BAB 46

62 2 0
                                    

"Kau memang melakukan kesalahan. But, Please stay in her side, i mean Aleina's side"

......

Alde mengerjapkan mata berkali kali
"Maksud om bagaimana?"

Narendra nampak menyenderkan tubuhnya ke dinding. Dan ketika dia akan menjelaskan mengapa dia meminta Alde untuk tetap berada di sisinya, tiba tiba dokter dari ruangan Aleina keluar. Narendra sigap menuju dokter itu

"Bagaimana keadaannya?"

"Dia kehilangan banyak sekali darah, sementara stok kami disini tak mampu menutupi kekurangan darahnya"

"Ambil saja darahku dok"

"Baik pak, tapi bisakah kami meminta satu orang lagi?"

Narendra bingung. Di keluarganya yang darahnya sama dengan Aleina hanya dirinya

"Apa golongan darahnya dok?"
Alde mendekat

"A negatif"

"Ambil darah saya dok"

"Baik"

Semesta memang sedang mengguncang keadaan, namun ternyata semesta pula senang bercanda dengan keadaan mereka yang ternyata darah Alde akan  mengalir di tubuhnya Aleina.

Dua jam kemudian, Narendra dan Alde datang. Adit tetap termenung dengan mengingat kejadian Frans tempo lalu, seandainya dia tahu jika Frans brengsek itu dendam terhadapnya dia tak akan pernah lepas menjaga Aleina.

Dan beberapa lama, Bunda datang dengan Nadine juga Ali yang diantar oleh Abangnya Alde. Bunda menangis dengan detail keadaan Aleina yang diceritakan Fatih

Aleina mengalami kekurangan darah hebat dan lebam di sekujur tubuhnya ditambah tulang kering di kakinya itu remuk yang membuat dia harus di gips dan memar di pipinya sangat terlihat jelas. Baik Adit ataupun Narendra tak ada yang mendekat, semuanya tampak kacau

Sampai ketika shubuh tiba, ketika Narendra akan ke mesjid sang Bunda menahan tangan suaminya yang tampak dingin

"sayang, ada apa? Kenapa kau terlihat marah kepadaku?"

Narendra bergeming dan melepaskan pegangan tangan istrinya. Namun sang Bunda memegang lagi sehingga Narendra pun memegang kedua bahu Ana dan menatap tajam

"Kau tahu anakmu itu kenapa? Dia menjadi sasaran dendam selingkuhanmu"

Ana sang bunda sangat terkejut. Air mata menetes dan dia menggenggam kedua tangan suaminya ini

"Maaf Naren, maaf kelalaianku kemarin membawa dampak untuk anak kita"

"Seandainya kau tak bermain gila kemarin Ana, dia masih bisa tertawa seperti anak lainnya"

Ana tergugu dalam tangisnya, sementara sang ayah sudah pergi menuju mesjid. Keributan itu membuat Nadine juga Ali terbangun begitupun Alde, Bang Dirga, Fatih, juga Diva yang terbangun mendengar suara pintu yang terbuka dengan keras. Adit yang baru dari kamar mandipun mendongakan kepalanya dan memejamkan matanya sebentar lalu menuju sang bunda dan Ana pun memeluk putranya

"Bunda penyebab adikmu seperti itu, ma..maaaf"

"Yang lalu biarin berlalu ya bun? Kalo ada kata seandainya Adit juga mau bilang seandainya Adit tau Frans ngincer Ale, seandainya Adit bisa menjaga Ale lebih baik. Tapi itu cuma sebatas seandainya bun, ini semua bukan hanya salah Bunda"

Tiba tiba ada seseorang yang mendekat dan mencium tangan Ana. Ya, itu Alde

"Maafin Al tante, Al tidak bisa menjaga putri Tante"

HOPE(less)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang