- Fifty Two -

1.1K 142 22
                                    

PAPA

.

McM

.

AUTHOR'S SIDE

.

.

.

Jeno dengan suhu tubuhnya yang tinggi kini mendekap Doyoung di dalam selimut. Bersadar pada dada bidang ayahnya begitu nyaman. Menikmati belaian lembut pada puncak kepalanya.

"Papa jangan menangis."

Doyong merasakan tepukkan kecil pada punggungnya. "Papa tidak menangis."

"Dahiku basah karena air mata Papa." Keluh Jeno manja.

Doyoung dengan cepat menatap dahi Jeno, membuat pandangan keduanya justru bertemu.

Jeno tersenyum tipis. Mengusap pipi Doyoung yang basah. "Laki-laki tidak boleh menangis. Papa yang mengatakan itu."

Doyoung merasakan sesak pada dadanya, sulit bernapas hanya karena seorang remaja laki-laki yang berada dalam dekapannya. "Jeno tidak membenci Papa?"

Jeno mengangguk dan menggeleng.

"Jeno membenci Papa?"

"Tidak ada anak yang bisa membenci orang tuanya. Seberapun anak itu kecewa dengan orang tuanya. Jeno tidak akan pernah bisa membenci Papa."

Doyoung tak dapat mengucapkan apapun lagi.

Jeno mengambil tangan Doyoung, mengecup punggung tangan sang ayah lama. "Papa ingat saat Jeno kecil. Ketika Jeno marah dengan Abeoji yang selalu sibuk dan tak punya waktu untuk kita, Papa selalu ada untuk Jeno."

Doyoung menggigit mulut bagian dalamnya, mendesak air mata itu tak lagi terjatuh.

"Papa, Jeno sudah cukup dewasa untuk mengatakan ini. Jeno boleh anak kandung Abeoji. Tapi Jeno adalah anak Papa. Jeno tumbuh bersama Papa. Jeno belajar semuanya dari Papa. Jeno mendapatkan pelukan hanya dari Papa. Ketika Jeno sakit, Papa yang menamani Jeno hingga sembuh." Jeno tak malu untuk menangis.

Doyoung dengan jarinya yang bergetar menghapus tetes air mata tersebut.

"Apa yang Papa lakukan semalam, tak sebanding dengan pengorbanan Papa yang selama ini ada untuk Jeno."

Doyoung terkekeh. "Bahasamu terlalu tua, anak muda."

"Jeno minta maaf membuat Papa kecewa. Jeno minta maaf."

Doyoung mengecup lama dan dalam pada dahi Jeno. "Maafkan Papa."

"Maaf Jeno selalu ada untuk Papa." Jeno melepas pelukan Doyoung. "Jeno dimaafkan?"

Doyoung mengacak surai yang menutupi dahi Jeno. "Maaf Papa selalu ada untuk Jeno. Papa mencintaimu."

Jeno mengulum senyum. "Apa itu artinya Jeno boleh meminta sesuatu?"

"Apa?"

"Bolehkah Jeno masuk ke Jurusan Psikolog saat perguruan tinggi nanti?" Jeno mengatakan ragu, dan jawaban lama dari Doyoung membuatnya panik. "Tidak, lupakan tentang itu. Aku akan menjadi dokter sama seperti Hendery. Aku harus melamapaui Hendery, kan?"

Doyoung tersenyum miring. "Raih cita-citamu. Papa akan selalu ada dibelakangmu untuk mendukung bukan memerintah. Kau bisa berteman dengan Hendery."

"SUNGGUH?!"

Doyung menajuhkan wajahnya. "Hei anak muda! bertingkahlah seperti orang sakit. Kau berteriak terlalu kerasa di depan wajah Papamu."

Jaehyun memperhatikan dari celah pintu.

"Kalian akan segera pulang?" tanya Gongmyung.

"Kami akan berlibur satu minggu di sini."

"Itu baru adik iparku!"

.

.

.

A/n :

Beres nih ya masalah Dojen. Kemarin pada komen kenapa bagian Jeno Doyoung ke sedih?

Ya kerena anaknya jeno, coba Lucas. Sama aja kaya tetangga sebelah, punya anak macam Hendery.

#190710

PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang