Hari ini Davina sengaja untuk datang tepat saat bel berbunyi karena dia yakin teman-teman nya termasuk Naufal sudah berkumpul di lapangan untuk mengikuti upacara. Davina meletakkan tasnya di bangku dekat lapangan, lalu memakai topinya dan bergegas menuju lapangan. Lima menit lagi upacara akan segera di mulai. Karena setiap upacara siswa berbaris sesuai angkatan kali ini Davina memilih berbaris di barisan paling belakang sebaris dengan anak kelas bahasa.
(Maksud baris sesuai angkatan itu misalnya kelas X.Ipa X.Ips atau pun X.bahasa jadi satu begitu juga kelas XI dan XII. )
"Hai, Na Tumben baris di kelas bahasa" Bisik seseorang di sebelahnya. Davina memalingkan wajahnya dan menatap orang yang berdiri kesebelahnya.
"oh Hai Fira, lagi ingin aja Fir" jawab Davina pelan.
Safira Rahmadhani, Davina biasa memanggilnya Fira. Fira adalah teman Davina dari kelas bahasa. Davina kenal Fira karena mereka satu ekskul. Kegemaran Davina dalam menulis membuatnya masuk ekskul mading, dan begitu juga dengan Fira.
"Na, lama ga nulis lagi" ucap Fira
"karya yang terakhir kamu buat itu sekitar satu tahun yang lalu dan itu buat mereka baper malah ada yang sampai nangis." ucap Fira menunjuk teman-temannya. Davina ingat tulisan yang ia buat kala itu Ia titip pada Andre untuk di berikan pada Fira sebagai tugas pertama dan mungkin yang terakhirnya. Karena setelah saat itu Davina tidak pernah menulis lagi. Saat itu Davina masih berstatus pacar Kevin Tulisan yang ia buat, berisi untaian kata-kata yang ingin ia sampaikan pada Kevin dan berharap Kevin bisa membacanya. Namun hal itu tidak pernah terjadi.
"bikin lagi dong, pokoknya aku tunggu sampai besok pagi ya" ucap Fira mendesak Davina dan membuyarkan lamunannya. Davina menghela nafasnya.
"tapi jangan sampai ada yang tau ya kalau itu tulisan aku" Ucap Davina. Terlihat raut bahagia di wajah fira.
"siap laksanakan Komandan!" ucap Fira semangat.
Setelah upacara selesai Davina memilih untuk mengunjungi perpustakaan karena ia yakin setelah ini guru akan rapat untuk ujian kenaikan kelas yang akan di adakan minggu depan. Walaupun begitu sebelum Davina menuju perpustakaan ia izin terlebih dahulu pada gurunya yang akan mengajar di kelas. Setelah mendapatkan izin Davina menghela nafas lega. Dengan tas yang melekat dipunggungnya Davina berjalan menuju perpustakaan.
Sesampainya di perpustakaan Davina memasang earphonenya dengan pena bertinta silver Davina menulis sesuatu di atas kertas berwarna biru miliknya.
Lagu yang terputar di playlist nya membuat Davina terhanyut dalam kegiatan menulisnya. Setelah di rasa cukup Davina segera membawa kertas itu dan memberikannya pada Fira. Tentunya Fira senang melihat Davina kembali menulis.Davina melihat jam tangannya tak terasa sudah setengah jam ia habiskan waktunya di perpustakaan, Davina bergegas menuju kelasnya.
Teriakan dari Tania menyambut kedatangan Davina di kelas."Davinaaa,,,,," teriak Tania lalu memeluk Davina.
"gue kangen,sejak hari itu lo ga aktifin hp" ucap Tania.
"sorry, aku cuma butuh waktu buat nenangin diri" ucap Davina pelan. Davina meletakkan tasnya di bangku sebelah Friska.
"Na, mata kamu, kayak panda gitu" ucap Friska melihat Davina yang duduk di sebelahnya.
"pasti kamu nangis trus ga bisa tidur kan" bisik Friska.
"Aku gapapa Fris, udah aku mau lanjut baca, tadi aku pinjem novel di perpustakaan" ucap Davina. Lalu menyelami dunia bacaannya.
Sementara itu di bangku belakang Naufal memperhatikan Davina, terselip rasa sakit di hatinya melihat Davina, dan Naufal yakin Davina menangis dan itu karena dia.
Setelah hari itu Naufal tidak menghubungi bahkan ia tidak datang ke rumah Davina. Naufal merasa Davina butuh ruang untuk sendiri dan Naufal sendiri butuh waktu untuk mengerti perasaannya.Benar kata Zio gue gak seharusnya nyakitin Davina yang tulus sama gue. Batin Naufal.
***
Setelah Dua jam berkutat dengan rumus-rumus kini Davina,Tania, Kei, Friska dan Vita dapat menghela nafasnya lega pasalnya beberapa menit yang lalu pelajaran matematika sudah berakhir. Kini mereka sedang duduk di bangku kantin menunggu makanan yang mereka pesan.
Sambil menunggu makanannya datang, Davina memperhatikan sekelilingnya, matanya terpaku pada seseorang yang tengah duduk tak jauh darinya, melihat itu membuat matanya memanas. Disana Davina melihat Naufal dan Ara sedang duduk berdua. Davina membuang pandangannya melihat perlakuan Naufal pada Ara. Suara gelak tawa Ara terdengar sampai terdengar di meja yang di tempati Davina. Davina menatap sekelilingnya Banyak siswa yang memperhatikannya dan juga Naufal. Terdengar bisikan bisikan yang membicarakan hubungan Davina dan Naufal. Hal itu membuat Davina muak Davina mengeluarkan earphone dari dalam sakunya ia tak peduli omongan orang Davina segera menyantap makanan yang sudah di pesannya.
Sementara di tempat yang sama Naufal yang menyadari dirinya menjadi bahan pembicaraan siswa di kantin menatap sekelilingnya. setelah menemukan yang di cari matanya tak lepas dari menatap wajah Davina yang tengah memakan makanannya. Ara yang melihat arah pandang Naufal menghela nafasnya tak lama ia menepuk bahu Naufal
"Samperin jangan di liatin aja" ucap Ara
Naufal tersenyum " Kamu gapapa aku tinggal bentar?" tanya Naufal
"gapapa lagian aku juga mau ke toilet sebentar" ucap Ara. Naufal mengangguk. Namun, ketika hendak berdiri menghampiri Davina. Matanya mendapatkan Kevan yang sudah duduk di samping Davina. Tangannya terkepal melihat perlakuan manis Kevan pada Davina. Tak mampu menahan emosinya Naufal berjalan menghampiri meja Davina. Matanya menatap tajam Kevan yang menatapnya remeh. Naufal menarik kerah baju Kevan hingga membuatnya berdiri. Mereka sontak menjadi pusat perhatian semua orang yang berada di kantin.
"jangan pernah dekati Davina" ucap Naufal. Lalu satu pukulan mendarat di wajah Kevan.
Kevan memegangi sudut bibirnya lalu tersenyum menatap Naufal
"apa masalahnya buat lo hah!" ucap Kevan"Davina PACAR gue" jawab Naufal.
"Pacar? Ngga tau diri ya lo. Lo masih anggap dia pacar lo setelah lo,,," ucapan Kevan terputus melihat Davina pergi meninggalkan kantin.
"gue udah selesai, gue duluan" ucap Davina menggunakan kata "lo-gue" lalu pergi meninggalkan kantin.
Davina mempercepat jalannya. Ia masuk ke dalam bilik toilet dan menangis sejadi-jadinya. Hatinya sudah terlalu rapuh, melihat Naufal membuatnya teringat akan kejadian beberapa hari yang lalu.
Jika Naufal masih memiliki rasa pada Ara kenapa harus Aku yang menjadi pelampiasannya? Gumam Davina
Apa salah ku sampai Naufal menjadikan ku pelampiasannya?. Davina terisak mengingat betapa baiknya Naufal pada Davina kala itu.
Apakah selama ini hanya aku yang larut dalam rasa ini. Batin Davina
Davina menumpahkan segala sesaknya lewat air mata, Namun tak lama terdengar rintihan seseorang dari luar bersamaan dengan gelak tawa seorang perempuan. suaranya Davina seakan kenal. Segera ia menghapus air matanya, membasuh wajahnya dengan air dan keluar dari bilik toilet untuk melihat apa yang terjadi di luar.
![](https://img.wattpad.com/cover/178242355-288-k31194.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVINA (COMPLETED)
Dla nastolatkówTerbelenggu oleh rasa yang mengikatnya pada seseorang di masa lalu, dan bayang-bayang akan kenangan indah bersama seseorang di masa lalunya memaksa Davina membangun dinding pembatas antara dirinya dan orang-orang yang berada disekitarnya, juga terha...