"Pagi Bunda," sapa Davina.
"Kamu udah siap sekolah, Na?" tanya Alina. Davina mengangguk lalu duduk di samping sang bunda.
"Ya udah, sarapan dulu baru berangkat sekolah." Alina menyendokkan nasi goreng dan menambahkan telur dadar di atas piring Davina.
"Makasih, Bun." Davina memakan nasi goreng buatan sang bunda dengan lahap.
"Davina berangkat ya, Bun. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Hati-hati di jalan."
Cuaca pagi begitu sejuk, Davina turun dari bus dan berjalan di sepanjang trotoar menuju sekolahnya sesekali ia tersenyum kepada pengguna jalan lain yang melewatinya.
Davina melihat Friska berjalan di depannya, ia mempercepat langkahnya agar sejajar dengan Friska,
"Friska!" panggil Davina. Seketika Friska menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Davina. Davina semakin mempercepat langkahnya mendekati Friska.
Ketika Davina dan Friska berjalan beriringan di koridor menuju kelas suara seseorang menghentikan langkah mereka.
"Davina!"
Suara laki-laki terdengar begitu asing di telinga Davina, ketika Davina berbalik, terlihatlah seorang laki-laki berjalan mendekat ke arahnya dan tak jauh dari tempatnya berdiri terlihat Vita dan Tania yang berjalan mendekat.
Kini laki-laki itu sudah berdiri tepat di depan Davina dan di belakangnya ada Vita dan Tania.
"Hai!" sapanya, Davina hanya diam, bukan sombong, tapi bingung tak tau harus apa.
"Ah, pasti lupa. Naufal Adnan Gracio panggil aja Naufal, siswa pindahan di kelas XI IPA 1."
"Oh."
"Gue duluan ya, Na." Ucap Naufal di balas dengan deheman oleh Davina. Naufal pergi berjalan ke kelas, lalu Davina mengalihkan pandangannya pada para sahabatnya yang sudah berdiri disamping Davina sambil tersenyum penuh arti.
Dia kira ini iklan pasta gigi kali. Batin Davina.
"Apa?" tanya Davina ketus.
"Hahaha..., cie..., kayaknya ada yang naksir sama ibu ketua kelas yang galak," goda Tania.
"Gak jelas." Jawab Davina.
Vita merangkul Davina. "Yaelah, Na. Jangan ketus-ketus sama cowok kasihan, kena mental break dance mereka."
"Break Down, Vita...." Koreksi Friska.
"Iya, iya..., itu maksud gue."
"Kalian tau kan kenapa gue nutup diri dari mereka." Jawab Davina. Hal itu sontak membuat mereka mengaggukkan kepalanya.
Dari arah tangga terlihat Kei berlari tergesa-gesa,
"Hosss..., hosss..., Na, pinjem buku fisika,"ucap Kei.
Yaelah masih pagi udah minta contekan
Davina membuka tas dan mengambil buku bersampul coklat miliknya, kemudian memberikannya kepada Kei, baru saja Davina menutup tas, Kei, Vita dan Tania sudah berlari menuju kelas meninggalkan Davina dan Friska di koridor.
"Kebiasaan."
"Udahlah, yuk ke kelas!" ajak Friska.
Hai guys....
Jangan lupa tekan tanda bintang di sudut kiri bawah ya, jangan lupa comment dan share cerita ini ke teman kalian ya✨
See you on next part👋
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVINA (COMPLETED)
Fiksi RemajaTerbelenggu oleh rasa yang mengikatnya pada seseorang di masa lalu, dan bayang-bayang akan kenangan indah bersama seseorang di masa lalunya memaksa Davina membangun dinding pembatas antara dirinya dan orang-orang yang berada disekitarnya, juga terha...