HOPE(less)

BAB 1

Tepat pukul 10 pagi, lonceng SMA Nusa 98 berbunyi menandakan waktunya istirahat. Seluruh siswa berhamburan entah untuk pergi ke kantin, toilet, ataupun perpustakaan.

Suasana kantin yang mulai berdesakan, tak membuat pesona Alde Risyad Utama tertutupi oleh lautan manusia didalam sana. Alde dengan teman temannya berada di salah satu meja yang tentunya menjadi pusat perhatian, tapi sayang harapan gadis SMA Nusa 98 untuk berada disisi Alde pudar. Pasalnya, mereka tahu bahwa telah ada seseorang yang berada disisi Alde yaitu Diva Dwi Andra.

Alde Risyad Utama, laki laki pada umumnya digandrungi karena ketampanannya tetapi dia selalu ingin berbaur dengan siapapun tanpa memandang latar belakang temannya, tapi satu hal yang selalu ia hindari yaitu mencampuri urusan orang lain.

Alde yang hari itu sedang harap harap cemas akan hasil ulangan matematika yang barusan ia kerjakan dikelasnya

"Gimana dong woy? Gue takut, sumpah dah tadi gue ngerjainnya asal banget"

"Santai dong bro, kek gua" Ucap Rico yang merupakan temannya ia mengungkapkan sembari menepuk dadanya bangga

Alde berdecih dan menoyor Rico "yaiyalah lo mah enak santuy, orang lo dispen buat besok lomba" Rico dan juga Ilham tak lupa sang kekasih Diva menertawakan kegusaran Alde.

Diva yang notabenenya pacar Alde, duduk disamping kekasihnya dan sesekali memberikan suapan untuk Alde. Dan waktu istirahat pun habis, mereka kembali ke kelas yang sama.

Ternyata ada pengumuman yang diberikan wali kelasnya yaitu kelas mereka akan dilakukan pekecahan kelas di kelas tambahan. Oh yups FYI mereka merupakan siswa kelas XII yang sebentar lagi akan melakukan pemecahan kelas.

Setelah pengumuman pemecahan kelas tersebut, ternyata Alde terpisah dari teman temannya maupun dari kekasihnya. Sejujurnya, Alde merasa lega karena untuk sejenak dia bisa terlepas dari perempuan yang 6 bulan belakangan ini ia jadikan pacar ini karena Diva terlalu bergantung padanya, makannya dengan pemecahan ini setidaknya ia terlepas 'sejenak'.

Ketika dia menuju lorong yang menghubungkan ruang guru dan kelas, ia melihat seorang gadis yang sedang bersama temannya sesekali gadis itu tersenyum simpul dan terkadang menunduk. Tetapi ketika gadis itu tersenyum seketika hatinya tanpa aba aba berkata "aku ingin melindunginya"