Terik matahari tak bisa melunturkan senyum Davina yang terus mengembang, ia baru saja kembali ke sekolah setelah mengharumkan nama sekolahnya.
Davina keluar dari ruang guru setelah menyimpan pialanya di meja Bu Nadin.
Tepat bel istirahat kedua berbunyi Davina berjalan menelusuri koridor kelas XII. Namun, Davina menghentikan langkahnya dan melambaikan tangannya ketika ke-empat sahabatnya melihat kearahnya
"Davina!" teriak Tania. Kemudian mereka berlari ke arah Davina dan memeluk Davina
"Gue percaya lo bisa, Na" ucap Friska.
"Makasih ini semua juga berkat do'a dan semangat dari kalian semua"
"Na, pasti lo laperkan? Makan dulu yuk kita ke kantin" ajak Kei
" Eh, Na tau ga? Tadi pas freeclass Devan manggil Tania ngajak duet eh Tanianya pura-pura biasa aja padahal hatinya pengen teriak tuh"
"Ehh, apaan si lo! nggak kok. Jangan percaya omongannya Vita, Na." Elak Tania sambil menatap garang ke arah Vita
"Apiin si li, enggik kik, Hilih. Yang tadi merah mukanya siapa si Kei?" tanya Vita menyindir Tania. Tania mendengus lalu memalingkan wajahnya.
"Ya gapapa lah, Tan. Siapa tau bisa makin deket" ucap Davina
"Udah ish, gue malu"
Tania memegang kedua pipinya yang seperti kepiting rebus sedangkan sahabat-sahabatnya yang lain tertawa gemas dengan tingkah Tania."Kantin rame banget " celetuk Friska ketika mereka memasuki area kantin
"Kita duduk dimana nih? udah pada penuh semua?" tanya Kei
"Eh Tan, itu meja Devan masih ada yang kosong kesana aja yuk!" ajak Vita
"Gimana, Tan? Mau disini apa balik kelas?" tanya Davina
"Ya udah gabung aja sama Devan, kasian Davina belum makan" putus Tania sambil berjalan ke arah meja Devan.
"Van kita boleh gabung ga? soalnya meja lain penuh," izin Vita
"Udah duduk aja gapapa,"
Bukan Devan yang menjawab tapi Naufal.
Naufal berjalan mendekat ke arah meja yang di tempati oleh Devan dengan membawa nasi goreng dan sebotol air mineral pesanannya kemudian duduk di sebelah Devan. Karena di izinkan Davina dan sahabatnya pun duduk bergabung dengan Devan dan yang lainnya.Naufal menyodorkan nasi goreng dan air mineral yang di bawanya ke arah Davina. Sontak mereka yang ada di meja melirik ke arah Naufal dengan penuh tanda tanya.
"Di makan Na, lo belum makan kan?"
"Aduh, aduh romantisnya babang Naufal." ucap Andi
"Gak usah, Fal. Gue bisa pesen sama yang lain"tolak Davina
"Mending di makan aja nasi gorengnya Na, kalo ngantri bisa lama ntar malah kehabisan gue sama yang lain udah makan nasi kok pas istirahat pertama" ucap Friska dan di angguki oleh Tania dan yang lainnya. Davina pasrah dan mengikuti ucapan sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVINA (COMPLETED)
Teen FictionTerbelenggu oleh rasa yang mengikatnya pada seseorang di masa lalu, dan bayang-bayang akan kenangan indah bersama seseorang di masa lalunya memaksa Davina membangun dinding pembatas antara dirinya dan orang-orang yang berada disekitarnya, juga terha...