- Twenty Nine -

942 153 3
                                    

PAPA

.

McM

.

AUTHOR'S SIDE

.

.

.

Hendery menoleh ke samping kiri, memperhatikan Ten yang terlalu fokus dengan lembaran kertas di hadapannya. Hendery melebarkan senyum, jemarinya membunyikan bell di ujung meja.

Ten langsung saja menegakkan duduknya, menatap tak percaya sang anak yang tersenyum cerah.

Ten menggeleng, melepas kaca matanya dengan geraman kesal.

"HENDERY MENANG! ITU BERARTI MAKAN DAGING SEPUASNYA!" remaja dengan tubuh jangkung itu melompat dari duduknya.

"Sayur, kau juga harus memakan sayurnya."

"Tidak! Sesuai kesepakatan Profesor Lee. Jika putra tampanmu ini dapat menyelesaikan soal itu lebih dulu, maka tak ada larangan makan apapun." Hendery bersedekap dada di hadapan Ten.

"Jadi Profesor Lee ini harus menuruti kemauan putra tampannya karena tidak bisa menyelesaikan soal yang dibuat putranya sendiri?"

Hendery menganggukkan kepalanya, bertingkah layaknya kebenaran selalu berpihak padanya. Hendery menarik Ten berdiri, mendorong tubuh ayahnya keluar dari ruang belajar mereka.

Selagi berjalan, lengan Hendery melingkari pinggang Ten, membuat sang ayah bertanya. "Kenapa?"

"Hanya ingin memeluk Papa."

Ten menepuk punggung tangan Hendery. "Daddy akan cemburu jika melihatmu seperti ini."

"Aku juga akan memeluk Daddy saat pulang nanti. Tenang saja, Ryry anak yang adil."

"Tentu, putraku tidak pernah mengecewakan."

Hendery terdiam sesaat. "Papa.."

"Ya?"

"Ryry tidak akan mengecewakan Papa dan Daddy. Ryry akan masuk kedokteran SNU. Ryry akan menjadi yang terbaik untuk selalu membuat Papa dan Daddy bangga."

Ten berhenti melangkah, melepas pelukan anaknya dan berbalik. Tangannya mengusap lengan Hendery pelan. "Terima kasih."

Namun yang dilihat Ten bukanlah senyum putranya, melainkan gambaran wajah terpaksa. "Tentu!"

.

.

.

To Be Continue

.

.

.

PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang