PAPA
.
McM
.
AUTHOR'S SIDE
.
.
.
Doyoung sedikitpun tidak bergerak dari tempatnya. Masih setia membelakangi sekumpulan ibu yang mentertawakan hal tak lucu sekalipun.
Sehabis mengantar Jeno pagi ini, Doyoung menyempatkan bertemu client di gallery. Siang harinya Doyoung sudah di sini, menjadi pendengar yang tak terlihat.
"Aku ingin sekali memasukkan Hendery ke dalam kelompok belajar putraku.."
Doyoung tegakkan tubuhnya, seolah penantiannya berakhir. Topik pembicaraan ini yang dia nantikan.
"Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Jika dia anak seorang gay, berkumungkinan besar dia juga gay!"
Senyum tipis itu terbit diwajah Doyoung. Tangannya terulur mengambil cangkir kopinya.
"Aku juga menakutkan hal itu. Padahal Hendery anak yang tampan dan pintar. Mengapa latar belakang keluarganya seburuk itu?"
Doyung teguk cukup sulit kopinya. Mereka menghina keluarga Ten, tapi dia merasakan sakit yang sama.
"Kau benar. Putriku bilang, ada anak baru yang dekat dengan Hendery.."
Doyoung menegang di tempatnya. Mereka akan membicarakan Jenonya.
"Mungkin saja anak baru itu tidak tau dia anak pasangan gay.."
"Putraku bilang mereka sama. Si cerdas dari pasangan gay.."
"Kurasa akhir dunia semakin dekat..."
"Mengapa anak dengan otak cerdas harus dari keluarga rusak? Aku tidak akan masalah membantu untuk mencari orang tua baru buat dua anak itu.."
Doyoung habis dengan kesabarannya. Dia memilih beranjak, dagunya terangkat angkuh. Senyum tipisnya meneriakkan seberapa berkuasa dirinya. Cangkir kopi masih ditangan. Cengkraman jarinya menguat saat langkahnya semakin dekat pada kumpulan ibu.
Doyoung sadar saat dengan sengaja menumpahkan sisa kopinya pada pangkuan salah satu ibu. "Maafkan aku Nyonya.." Doyoung seorang cassonava kembali. Senyum ramahnya merekah.
"Ya. Bukan masalah.." wanita itu hanya tercengang menatap ketampanan sejati di depannya.
Doyoung lemparkan senyum pada Ibu lainnya. "Maafkan aku. Sebagai permintaan maafku, aku akan mentraktir kalian. Ku mohon maafkan aku. Aku yakin bajumu pasti mahal.."
"Tidak. Aku baik-baik saja.."
Doyoung berhasil menghipnotis semuanya. "Aku sedikit buru-buru. Aku ke kasir untuk membayar.." Doyoung melakukannya. Membayar semua mulut yang merendahkannya dan Jeno.
Selesai, sekilas ia berikan lagi senyum itu pada mereka yang masih menatap. Tangannya meraih ponselnya yang berbunyi. Kebetulan, itu Jeno.
"Oh Jeno! Papa sudah di cafe dekat sekolahmu. Tunggu di depan, hm? Papa dan Abeoji mencintaimu.." Doyoung mengatakan tidak dengan suara yang kecil, hingag satu cafe menjadikannya pusat perhatian.
.
.
.
To Be Continue
.
.
.
A/n :
Halo!
Lupa yaampun hari ini up. Hadeuh..
#190216
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPA
Fanfic[COMPLETED] [SKY Castle Syndrom] Jeno memanggil salah satu ayahnya dengan panggilan Papa. Hendery pun juga memanggil dengan pangilan yang sama. Jeno dan Hendery tidak mengetahui masa lalu kedua Papanya, hingga hal itu mempengaruhi pertemanan mereka...