(3)

2.9K 265 24
                                    

Pagi itu, pagi cerah dengan awan yang bergumuk gumuk.

Seorang laki laki tengah terduduk santai di sofa ruang tamu nya. Meski ketiga kakaknya sering mengganggunya, dia tetap bisa bersantai.

Sebuah tangan dengan kasarnya merebut cemilan yang sedang di makan oleh laki laki bungsu itu.

"Yak! Hyung! Aku masih mau memakannya!" Laki laki itu mencoba meraih cemilannya.

"Aku ini Hyungmu! Aku juga mau!" Dia mengambil banyak sekali dalam kemasan snack itu. Membuat cemilan tersebut hanya tersisa beberapa butir.

"Kau menghabiskannya Baek Hyung!!" Anak itu merengek sebal.

"Apa kau bilang?! Aku juga berhak atas segala milikmu! Dan aku adalah anak tertua di sini!" Baekhyun menatap sangar adik bungsunya itu. Tatapan yang benar benar mengerikan.

"Jika kau yang tertua, apa kau berhak menindasku?!" Bugh.. sebuah pukulan dengan kasarnya menonjok pipi gembul laki laki itu. Membuat sang empu tersungkur dan meringis kesakitan. Dengan wajah tanpa dosa, Baekhyun pergi meninggalkan adiknya itu.

Seorang wanita datang. Dengan wajah datar dan dingin khasnya, dia mengulurkan tangannya pada laki laki itu.

"Terima kasih,Noona."

Perempuan itu memberikan selembar uang. Jumlah yang cukup untuk membeli snack baru.

"Beli lagi,Jungkook." Dengan sumringah, lelaki imut itu mengambil uangnya. Berniat untuk memeluk kakaknya, namun dengan cepat tangannya di tepis oleh sang empu.

"Cih, jangan sentuh aku." Jennie memutar bola matanya malas. Lalu dengan cueknya, dia pergi meninggalkan Jungkook sendirian. Amatir memang.

Sejauh ini, memang hanya Jennie yang memperlakukan Jungkook dengan sedikit pantas. Sedikit. Karena sikapnya yang dingin dan datar sejak orok, membuatnya seperti ini. Tapi di banding yang lain, Jennie yang paling baik. Apalagi jika di bandingkan sikap Baekhyun yang kasar, atau sikap Seokjin yang tertutup dan misterius. Jennie yang terbaik.

Fikiran Jungkook masih berkecamuk dengan keanehan keluarganya. Kadang dia ingin tertawa, tapi kadang juga ia merasa sedih. Aneh saja, watak yang sangat berbeda.

Hanya sang eomma yang mengerti tentang dirinya. Tapi entah kenapa, belakangan ini sang eomma selalu terlihat murung. Sering diam di kamarnya. Jungkook berfikir kalau eommanya telah berubah menjadi seperti Jin. Misterius dan aneh, kadang menyeramkan. Okey, kita berpaling ke sosok Jin. Sosok hyungnya Jungkook itu benar benar hitam, menyeramkan dan tak dapat di mengerti. Hampir seperti orang yang berkepribadian ganda.

Kadang Jungkook juga melihat sang hyung sedang memainkan sebuah cutter yang cukup besar. Hampir dua hari sekali dia membeli yang baru. Dan kalian tahu? Jin juga mengoleksi banyak pisau lipat. Benar benar mengerikan. Sebetulnya jika di fikir, Jin itu baik. Hanya saja, koleksi persenjataannya membuat Jungkook enggan mendekati hyungnya itu. Membuat dirinya serasa sendirian.

Bruugg..

Sebuah suara kencang membuyarkan lamunan Jungkook. Membuat dirinya kaget luar biasa. Sekaligus penasaran dengan apa yang terjadi.

Dia tahu dari mana asal suara itu.

Kamar eommanya.

Dia melewati kamar Jin. Kebetulan pintunya terbuka. Tanpa memerdulikan rasa takutnya, Jungkook berkata lantang, "Hyung! Eomma!" Membuat Jin terperanjat tatkala Jungkook berseru menyebut sang eomma.

"Ada apa,Kook?"

Mereka lantas berlari dengan cepat menuju lokasi. Pemandangan janggal. Tubuh wanita itu sudah terbujur di lantai dengan posisi tengkurap.

"Eomma!!" Seru adik kakak itu dengan kencangnya. Menggema hingga lantai dua tempat Baekhyun dan Jennie berada.

Dengan tergopoh gopoh, Jin membalikkan tubuh eommanya. Apa ini?

Aliran cairan merah merembes dari kedua lubang hidung wanita tersebut.

Baekhyun dan Jennie sudah datang. "Ada apa ini?" Tanya Jennie panik. Dirinya menangis saat melihat kondisi eomma mereka. Jungkook tak kalah dengan Jennie, dia juga sama menangisnya. Keras. LANTANG!!

Kesal, Baekhyun menjambak rambut kedua adiknya itu dengan kencang. "BERISIK, GUBLUK!!" Ucapnya dengan kasar, membuat suara kedua orang yang menangis itu tersumbat. Entah apa, mungkin trisula Dewa Shiwa atau ghada Dewa Whisnu.

Jin menepuk pipi ibunya itu. Tak ada respon sama sekali. Kulitnya begitu dingin dan pucat. Dia mendekatkan telunjuknya pada kedua lubang hidung wanita yang sedang terbujur tak sadarkan diri tersebut.

Tak ada udara yang keluar.

"Ini tak mungkin! Eomma!!" Jin memeluk tubuh kaku itu dengan penuh tangis. "Uaaaaaa!!" Jungkook dan Jennie tak kalah kerasnya. Kembali memancing amarah Baekhyun. Lelaki kasar itu memukul kepala kedua adiknya. "JANGAN PANIK, BAYI!!"

Lanjut, "EOMMA!!!" Baekhyun menangis dengan begitu kencang. Astaga. Jungkook dan Jennie hanya menganga, lalu kemudian melanjutkan tangis mereka yang sempat tersendat.

Suasana cukup ramai di pemakaman. Isak tangis masih mengiringi empat orang adik kakak itu. Ini pagi cerah, dihiasi dengan hujan air mata. Hari terburuk kedua sepanjang masa setelah kematian Appanya. Benar benar menyedihkan.

Terutama Jungkook. Selama ini, hanya sang ibu yang mau mendengarkan keluh kesahnya. Mendengar, lalu memberi nasihat dengan ekspresi datar khasnya. Mungkin sifat tersebut menurun pada kakaknya, Jennie.
****
Jungkook masih termenung dan melamun dalam dunianya sendiri. Seperti biasa, ketika dia tertekan atau mengalami sebuah masalah, dia akan berdiam di genteng lantai satu rumahnya. Dia menaikinya melalui balkon yang terhubung ke sana (semoga kalian paham maksudku).

Dia masih menangis. Namun hanya bersisa isakan karena air matanya sudah mengering. Seseorang datang dan menatapnya dari balkon.

"Kook, kau mau makan?" Dengan datar dia bertanya.

"Tidak. Masih kenyang,Noona." Jungkook menggeleng sambil menyimpulkan bibirnya.

"Kau belum makan. Kau juga belum membeli snack baru dengan uang yang aku beri. Makanlah." Jennie tersenyum. Ya Tuhan, mimpi apa Jungkook hingga dapat melihat senyum Jennie yang seperti ini. Senyuman paling tulus yang pernah dia lihat.

"Hiks..hiks.. Kau tersenyum padaku hiks.." Jungkook malah menangis. Dia terharu akan sikap kakaknya itu.

Jennie menghampiri adik satu satunya itu. Memanjat genteng dan duduk dekat dengannya. "Kookie, entah kenapa aku tak ingin menangis lagi. Justru aku ingin tersenyum. Yahh,, setidaknya Eomma meninggal dengan damai." Matanya menerawang bebas ke langit yang begitu cerah itu.

"Aku bersyukur karena kau tak lagi dingin padaku." Jungkook tertawa kecil dengan isakan tangisnya.

"Cih,, aku sama saja." Ucap Jennie sambil mengusak pelan rambut Jungkook. "Aku akan ke bawah. Jika kau sudah lapar, turunlah!" Bujuk Jennie di balas dengan anggukan mantap dari seorang Jungkook.

Dugaan namja manis itu salah. Dia kira, hidupnya akan lebih sengsara jika tak ada Ibu di sisinya. Tapi ternyata realitanya tak sesuai ekspektasi. Jennie justru berubah. Dari Jennie yang dingin,datar, dan judes, beralih menjadi Jennie yang mudah senyum.

Akh, dia cukup beruntung sekarang.

TBC

See you,
Youngie

Sweet Tears: Blessing-[VK] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang