X. TELAT

958 36 2
                                        

Hari ini Davina bangun kesiangan, ia bergegas menuruni anak tangga dan berlari menuju halte bus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini Davina bangun kesiangan, ia bergegas menuruni anak tangga dan berlari menuju halte bus. Diliriknya jam di pergelangan tangannya, 20 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Namun, Davina masih berada jauh dari sekolahnya. Waktu terus berputar, sementara Davina masih berada di dalam bus yang tidak kunjung bergerak. Di depan sana terjadi kecelakaan yang berdampak kemacetan, jika seperti ini sulit bagi Davina untuk bisa sampai di sekolah tepat waktu.

Setelah lima belas menit terjebak kemacetan akhirnya bus yang ditumpangi Davina dapat kembali melaju menuju tujuan.

Davina turun di halte dekat sekolahnya. Ia berlari kencang ketika melihat satpam akan menutup gerbang sekolahnya. "Pak Jo!!! Tunggu...," teriak Davina sambil berlari.

"Neng. Tumben telat, biasanya rajin datang pagi," ucap Pak Tejo pada Davina. Davina mengangguk dengan cengirannya

"Hehe... iya, Pak. Kesiangan, saya boleh masuk ya, Pak. Saya kan baru pertama kali telat, boleh ya, Pak. Please...," bujuk Davina.

"Ya udah cepet atuh, Neng. Masuk"

"Wah makasih ya, Pak. Bapak baik deh. Saya masuk kelas dulu ya, Pak." Pamit Davina. Setelah Pak Tejo menganggukan kepalanya Davina segera berlari menuju kelasnya.

Koridor sudah sangat sepi. Bel masuk juga sudah berbunyi 10 menit yang lalu. Davina mengatur nafasnya ketika berada di depan pintu yang tertutup rapat, dengan hati-hati ia mengetuk pintu tersebut dan masuk ke dalamnya, di dalam sana seorang wanita paruh baya tengah berdiri sambil menjelaskan materi kepada teman kelasnya.

"Assalamualaikum, Bu." Semua penghuni kelas menatap ke arah pintu masuk membuat nyali Davina menciut ditambah lagi guru Bahasa Indonesia yang menatap tajam ke arahnya

Aduh alamat kena hukum kalo gini. Batin Davina.

"Kamu telat, Davina?" tanya gurunya.

"Maaf, Bu," jawab Davina kemudian menunduk takut.

"Kamu harusnya sudah tau, kan. Apa yang harus kamu lakukan jika terlambat di mata pelajaran saya. Simpan tas kamu dan segera berdiri di lapangan sampai waktu istirahat tiba." Ucap Bu Zulfa.

"Baik, Bu. Saya permisi." Ucap Davina setelah menyimpan tasnya. Para sahabatnya menatap Davina iba, karena ini pertama kali bagi Davina dihukum untuk berdiri di tengah lapangan. Melihat itu Davina tersenyum lantas menganggukan kepalanya seolah berkata bahwa dirinya baik-baik saja dan akan menjelaskan alasannya nanti. Davina segera keluar dari kelasnya, ia berjalan sendirian di koridor yang sepi kemudian menghilang di persimpangan jalan menuju lapangan.

Sementara di kelas, Naufal terdiam melihat kepergian Davina. Matanya tak henti menatap ke arah pintu di mana ia melihat Davina berdiri kemudian tak lama pergi menghilang dari pandangannya.

Lamunan Naufal terhenti ketika mendengar teriakan seseorang di depannya.

"Naufal!!!"

"Kamu mendengarkan saya menjelaskan, tidak? Jika tidak ingin mengikuti pelajaran saya kamu bisa keluar dari kelas saya, SEKARANG!" ucap sang guru. Tanpa berbasa basi Naufal segera keluar dari kelasnya dan melewati sang guru yang kini tengah berdecak kesal melihat kelakuan Naufal.

DAVINA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang