Hari demi hari, dan untuk kelas XII merupakan hari hari beban karena ujian demi ujian mulai berdatangan. Mereka semakin memantapkan belajar mereka dengan berbagai cara, termasuk dengan selalu berada di perpus meskipun sedang waktunya istirahat. Seperti sekarang Alde dengan kelompoknya juga ditambah Ilham dan juga Rico
"Ini gimana sih? Gapaham gue" cerocos Rico
Dan Nana yang melihatnya pun langsung tersenyum
"Sini gue ajarin"
Alde yang melihat itu tanpa disadari tersenyum, belajar kelompok mereka menjadi pusat perhatian apalagi semenjak berita menghebohkan Alde sudah tak bersama Diva.
"Ale"
"Iya al?"
"Udah daftar buat SNMPTN?"
"Udah, lo?"
"Gue agak bingung sih le, banyak bet aturannya"
"Ck lo sih males baca" Ilham menimpali
"Bilang aja lo modus sama Ale lo itu" Langit sekarang nulai mengompori
"Jangan mau le sama dia" Rico sekarang ikut ikutan
"Le le, ale cuma panggilan buat gue ya"
Salma dan Aleina yang melihat perdebatan itu hanya menggelengkan kepala
"Apaan sih lo pada, kita kesini buat belajar. Back to the book yee!" Salma yang seperti biasa selalu menengahi keempat kutil yang selalu merecoki keheningan
Lonceng masuk berbunyi, dan ketika mereka menuju kelas Aleina dan Alde berjalan berdampingan
"Mau gue bantu al?"
Alde menoleh dan mengernyit
"Lah katanya lo belom daftar SNM" sambung Aleina yang membaca kebingungan Alde
"Hehe iyaa" Alde menggaruk kepalanya yang tak gatal
"Yaudah mau kapan?"
"Ntar malem?"
"Boleh"
"Oke"
Dan mereka pun berpisah di lorong, dan kembali sibuk dan tenggelam dengan kegiatan belajar mengajar
Setelah kelas tambahan selesai, Alde mengantarkan Nana ke rumahnya
"Ntar gue kesini ya"
"Okay"
"Gue balik"
"Hatihati al"
Dan Alde mengangguk dibalik helm fullface nyaSekitar pukul setengah 8 malam, Alde menelfon Nana
"Halo le, gue didepan"
"Oke gue kesana"
Dan Alde dikejutkan dengan mata Nana yang bengkak. Tetapi dia tetap bersikap seperti biasa, dan mengajak Nana ke caffe terdekat.
Ketika Nana sedang asik dengan data data yang harus didaftarkan SNM itu dia dikejutkan dengan Alde yang membawa sapu tangan dan es batu"Buat apa al?"
"Itu mata lo kompres gih"
"Thanks al"
"With pleasure le"
Dan Nana pun mengompres matanya sementara Alde mengambil alih laptop dan mengisikan jurusan dan tempatnya ia kuliah
"Al"
"Hmm?"
"Lo mau lanjut dimana?"
"Rahasia dong"
"Ih jahat"
Alde langsung memeletkan lidahnya sementara Nana yang semakin gencar memukul Alde. Dan ketika dua netra mereka bertemu
"Ikut gue yuk le"
"Kemana?"
Alde berdiri dan langsung menggenggam tangan Nana. Alde membawa Nana ke bukit kecil yang menghamparkan bintang bintang kecil yang indah
"Indah al"
"Gue tau" Alde tersenyum
Alde duduk dan diikuti Nana yang duduk disampingnya"Le"
"Iya?" Nana tampak masih asik memandangi bintang
"Le"
"Iya alde?"
"Lo capek gak sih?"
"Capek apa?" Kini Nana melihat Alde dengan serius
"Ya gini, lo selalu memaksakan terlihat baik baik aja padahal enggak"
"Gue gakmau dikasihanin al, gue juga gamau masalah privasi gue yang merupakan aib ini keumbar. Cukup gue yang sakit, cukup gue yang tau bebannya"
"Lalu mau sampe kapan lo berdiri sendiri kaya gini?"
"Gue takut Al dengan seseorang yang akan mendampingi gue nanti terus mengetahui masalah yang gue tanggung ini ngebuat dia mundur dan gamau berjuang sama gue" air mata Aleina mulai meluncur tanpa aba aba
"Lo gakbisa nilai semua orang kaya gitu Le, gue udah bilang dari awal lo gaboleh nahan tangisan lo. Karena apa? Karena gue benci seseorang dengan beban yang begitu banyak tapi tetep masih maksa buat senyum" Alde memegang tangan Aleina
"Gue bangga sumpah bisa kenal sama lo yang kuat, tapi lo terlalu keliatan baik baik aja"lanjut Alde
"Ke..kenapa lo bisa ngeliat gue kalo gue gak baik baik aja?"
"Gue masih nyari jawabannya le"
"Maksudnya?"
"Ya karena gue juga masih gatau kok gue dengan mudahnya membaca ketidakberesan dari lo. Lo tau gak dari kapan? Dari pertama gue liat lo dilorong. Kadang semesta itu senang bercanda le, bahkan gue yang dulu masih sama diva tapi entah kenapa gue ingin ngelindungin lo"
Aleina dan Alde saling menatap
"Can i trust you Al?"
"Sure Le, anytime"
Flashback On
Ketika Aleina sedang berada dihalaman belakang, dia mendengar suara tawa dari kamar orang tuanya. Aleina aneh karena Ayahnya sedang ada kerjaan di luar kota, dan ketika Aleina melangkah lebih dekat ternyata itu Bundanya seperti videocallan dengan seseorang. Ah, mungkin itu ayahnya. Ketika esoknya, Nana sedang menuju supermarket depan sendiri dan melihat dua insan yang sedang bermesraan. Awalnya dia tak peduli, Tunggu! Dia menoleh lagi ke belakang, dan ternyata Bundanya dengan seseorang yang tak ia kenal dan yang pasti itu bukan ayahnya. Setelah beberapa hari kemudian, dia mendapati handphone bundanya di atas meja dan Nana langsung mengecek HP tersebut. Ternyata, ketakutannya beberapa hari ini terjadi. Kenapa Bunda harus seperti ini?
Flashback Off
"Yagitu Al, gue nyembunyiin ini semua dari ayah. Gue nyembunyiin ini semua dari semua ade ade gue karena memang mereka masih kecil. Gue selalu menangkap basah mereka, selain diam gue bisa apa al?" Tawa gamang Aleina terdengar menyakitkan untuk alde
"Masalah besar untuk seumuran kek kita, dan lo bisa kuat kaya gini le? Jelasin sama gue, sebesar apa luka hati lo? Seberapa perih seluruhnya? Berapa harga yang harus dibayar untuk dapat lagi senyuman yang pure bahagia le?"
"Selama gue bisa tahan, gue tahan al. Biar aja gue yang rapuh, biar aja gue yang sakit"
"Engga! Engga boleh gitu le"
Alde menarik Nana ke pelukannya
"Lo berhak bahagia le""Thanks al, Tuhan ternyata adil ya?"
Alde mulai melonggarkan pelukannya"Adilnya dimana?"
"Ketika gue udah gatau harus ngapain, Tuhan ngasih gue seseorang yang akhirnya tau kehidupan gue" Nana membuang mukanya dan mengusap air matanya
"Ale, semoga takdir ini berbaik hati pada kita agar takdir kita dipersimpangan sana bersinggungan ya? Tunggu jawaban dari semesta atas segala pertanyaan gue tentang kita ya Le?" Alde menggenggam erat tangan Aleina
Erat
Semakin erat
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE(less)
RomanceAleina Putri Diredja, cewek cantik yang sering dipanggil nana juga anak ceria yang selalu mampu menjadi moodbooster untuk siapapun yang melihat dia tersenyum hangat, tiba tiba sirna seketika berubah menjadi pendiam, dingin, dan suram. Alde Risyad U...