renggang

274 24 0
                                        

Seminggu berlalu tepat hari ini ujian  semester berakhir. Davina keluar dari ruang ujian bersama para sahabatnya. Mereka berjalan beriringan memasuki area kantin.

" akhirnya,,,, ujian selesai" ucap Vita lalu duduk di kursi tengah

"seminggu ulangan otak gue rasanya jungkir balik apa lagi matematika" keluh Kei lalu duduk di samping Davina.

" bener banget Kei, asal lo tau gue selalu pake formula andalan gue buat ulangan" ucap Tania dengan bangganya.

"Formula andalan apaan?" ucap Friska bingung.

"ya elah apa lagi kalo bukan ngitung kancing baju buat nentuin jawaban" ucap Vita lalu tertawa terbahak-bahak

"Astaga,,,, kebiasaan lo Tan, kapan pinternya coba" ucap Kei berdecak lalu menggelengkan kepalanya.

"Kayak lo ngga aja Kei" gerutu Tania. Kei mengabaikan ucapan Tania. Lalu mengedarkan pandangannya ke penjuru kantin.

"Na, Naufal tuh dari tadi ngeliatin" ucap Kei melihat Naufal memandangi Davina dari jauh.

Davina mengikuti arah pandang Kei. Benar saja di sana Naufal duduk dan tetap melihat ke arahnya. Davina hendak tersenyum ketika Naufal melambaikan tangannya namun ia urungkan karena ia sadar bukan dirinya yang di maksud Naufal. Davina melirik kebelakang. Davina melihat Michel berdiri tak jauh dari tempatnya duduk dan membalas lambaian tangan Naufal. Tak lama Davina melihat Michel berjalan melewati mejanya menghampiri Naufal. Davina bisa melihat Naufal berdiri dari duduknya dan menarik kursi untuk Michel duduki. Davina tersenyum miris menatap Naufal yang kini sudah duduk kembali ke tempatnya senyum Naufal tidak pernah pudar sejak kedatangan Michel.

Kita memang berbeda Fal, Apa aku harus melepas kamu agar kamu tidak terbebani lagi dengan hubungan yang tak berarah ini. Usaha aku buat yakinin kamu ga ada hasilnya Aku mau kamu bahagia Fal, dan aku juga udah cukup rasanya menikmati rasa sakit ini. Batin Davina

"Bukan, Kei" ucap Davina lesu.

"Balik yuk" ajak Davina

"tapi kita kan belum makan, pesenan kita juga baru sampai masa mau di tinggal" ucap Vita.

"Ya udah kalian makan, aku duluan" ucap Davina lalu pergi meninggalkan kantin.

"Davina,,,,lo belum makan apa-apa dari tadi pagi" teriak Tania untuk menghentikan langkah Davina namun sayang tidak berhasil Davina tetap berjalan meninggalkan kantin. Tania, Kei, Friska, dan Vita sontak bangkit dari kursinya lalu mengikuti Davina keluar kantin.

Sementara di sudut kantin, tepatnya di meja yang Naufal tempati Naufal melihat dan mendengar jelas percakapan yang di lontarkan Davina dan para sahabatnya. Naufal berdiri dan berjalan meninggalkan Michel yang sudah menggerutu kesal namun tetap tak di pedulikan oleh Naufal. Naufal berjalan ke arah parkiran menaiki motornya dan pergi meninggalkan area sekolah.

Naufal memberhentikan motornya di depan bangunan bertingkat yang sangat ia benci. Bangunan yang dua minggu ini selalu ia kunjungi.

Lorong sepi menyambut kedatangan Naufal, bau obat-obat menyeruak masuk ke dalam indra penciumannya. Naufal berhenti di depan sebuah ruangan ia memejamkan matanya sejenak lalu menghela nafasnya, dengan perlahan Naufal masuk ke dalam ruangan bernuansa serba putih itu dan mendapati seorang gadis yang masih terbaring lemah di atas brankar.

Bibir yang dulu selalu tersenyum kini terlihat pucat, mata yang selalu memandangnya kagum kini tertutup rapat entah Naufal tidak tau kapan gadis itu akan bangun dari komanya. Naufal berharap tuhan tidak mengambil dia lagi dari hidupnya. Naufal berjalan ke arah jendela yang menampakkan langit sore, pikirannya melayang mengingat Davina. Ada keraguan dalam diri Naufal, sebagian dari dirinya tidak percaya bahwa Davina yang melakukan semua ini pada Ara. Melihat bagaimana Davina memperlakukan Ara dengan baik, apa lagi ketika melihat Ara sakit saat liburan terakhir mereka. Namun semua keyakinan Naufal  di patahkan oleh ucapan Michel. Ucapan Michel seakan berputar di kepalanya. Naufal berharap Ara cepat sadar, sehingga Ara bisa menjelaskan semua kejadian waktu itu.

Naufal teringat akan sesuatu lalu mengambil ponsel yang ada di saku celananya. Ada banyak pesan yang Davina kirimkan untuknya namun tak satupun Naufal baca. Naufal tersenyum miris.

Naufal mengetik sesuatu di ponselnya dan tak lama ponsel Naufal berdering sebuah panggilan masuk ke ponsel Naufal.

"Fal lo yakin sebanyak itu"

"iya itu semua" ucap Naufal

"banyak banget bro, gue ga mau nunggu ya" ucap seseorang di seberang telepon

"Zi, cerewet banget sih lo, tinggal ambil doang kok"

"malu gue coy, lo kira gue tukang ojek" gerutu Zio

"ck lo tinggalin aja di depan rumah, ntar juga ada yang ambil" ucap Naufal sebelum memutuskan panggilannya lalu menyimpan handphone nya di atas meja dekat brankar Ara.

***

Setelah kejadian di kantin Davina memilih pulang dan mengistirahatkan tubuhnya.
Davina bergelung dengan selimut tebalnya sementara para sahabatnya tengah asik menonton film di atas karpet bulu milik Davina.

"Davina,,,," panggilan Alina yang berada di ruang tengah.

Samar Tania mendengar suara tante Alina memanggil Davina. Tania beranjak dari karpet dan mendekati tempat tidur

"Na, tante Alina manggilin terus tuh" ucap Tania membangunkan Davina yang tertidur sejak dua jam yang lalu.

"Hmm,,, Ada apa?" tanya Davina sembari mengucek matanya.

"Gak tau, " ucap Tania. Davina mengangguk dan turun dari tampat tidurnya. Dengan rasa kantuk yang masih bersarang Davina perlahan menuruni tangga dan menghampiri bundanya.

"Ada apa bun?" tanya Davina.

"itu kamu yang pesan makanan? " tanya Alina menunjuk bungkus makanan yang memenuhi meja.

"Ngga bun, salah kirim kali" ucap Davina lirih. Bagaimana bisa Davina memesan makanan sebanyak itu. sementara dia tertidur dua jam dan baru bangun tadi saat Tania membangunkannya.

"ngga,,bunda ga salah semuanya buat kamu, coba liat siapa tau ada catatannya" ucap Alina. Davina mendekati bungkusan yang berisi berbagai makanan kesukaannya tak terkecuali es krim vanilla yang jumlahnya lebih dari sepuluh. Mata Davina berbinar melihat es krim Vanilla itu dan mengangkat plastik itu kepangkuannya. Davina memeriksa isi bungkusan yang lain dan Benar saja ketika Davina melihat isi bungkusan-bungkusan tersebut matanya tak sengaja melihat sebuah note kecil di dalam bungkusan yang ia yakini berisi nasi,

To: Davina

Aku tau kamu belum makan dari tadi pagi, aku beliin itu semua buat kamu
Dimakan ya, jangan sampai sakit karena telat makan

P.S. Jangan makan es krim sebelum makan nasi!

Davina mengerutkan keningnya bingung,

Dari mana dia kalau tau aku belum makan, dan siapa yang mengirim semua makanan ini  batin Davina.

"Tuhkan buat kamu sayang, dari siapa?" tanya Alina yang sudah berdiri di belakang tempat Davina duduk.

"Davina juga ga tau bun,"

"Ya udah sana kamu bawa ke atas aja, makan bareng Friska sama yang lain"

"Tapi bun,,"

"Udah sana," Ucap Alina lalu tersenyum meyakinkan Davina

"Ya udah deh bun, Na ke atas dulu ya" ucap Davina sambil membawa bungkusan makanan  ke kamarnya.

"Wow, Na itu makanan dari mana?" tanya Tania ketika melihat Davina membawa banyak kantung plastik.

"ga tau siapa pengirimnya" ucap Davina menyimpan bungkus makanan tersebut di depan teman-temannya lalu beranjak duduk di atas kasurnya.

"Lo ga makan?" tanya Tania yang melihat Davina hanya diam melamun

"Ga laper, kalian aja yang makan" ucap Davina

"Makan Na, ayo sini" ucap Friska. Davina menggeleng lalu bersandar di kasurnya.

"Ayoo" ucap Kei bangkit dari duduknya dan menarik Davina agar duduk makan bersama. Dengan rasa malas Davina mendekat ke arah sahabat-sahabatnya dan memakan makanannya.

DAVINA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang