PAPA
.
McM
.
AUTHOR'S SIDE
.
.
.
Ten menutup pintu kamarnya perlahan, melangkahkan kaki menuju kamar Hendery. Dahinya mengerut tak menemukan Johnny di sana. "Dia sudah bangun sepagi ini?"
Ten menuruni tangga rumah, berdecak pelan menemukan Johnny yang berkutat dengan macbook.
"Kau tidak tidur?"
Johnny menoleh, menyambut suaminya datang dengan seyum khas. "Aku baru bangun satu jam yang lalu."
Ten mendekati, bergelung masuk ke dalam selimut yang Johnny kenakan. Menyandarkan kepala pada lengan suaminya. "Mengerjakan apa? Sejak kapan seorang pengacara mencari paket berlibur?"
"Ayo berlibur." Johnny menunduk.
Ten mengangkat pandangan. "Berlibur? Kita berdua?"
Johnny menampilkan raut wajah sedihnya. "Sayangnya tidak. Bolehkah aku membawa putraku?"
Ten mendengus sebal, memilih menjatuhkan kepalanya di paha Johnny. Menarik macbook hingga berada ditepian meja. "Thai-" Ten langsung saja mendudukan dirinya. "Thailand?"
Johnny seakan mengabaikan pertanyaan Ten, memilih untuk memperlihatkan segala tempat wisata yang menjadi penwaran travel. "Menurutmu dengan harga-"
Ten menutup macbook Johnny. "Bagaimana jika Chicago? Kau siap mengenalkan Hendery pada keluargamu?"
Johnny berusaha menarik Ten dalam dekapannya.
"Jangan membujukku dengan hal seperti ini." Ten menjauh dari jangkauan Johnny. "Kau gegebah melakukan ini."
"Perlahan namun pasti, putra kita itu akan mengetahui semuanya. Menyembunyikan semua ini hanya membuat rasa penasarannya lebih tinggi. Dan kau tau apa yang terjadi jika remaja seusiannya memiliki rasa penasaran tinggi."
Ten membasahi bibirnya yang terasa kering. "Tapi tidak dengan memperlihatkan padanya tentang penolakan ini."
"Hendery sudah ditolak oleh pergaulannya di lingkungan sekolah. Penolakan lain tidak akan membuatnya jatuh, Ten."
"Ini keluarga! Tidak dapat disamakan dengan sekolah ataupun pertemanan di luar sana!"
"Aku hanya ingin semua ini selesai. Setidaknya orang tua kita tahu, seperti apa putra kita. Seperti apa anak laki-laki yang kita perjuangkan kehidupannya hingga detik ini. Aku hanya ingin putraku-" Johnny menarik napas dalam "putra kita diihat."
Ten menatap tak yakin pada Johnny. "Psikologisnya akan tergangu jika mendapatkan penolakan secara kasar dari kakek dan neneknya."
Johnnye memaksa Ten kembali mendekat, mendekap tubuh yang lebih kecil itu dari samping. Menumpu dagu pada pundak Ten. "Itulah alasan mengapa kita menjadi orang tua Hendery. Tugas kita untuk memegangnya saat dia tak bisa berdiri sendiri."
Ten mengusap lengan Johnny yang melingkari perutnya. "Aku pasti sanggup melukai siapapun yang menyakitinya."
"Kita lakukan bersama." Johnny mencium pipi Ten.
Ten terlalu gemas dengan Johnny dini hari ini. "Kau tau maksudku! Aku tak mungkin menyaktiti keluargaku sendiri."
Johnny menghembuskan napasnya ditelinga Ten.
"Jangan bernapas ditelingaku!"
Johnny terkekeh. "Ingin tau pemikiran gilaku apa? Terkadang menghadapi remaja labil seperti Ryry membuatku juga berpkir seperti mereka."
Ten menoleh, membuat ujung hidung mancung keduanya bersentuhan. "Apa?"
"Ilustrasinya seperti ini. Ryry adalah putra kita, anggota keluarga kecil kita. Kita mengenalkannya pada keluarga besar dan berkemungkin besar keberadaanya ditolak. Egoisnya, kita hanya perlu melindungi keluarga yang ada bersama kita. Kita hanya perlu melindungi putra kita."
Ten tertawa remeh. "Dan mengabaikan keluarga besar kita?"
"Siapa prioritas hidupmu sekarang?"
"Hendery." Tanpa ragu Ten mengucapkannya.
"Jika aku harus memilih antara dirimu dan Hendery, lebih baik aku yang pergi. Karena kalian prioritas hidupku. Membahagiakan dan melindungi kalian adalah kewajibanku. Jadi aku bersedia melakukan apapun. Termasuk-" Johnny menahan napas.
"Keluar dari keluarga besar?"
Mata yang semula terpejam, kita menatap tepat pada manik hitam milik suaminya. "Ya."
Ten menimbang semuanya, hingga kecupan pada bibir tebal Johnny terjadi. "Kita lakukan. Kita berlibur ke Chicago dan Thailand. Tapi aku harus mencari penggantiku saat di kelas."
"Bukan masalah!"
"Lalu apa yang kau lakukan di atas badanku, tuan Seo?"
"Mengusahakan sesuatu yang tak mungkin terjadi?"
"Apa?"
"Adik untuk Ryry."
.
.
.
A/n :
Chapter besok ENDING DAN EPILOG.
Mau ngasih warning, sebelumnya aku bilang gak ada straight, karena memang ff ini gak bakalan ada moment picisan begitu.Tapi anaknya memang bakalannnn yahhh
#190710
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPA
Fanfiction[COMPLETED] [SKY Castle Syndrom] Jeno memanggil salah satu ayahnya dengan panggilan Papa. Hendery pun juga memanggil dengan pangilan yang sama. Jeno dan Hendery tidak mengetahui masa lalu kedua Papanya, hingga hal itu mempengaruhi pertemanan mereka...