidak bilang jika ada tamu, Jungkook. Duduklah." Lalu Jungkook mendudukkan dirinya di atas sofa hijau di ruang tamunya.
Saat Jennie membuka pintu, seorang namja berdiri tegap disana. Membuat Jennie sedikit membeku.
"Taehyung!" Sapa Jungkook dari dalam yang dibalas senyuman ramah dari Taehyung.
"S..silakan masuk, Taehyung." Jennie melebarkan jalan untuknya masuk.
"Tae, Yugyeom tak ikut? Biasanya kalian selalu bersama." Jungkook membuka percakapan, sedangkan Jennie duduk di samping adiknya itu.
"Tidak. Dia memilih mengerjakan tugasnya di rumahku. Aku hanya datang untuk menjengukmu." Taehyung kembali tersenyum.
Dan astaga. Bolehkah jika Jennie terus menatap namja bersurai coklat itu? Entah kenapa, sejak kedatangan Taehyung kemari, sikap Jennie menjadi jauh lebih canggung.
Jungkook hanya bisa tersenyum saat melihat Jennie yang juga tersenyum. Meskipun hatinya berdenyut nyeri sekarang.
"Ehh, tunggu sebentar. Tae, coba kau duduk di sebelah noonaku." Jungkook lalu beranjak meski cukup sulit baginya.
Dan Jennie hanya menatap tak percaya pada adiknya.
"Kenapa, Kookie?" Tanya Taehyung sambil mendudukkan dirinya di sebelah Jennie.
Jungkook tersenyum riang sekarang. Entah apa, namun dia jadi sangat pandai bersandiwara sekarang.
"Wah,, kalian cocok ternyata. Tae, aku pasti senang jika kau menjadi kakak iparku." Ucap Jungkook datar.
"Uhuk...uhuk.." Jennie tersedak. Tak tahu apa, mungkin cangkang durian.
Taehyung pun hanya menatap aneh dan penuh tanda tanya.
"Kau ini bicara apa sih, Kook. Astaga, aku jadi malu." Ucap Jennie sambil menyembunyikan rona merah di kedua pipinya.
"Hahaha.. aku serius,noona. Kalian sangat cocok. Yah,, aku harap kalian akan jadi sepasang kekasih."
Aku mau bertanya. Bolehkah Jennie berteriak lagi sekarang? Rasanya, ucapan Jungkook benar benar memojokkan dirinya dan Taehyung.
"Ekhem, Kook. Aku harus pulang. Masih banyak tugas yang harus aku kerjakan. Oh ya, jika kau besok mau sekolah, kerjakan tugas matematika halaman 201, dari nomer satu sampai 10. Itu saja, Kook. Aku harus pergi. Dah..." Taehyung tersenyum lalu beranjak pergi.
Setelah motor Taehyung melintas, Jennie berteriak disana. Memekakan seisi ruangan dan hampir membuat telinga Jungkook tuli.
"Aaaaa!! Jungkook sialan!! Huhu,,,kau membuatku gugup tadi. Astaga... Jungkook!" Jennie menelungkupkan wajahnya di balik kedua tangannya.
"Ish. Tak apa,noona. Aku akan membantumu. Aku sudah berjanji. Akan kupastikan jika nanti kau akan mendapatkan Taehyung." Jungkook tersenyum riang. Menampilkan gigi kelincinya yang terlihat lucu.
"Kau serius? Astaga,, terima kasih, kelinciku!!" Jennie lalu memeluk adiknya dan menciumi pipinya dengan sayang.
Jungkook pun hanya dapat membalas pelukan sang kakak denga erat. Menyembunyikan matanya yang mulai memanas.
"Rasanya begitu sakit. Jauh dari sakit ketika aku kecelakaan. Namun aku tak boleh mengingkari janjiku. Meskipun hati ini begitu sakit, aku tahu, Tuhan tak menakdirkanku untuk bersama dengan Taehyung. Aku harus dapat melupakannya dan segera menyatukan noona dengannya. Dan aku tak boleh menyerah."
Setetes air mata tak dapat tertahan untuk menerjang pipi gembil Jungkook. Menghapus begitu banyak kesakitan yang dia alami sekarang. Memang begitu sakit, ketika diri ini harus merelakan seseorang yang dicintai.
Bersama pesan, sakit kian meradang.
Seperti sebuah ketakutan,
Yang telah datang sejak awal.
____________
TBCSee you,
Youngie
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Tears: Blessing-[VK] [END]
Fantasía[Completed] Genre: Drama, fantasy, thriller "Malam kematian, aku mendengar suara kesedihan itu." Taehyung adalah pangeran bintang yang ditugaskan untuk menghibur seorang manusia bumi. Dia datang dalam gelapnya malam, kesunyian yang menyelinap dalam...