"Loh, Na. Kok udah pulang, kamu kenapa kok pucat gini?"tanya Alina. Alina khawatir ketika melihat wajah anaknya yang terlihat pucat dan pulang sebelum waktu pulang sekolah.
"Gapapa, Bun. Davina mau ke kamar dulu ya,"
"Iya, kamu istirahat aja nanti Bunda bawain makan siang sama obat kamu" Davina mengagguk kemudian menaiki anak tangga lalu berbelok ke arah kamarnya.
"Badan gue kok lemes banget ya" ucap Davina lalu membaringkan tubuhnya di atas kasur tanpa mengganti seragamnya hingga rasa kantuk datang dan tak lama matanya pun tertutup.
"Davina, bangun nak makan dulu," ucap Alina membangunkan Davina. Davina mengerjapkan matanya, dilihatnya jam menunjukkan pukul 2 siang.
"Makan abis itu minum obat ya, Na. Bunda ke bawah dulu, ada teman kamu di bawah," ucap Alina lalu meninggalkan Davina di kamarnya.
Teman? Siapa? Kalo Friska sama yang lain pasti udah ribut ke sini batin Davina
Karena penasaran Davina segera berjalan keluar kamarnya dan melihat punggung seorang laki-laki yang duduk membelakanginya, mungkin karena merasakan kehadiran Davina laki-laki itu berbalik dan menatap Davina sambil tersenyum
" Hay, Na. Udah makan belum? udah waktunya makan siang loh,"ucap laki-laki itu
"Kok lo bisa ada di sini, Fal?" tanya Davina. Ternyata teman yang dimaksud bundanya itu adalah Naufal
"Gue udah bilang kalo gue bakal jadi alarm biar lo inget makan, gue khawatir lo sakit kayak tadi, apa lagi sampe pingsan," ucapan Naufal membuat Davina bungkam ia tidak tau harus melontarkan jawaban atas ucapan Naufal. Sedangkan Naufal yang melihat Davina melamun melambaikan tangannya di depan Davina. Davina yang tersadar dari lamunannya pun kaget karena tiba-tiba Naufal sudah ada di hadapannya membuat Davina grogi, mungkin.
"Hey! jangan melamun gak baik. Udah makan belum?"tanya Naufal dengan nada lembut. Davina hanya bisa menggelengkan kepalanya sebagai jawaban entah kenapa rasanya bibirnya kelu untuk berucap ketika berada di dekat Naufal
"Kebiasaan, udah sekarang lo duduk di kursi sana deh," ucap Naufal kemudian berlalu meninggalkan Davina. Davina pun mengikuti perintah Naufal untuk duduk di kursi tamu yang tadi di tempati Naufal dan tak lama Naufal datang dengan nampan yang berisi sepiring nasi, air putih dan obat Davina.
"Lo harus makan kalo mau sembuh, gimana mau sehat kalo makan aja harus di paksa dulu"
"Nih, aaa...," ucap Naufal sambil menyendokkan nasi ke arah Davina
"Gue ga mau makan nasi, Fal. Gue mau bubur" ucap Davina manja
"Ya udah, bentar gue bikinin buburnya,"
"Emang lo bisa bikin bubur?"tanya Davina penasaran
"Gampang bikin bubur mah " jawab Naufal kemudian berlalu meninggalkan Davina untuk membuat bubur. Davina menatap Naufal punggung Naufal yang mulai menjauh dan menghilang di balik tembok pembatas tanpa ia sadari sebuah senyuman tercetak di wajah Davina.
Setelah hampir setengah jam Naufal berkutat di dapur Davina dan membuat Davina menunggunya Akhirnya bubur buatan Naufal jadi
"Akhirnya selesai juga nih bubur," gumam Naufal
"Nak Naufal, kenapa gak panggil bunda aja tadi " ucap Alina menghampiri Naufal yang selesai membuat semangkuk bubur. Alina tidak sengaja melihat Naufal di dapur ketika ia hendak mengambil peralatan bertanam.
"Gapapa, tante. Saya udah terbiasa kalo cuma buat bubur soalnya sering buat dirumah untuk oma, maaf ya tante udah masuk dapur tante" ucap Naufal bersalah
"Eh, gapapa, Nak. Anggap aja rumah kamu. Jangan panggil tante panggil bunda aja biar sama kayak Davina"
"Eh i-iya, Tan. Eh, Bun" ucap Naufal grogi
"Ya udah kalo gitu Bunda mau ke taman belakang dulu ya"
"Iya, Bun. Kalo gitu Naufal pamit dulu mau ke depan, Bunda kalo butuh bantuan panggil Naufal aja ya" ucap Naufal
Di lain sisi, terlihat Davina yang mulai jengah menunggu Naufal selesai membuat bubur untuknya, sesekali ia melirik ke arah dapur namun sayangnya Naufal belum juga keluar dari dapur.
"Naufal kok belum selesai-selesai ya"gumam Davina
Namun, tak lama Davina merasakan aroma bubur buatan Naufal dari ruang tamu. Davina membalikan badannya dan melihat ke arah dapur, dilihatnya Naufal dengan semangkuk bubur yang terlihat menggiurkan di mata Davina.
"Tuan putri, nih buburnya udah jadi, dimakan ya" ucap Naufal sambil tersenyum.
"Thanks, Fal" ucap Davina setelah memakan bubur buatan Naufal
"Obatnya jangan lupa di minum, gue pamit pulang dulu ya salam buat Bunda,"lalu beranjak dari duduknya
"Eh Naufal mau pulang?" tanya Alina berjalan dari arah taman belakang
"Iya, Bun. Naufal mau pulang dulu" ucap Naufal sambil menyalimi bunda Davina
"Assalamualaikum"
"Walaikumsalam"
Mobil Naufal keluar dari perkarangan rumah Davina tinggallah Davina dan bundanya.
"Dia kok panggil bunda sih, Bun" Davina menatap Alina penasaran.
"Bunda yang suruh"
"Na, Bunda liat dia anak yang baik, peduli sama kamu, kayaknya dia juga suka sama kamu,"goda Alina pada anaknya
"Apaan sih, Bun. Kita cuma temen doang ga lebih"
"Ga ada salahnya kamu buka hati, kamu gak mungkin nunggu dia terus"
"Udah ah, Bun. Jangan bahas dia dan juga Naufal. Davina udah kehilangan dia dan Naufal gak lebih dari sekedar teman buat Davina, Davina ke atas dulu, Bun." Davina lalu masuk ke dalam kamarnya
Alina menatap kepergian Davina.
Bunda berharap kamu dapat kebahagian kamu, Na. Bunda harap kamu udah bisa menerima masalalu dan melupakan dia batin Alina
Hai....Hai....Jangan lupa vote ya, tekan tanda bintang yang di sudut kiri bawah. Comment dan share juga cerita ini ke teman kalian ya🤗
See you guys....
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVINA (COMPLETED)
Teen FictionTerbelenggu oleh rasa yang mengikatnya pada seseorang di masa lalu, dan bayang-bayang akan kenangan indah bersama seseorang di masa lalunya memaksa Davina membangun dinding pembatas antara dirinya dan orang-orang yang berada disekitarnya, juga terha...