- Thirty Eight -

876 133 6
                                    

PAPA

.

McM

.

AUTHOR'S SIDE

.

.

.

Hendery dilanda kebingungan saat ini. Sudah satu jam semenjak pulang sekolah, tapi Ten tak juga membawanya pulang. Satu jam yang hening, Hendery tak suka!

"Ryry."

Hendery bereaksi seakan dia baru saja menahan napas begitu lama. Meraup oksigen dengan kasar.

"Ada apa?!" Ten langsung saja menepikan mobilnya. "Kenapa? Terjadi sesuatu? Kau sulit bernapas? Katakan pada Papa!" Ten berbalik untuk memastikan keadaan putranya.

"Papa bersuara."

"Hah?!" terkadang Ten tak paham dengan tingkah putra kandungnnya ini. Wajah mereka memang mirip, tapi entah sifat siapa yang diambilnya.

"Boleh Ryry memakan yupi sebelum menjelaskan?"

Ten hanya tertawa sembari mengangguk. Hendery boleh saja sudah menyayingi tingginya, wajahnya semakin tegas seperti Johnny. Tapi tetap saja, Ten dan Johnny akan selalu menganggapnya bayi. Terlebih dengan persediaan susu kotak dan yupi di lemari pendingin mereka.

Hendery membuka tas sekolahnya, mengambil sebungkus yupi.

"Jadi ada apa?" tanya Ten.

"Papa bersuara setelah satu jam lamanya."

Ten tersenyum tipis. "Papa mengira Ryry masih marah."

Hendery mengulurkan bungkus yupinya kepada Ten. "Seharusnya Papa yang marah pada Ryry. Itu kesalahan Ryry yang langsung menyimpulkan semuanya. Jika diambil dari pemikiran positif, Papa melakukannya untuk masa depan Ryry."

Ten tahu jika putranya itu cerdas, tapi kalimat seperti itu sangat jarang keluar dari mulut putranya saat bersama dia ataupun Johnny. Ten mengambil satu yupi berbentuk beruang tersebut.

"Jadi, Papa dimaafkan?"

Hendery mengangguk. "Karena Papa sudah mengambil yupiku."'

Ten meraih tangan Hendery. Mengusap punggung tangan putranya dengan sayang. "Papa mohon perngertian Ryry. Papa tidak akan menutupinya lagi, yang Ryry dengarkan semalam itu benar. Keluarga Papa menganggap Ryry sebagai kesalahan."

Hendery diam mendengarkan.

"Itu sebabnya Papa melakukan ini. Papa ingin mengatakan pada keluarga Papa dan seluruh dunia-" mata layaknya kucing itu menatap langsung pada putranya. "Jika Lee Hendery bukanlah kesalahan. Putraku adalah kebanggaan. Putraku pantas untuk berada di dunia ini."

Hendery untuk pertama kali melihat Papanya menangis.

"Dan Papa akan melakukan apapun untuk membuatmu bahagia di dunia ini."

.

.

.

A/n :

Pengen bikin Ryry jawab nyeleneh "Papa, boleh Ryry merekam papa saat menangis?"

Tapi kesian suasana udah mengharu biru, dirusak. Yasudah. Segitu saja hari ini.

#190704

PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang