Sudah 4 hari Alde belum sadarkan diri. Memang kehilangan banyak darah membuat pemulihannya pun lumayan lama. Begitupun Aleina selalu datang dan ketika pulang selalu meminta Mama, Papa, dan Abangnya Alde untuk tidak memberitau Alde jika Aleina mengunjungi Alde
Aleina benar benar tak menampakkan kesedihannya dihadapan keluarganya yang membuat Adit khawatir dengan keadaan sang adik. Ketika itu, Aleina sedang menonton TV dan Adit menghampirinya
"Dek lo oke?"
"Oke gue Bang, kenapa?"
"Gapapa sih nanya doang"
"Bang, udah waktunya Ayah pulang. Udah cukup dia menyendiri"
"Gue juga sepikiran sama lo"
Aleina memang mendapatkan info dari teman dekat sang Ayah kalo sang ayah menyewa rumah disekitaran pinggiran kota dan Aleina sudah mengetahui alamatnya. Weekend ini Aleina dan Adit berencana untuk membawa Bunda dan adik adiknya kesana.
Hari Sabtu tiba, meskipun Aleina berarti harus absen menjenguk Alde tapi tak apa keluarganya lebih penting sekarang. Dan pagi pagi sekali mereka sudah berangkat, awalnya Bunda ragu namun bukan Adit and team jika tidak bisa membujuk Bunda
Menghabiskan 4 jam perjalanan semuanya tampak cemas apalagi Bunda. Adit melihat dari kaca kecil di mobilnya terlihat sekali Bunda takut, dan ia menoleh mendapatkan Aleina yang terus merapal dan ia menggenggam tangan adiknya ini
Ketika sampai, Aleina memastikan ini rumah yang disewa sang Ayah. Dan benar sang ayah berada di teras sedang melihat kosong, Adit dan Aleina saling menatap dan Aleina mengangguk untuk menyuruh Adit memulai rencana yang sudah mereka buat
Adit melangkah lebih dulu dan kentara sekali sang Ayah terkejut
"Ayah"
"Adit, sejak kapan kamu disini?"
Adit menghambur ke peluklan sang ayah, begitupun Naren. Tak lama pelukan itu sang Ayah melihat keluarganya datang semua tak terkecuali sang istri
Aleina, Nadine, Ali menghambur ke pelukan sosok yang mereka rindui sangat. Sang Bunda mendekat, dan membuat Adit merangkul Bunda untuk jalan menuju hadapan Ayah. Ayah masih enggan untuk melihat sang istri, dan Ana pun melihat amarah suaminya belum mereda, ia pun bersimpuh yang membuat semuanya tercengang
"Maafkan aku Naren, aku..aku janji tidak akan seperti itu lagi"
Aleina memeluk Nadine yang sedang menangis, Adit membuang muka untuk menyembunyikan kesedihannya, begutupun si bungsu Ali yang menarik napas mengatur emosi
"Apapun akan aku lakukan Naren, apapun"
Bunda semakin bersimpuh dan mencengkram kaki Ayah. Tetapi watak Naren sangat keras kepala, dan Aleina membangunkan Bunda. Yang terpenting maaf itu sudah sampai ke telinga Ayahnya
"Ayo bunda, kita pulang"
Ketika semua bersiap untuk pergi
"Maafkan aku juga Ana"Suara Ayah sangat parau dan ketika mereka semua berbalik Narendra langsung memeluk Ana yang membuat anak anaknya menghembuskan napas lega.
"Maafkan aku yang sudah lalai dengan keluarga kita, maafkan aku yang tak pernah punya waktu untukmu untuk anak anak"
"Maafkan aku juga Naren, aku salah. Aku sudah menyakiti hatimu dan anak anak"
Adit melangkah mendekat
"Kita bisa mulai semua dari nol lagi, love you both yah bun"Aleina, Nadine, dan Ali pun mendekat
"Kalian orang tua yang terhebat buat kami, terimakasih telah membuang ego kalian. Kami sayang kalian, sangat"

KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE(less)
RomanceAleina Putri Diredja, cewek cantik yang sering dipanggil nana juga anak ceria yang selalu mampu menjadi moodbooster untuk siapapun yang melihat dia tersenyum hangat, tiba tiba sirna seketika berubah menjadi pendiam, dingin, dan suram. Alde Risyad U...