(2)

4.7K 284 17
                                    

a place far from earth

Dari yang jauh di bumi. Jauh dari segala keadaan hiruk pikuk kehidupan. Mereka ada. Hidup. Dan melihat.

Seorang pria bintang tengah duduk tenang menatap langit angkasa. Pakaian dengan motif khas, berwarna putih tulang. Pria itu memiliki sepasang sayap, berwarna senada. Sayap yang ukurannya dua kali lipat dari tubuhnya.

Vega adalah bintang paling terang di rasi Lyra. Sebuah kerajaan dan istana berdiri megah, begitu terang tapi tak menyilaukan mata siapa pun yang ada di sana. Istana Lyra. Nama yang indah, sesuai dengan keindahan dan kemegahannya.

Jauh dari Vega, ada sebuah kerajaan. Kerajaan yang menjadi musuh utama Vega. Istana yang terletak di bintang paling terang dalam rasi Canis Minor. Procyon. Bintang yang juga pernah merendahkan Vega, dan mempermalukan sang raja. Bintang yang juga di sebut sebagai Alpha Canis Minoris.

"Latizar," seorang wanita datang dengan sayu. Memanggil nama pria yang sedang duduk menatap angkasa.
Latizar De Lyra. Berprawakan tinggi dengan kulit yang tidak terlalu terang. Hampir mirip kaukasoid dan mongoloid.

"Ya,Ibu?" Latizar menoleh dengan senyuman. Balik menatap sang ibu yang kini berjalan menghampirinya. Wanita yang tak lagi muda, namun begitu cantik. Rambut legamnya di biarkan terurai begitu saja. Memakai sebuah gaun dengan motif sama dengan apa yang Latizar pakai.

"Kau tak bosan diam di sini?" Ibu itu menoleh.

"Untuk apa bosan melihat keindahan yang Tuhan ciptakan,Bu? Aku sedang memandangi ciptaan Tuhan. Karunia yang begitu besar,bukan?" Latizar tertawa kecil. Kembali menatap deretan bintang tetangganya dalam satu rasi.

"Betul. Tapi apa kau tak mau masuk? Kau ini seorang pangeran, Latizar. Tak baik jika berlama lama diam di luar."

"Apa hubungannya,Bu? Ayah pasti akan senang jika melihatku senang. Dalam istana, rasanya tak bebas. Semua orang menunduk padaku, aku merasa segan jadinya." Latizar tersenyum lebar. Mata hazelnya begitu berbinar.

Sang ibu mengusak pelan surai coklat milik anaknya itu. "Itu berarti, mereka menghormatimu. Kau harusnya senang."

"Tapi, aku seolah tak punya teman jika semua orang seperti itu. Aku anak satu satunya. Jika ada yang aku ajak bicara, mereka seperti takut padaku." Latizar menekuk bibirnya, menyipitkan matanya. Ekspresi yang membuat tawa sang ibu pecah.

"Hahaha.. Di luar sana, banyak yang ingin berteman denganmu. Dan kau ini tampan,sayang. Pasti banyak gadis yang mendambakanmu. Jika kau tak punya teman, aku ini kan temanmu juga. Berbagilah segalanya padaku." Latizar tersenyum lalu mengangguk. "Kau benar. Aku menyayangimu." Pria itu memeluk tubuh sang ibu dengan hangat. Tak ada yang menghalangi pelukan itu, sayap mereka itu terlipat seperti burung.

"Aku lebih menyayangimu." Ucap sang ibu sebari mengecup pucuk kepala anaknya itu.

"Tidak. Aku yang paling menyayangimu." Latizar mengeratkan pelukannya. Sang ibu hanya mengiyakan. Walau bagaimana pun, sosok Latizar itu sedikit keras kepala dan tak mau kalah oleh siapa pun. Tapi sosoknya juga ramah dan baik hati. Berbeda beda. Mereka melangkah masuk, Latizar ke kamarnya.

Latizar tak memiliki siapa pun. Seorang kakak, adik, sepupu, tak punya. Benar benar tunggal. Pewaris utama kerajaan Lyra, dan tentunya istana super megah milik kerajaannya.

Dia memiliki teman. Tapi berasal dari bintang lain yang cukup jauh. Latizar pun hanya diizinkan menemui temannya itu selama dua tahun sekali. Terbayang kan betapa sepinya diri seorang Latizar. Salahkan orang tuanya yang tak memberi adik untuknya.

Latizar pernah berharap, jika dia punya adik, dia ingin adiknya itu perempuan. Rasanya pasti menyenangkan. Memainkan rambut panjang adiknya, atau mengganggunya saat dia tidur. Ah, bayangan Latizar saja.

Sweet Tears: Blessing-[VK] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang