- Twenty Four -

1K 183 23
                                    

PAPA

.

McM

.

AUTHOR'S SIDE

.

.

.

Kali kedua untuk Jeno bertemu dengan kelompok belajarnya. Saat pertama kali, Jeno merasa menang karena Doyoung tak meninggalkannya.

Doyoung mengetahui penderitaan putranya. Namun dia abaikan dengan alasan untuk masa depan Jeno yang lebih baik. Ya, senaif itu pikiran Doyoung untuk Jenonya.

Jeno masih berada di depan sebuah pintu ruang belajar di perpustakaan nasional. Jeno yang meminta untuk belajar di sini, tempat umum yang membuatya lebih nyaman dibanding rumah salah satu teman belajarnya.

Jeno melihat jemarinya yang bergetar. Matanya terpejam erat, berusaha untuk membuat semua kerja tubuhnya kembali normal. Menyingkirkan sesaat rasa takut yang membuat dahinya berkeringat.

"Kau Jeno?"

Jeno mengangkat pandangan, remaja dengan name tag 'Hwang Minhyuk' menemukan Jeno berdiam diri. Jeno menganggukan kepalanya.

"Masuklah.." pintu dibukanya lebar.

Semua menjadi begitu nyaring bagi Jeno, ketika pintu ruangan itu terkunci. Senyum dua remaja lainnya terlihat lebih menakutkan dari badut pennywise.

Tubuh Jeno tertarik ke belakang ketika ranselnya dilepas paksa.

Jeno menunduk, ini akan berakhir sama.

Minhyuk menumpahkan seluruh isi tas Jeno. Buku dengan label bewarna kuning terlihat begitu mencolok. Jeno ingin mengambil, namun pemuda bernama 'Kwak Ryugyu' lebih dulu melakukannya. "Hendery Lee?"

"Ah.." kepala belakang Jeno ditepuk tak cukup pelan. "Kau sudah tau sepantasnya berteman dengan siapa? Apakah kalian juga berkencan seperti ayah kalian? Apa kalian sudah melakukannya? Siapa yang dimasuki? Apakah nikmat?"

Jeno ingin menutup telinganya.

"Sudahlah. Kita di sini hanya untuk mengatakan apa yang harus dia lakukan agar Papa Kim Doyoungnya tak marah.." satu-satunya gadis di sana berujar tenang.

"Kau pintar.." Minhyuk kembali menjadi si pengeksekusi. Tangannya mecengkram dagu Jeno agar pandangannya terangkat. "Ayahmu berharap banyak kau berteman dengan kami. Kau tau itu tak akan pernah mungkin. Tapi mari lakukan agar ayahmu percaya kita berteman baik.."

Jeno bodoh. Jeno pecundang. Jeno penakut. Jung Jeno lemah! Semua teriakan itu terasa diujung lidahnya.

"Samakan nilaimu dengan kami. Jika ada yang beberda, kau tau itu akan membuat Papa Kim Doyoungmu kecewa, kan?"

Jeno di dorong saat ketiganya meninggalkan ruangan. Buku catatan Hendery dilempar tepat di samping Jeno. Tangannya segera membekap mulut saat rasa mual itu kembali dirasanya.

.

.

.

To Be Continue

.

.

.

A/n : Halo!!

Yah, si ganteng Jung dibully lagi.

Pernah nggak kalian ngerasain rasa mual waktu nggak bisa ngelepas emosi? kurang lebih Jeno begitu.

 #190302

PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang