- Fifty Four -

1.1K 144 28
                                    

PAPA

.

McM

.

AUTHOR'S SIDE

.

.

.

Jaehyun membungkuk untuk memberi kecupan pada pelipis Doyoung yang tertidur. Mengusap bahu Doyoung sembari berbisik. "Young-a." Kembali membubuhkan kecupan kecil membangunkan sang suami.

Erangan kecil itu membuat Jaehyun mengulum senyum, usahannya berhasil. Mata bulat bak kelinci itu menatap Jaehyun. "Jae." Suara serak terdengar. Doyoung memeriksa suhu tubuh Jeno. "Demamnya sudah turun."

Jaehyun memperhatikan Doyoung yang mengecup dahi Jeno.

"Ada apa? Kau tak tidur?" Doyung perlahan menarik dirinya dari pelukan Jeno untuk mendudukan diri.

Jaehyun mengusap puncak kepala Doyong. "Aku membuat sup pereda pening."

Doyoung tersenyum tipis. "Kau tak marah padaku?"

Jaehyun menggeleng. "Masih sangat marah padamu. Bisa jalan sendiri?"

Doyoung berdiri dengan tangan berpegangan pada Jaehyun. "Tidak."

"Manja." Cibir Jehyun. Keduanya jalan berpegangan tangan keluar kamar. Jaehyun menarikan kursi untuk Doyoung, setelahnya mengambil tempat di samping sang suami.

"Selamat makan!" Doyung mulai menyuap supnya.

Jaehyun berpangku tangan di samping, menatap dalam diam. Memperhatikan memar diwajah Doyoung, sudut bibir yang luka, wajah pucat, tangan yang penuh luka. "Apa yang kau lakukan pada dirimu sendiri?"

Doyoung menoleh. "Apa?"

"Jika merasa bersalah, kau hanya perlu meminta maaf, sayang." Tangan Jaehyun terulur, mengusap lembut pada memar di wajah Doyoung. "Kau hanya akan membuatku merasa bersalah melihatmu kembali seperti ini."

Doyoung tersenyum disertai ringisan. "Itu tujuanku."

Jaehyun mendekat untuk memberikan kecupan di pipi Doyoung. Setelahnya beranjak mengambil kotak kesehatan di dekat dapur. Doyoung tak mempedulikan, melanjutkan untuk menghabiskan supnya.

Jaehyun kembali, membuka kotak tersebut.

"Aku baik-baiks aja, Jae."

Jaehyun bergumam tak peduli. "Kita akan berlibur satu minggu. Tak masalah?" Jaehyun menatap Doyoung.

"Tapi sekolah Jeno?"

"Menjadi peringkat tiga, dia harus mendapatkan hadiah." Jaehyun mendekat, menarik wajah Doyoung perlahan.

"Jaehyun itu pasti sakit!"

"Aku tidak menyuruhmu memukuli dirimu sendiri." Jaehyun perlahan mengobati luka di wajah Doyoung. "Berapa banyak kau minum?'

Doyoung meremas paha Jaehyun untuk menyalurkan rasa sakit. "Aku tidak menghitung."

Jaehyun diam, memilih untuk fokus mengobatin suaminya. Hingga kini pria itu duduk dilantai, untuk mengobati luka pada kaki Doyoung.

"Jae." Panggilan itu terdengar bergetar.

Jehyun mengangkat pandangan. "Ya."

Tangan Doyoung bergetar mengusap wajah tampan suaminya. "Apakah aku pantas mendapatkanmu dan Jeno?'

Jaeyun mengecup pergelangan tangan Doyoung. "Kau lebih dari pantas memiliki kami." Jaehyun kembali duduk di kursinya. Menangkup begitu hati-hati wajah penuh luka Doyoung. "Maaf karena meninggalkanmu. Seharusnya aku tahu ini akan terjadi lagi. Kau pasti akan melukai dirimu sendiri lagi."

"Kau berhak meninggalkanku. Ini semua kesalahanku."

Jaehyun mengecup kembali dua belah pipi Doyoung. "Kau ingin aku dan Jeno meninggalkanmu?"

Doyoung menggeleng.

"Maka jangan membuat kesalahan apapun lagi hanya karena keegoisanmu. Kau yang malu karena orang tua teman belajar sialan Jeno. Kau yang melukai dirimu sendiri karena rasa bersalah. Jangan lakukan apapun lagi sendiri."

Doyoung boleh lebih tua sau tahun dari Jaehyun, tapi entah mengapa suaminya itu lebih pintar bermain kata yang menenangkan.

"Aku masih suamimu. Aku masih pasangan hidupmu. Aku masih berhak untuk diajak bertukar pikiran, terlebih jika itu untuk putra kita. Jangan pernah melupakan jika kau memilikiku dan Jeno. Kau tidak sendiri, sayang."

.

.

.

A/n :

Lagi baik banget aku sama jungjae tuh. Gak bisa jahat kalau jadiin dia karakter untuk FF. Coba kalau gak di FF, ngebully dia mulu udah. Gak berani skinship di stage atau on cam. Tapi beli baju tidur couplean. Basi lu Jae!

#190710

PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang