"Iyaa. Ini hanya masalah sepele Mina. Dan berapa lama lagi kamu harus ngebohongi diri kamu sendiri? Ngehindar setiap kali kita bertemu. Kamu nggak lelah apa? Dan kenapa kamu nggak pernah bilang sebelumnya kalau kamu pacaran sama Suga? Dia teman seperjuanganku!"
"Maaf," ucap Mina.
"Buat apa?"
"Maaf Jungkook, maaf. Aku memang salah."
"Kamu pikir kata maafmu itu bisa merubah semua yang telah terjadi? Nggak Mina! Itu yang selalu kamu bilang ke aku dulu, dan aku selalu ingat itu."
"Baiklah, kalau kamu nggak bisa maafin aku, aku baik-baik aja kok. Dan aku juga masih ingat segalanya tentang itu, yang selalu aku ucapin ke kamu, dan segalanya tentang kamu, aku juga ingat semuanya. Aku nggak pernah bisa ngehapus memori itu. Tapi itu dulu Jungkook."
"Lalu sekarang kamu mau bilang kalau saat ini, semua yang kamu rasain ke aku udah beda? IYA!"
"Iya!" ucap Mina dengan singkat dan tegas.
"Oke, makasih buat semuanya. Aku pikir dengan kedatanganku kesini, bisa membantu kepedihan yang sekarang lagi kamu rasain. Aku pikir aku bisa mengembalikan tawamu lagi, aku bisa menjadi pelindungmu lagi. Ternyata aku salah. Maaf, harapanku akanmu terlalu tinggi. Satu hal yang perlu kamu ingat Mina, kamulah orang yang meninggalkanku waktu itu, aku tidak akan pernah pergi meninggalkanmu hanya karena profesi konyolku sekarang. Dan sekarang-pun masih sama, aku masih menginginkan kamu di sisiku. Segalanya yang aku rasain ke kamu nggak akan pernah berubah. Tapi untuk kedua kalinya, kamu ingin aku menjauh. Baiklah, aku akan baik-baik aja. Aku anggap pertemuan ini nggak pernah terjadi."
Tanpa ungkapan apapun lagi, Jungkook langsung pergi meninggalkan Mina.
Dan Mina yang meneteskan air mata tanpa berani menatap kepergian sahabatku itu. Dalam fikiranku saat ini, aku memikirkan bagaimana perasaan Jungkook yang pasti sangat menyakitkan. Apakah keberadaanku saat ini adalah penengah hubungan mereka? Ataukah Jungkook yang menjadi orang ketiga, penghalang bagi hubunganku dan Mina.
Beberapa menit setelah Jungkook keluar dari ruang rawat Mina, aku datang menghampiri Mina. Berjalan dengan santai, seolah yang kulihat tadi tidak pernah terjadi.
"Kau sudah bangun?" tanyaku padanya.
"Iya, kepalaku sangat pusing."
"Perlu aku panggilkan dokter?"
"Nggak usah, nanti aja."
"Baiklah,"
Kenapa aku menjadi sangat canggung bicara ke Mina? Ada apa denganku, kepercayaan pada diriku terasa hilang.
"Oh iya, aku mendapat pesan dari managerku, dia bilang managermu akan tiba disini sebentar lagi. Mereka akan menjemputmu."
"Bagaimana denganmu?" tanya Mina kepadaku.
"Aku kenapa?"
"Apa managermu juga menjemputmu?"
"Tentu aja,"
"Kapan?"
"Oh, kalau managerku nggak bisa jemput. Dia menyuruh anaknya kemari. Dan dia udah di Lobby Rumah Sakit sekarang."
"Baiklah, kamu bisa pergi Suga. Aku baik-baik aja kok disini sendiri."
"Kamu yakin?"
"Iyaa, pergilah. Hati-hati di jalan, jangan lupa hubungi aku kalau udah sampai."
"Oke, aku pergi. Jaga diri baik-baik. Nanti aku hubungi. Bye bye!"
Aku-pun pergi meninggalkan Mina seorang diri di kamarnya.
Sesampainya di Lobby, "Kau ini lama banget! Cepatlah, ayo!" ucap seorang lelaki tampan dengan kaca mata hitamnya.
"Iya, khawatir banget aku kabur." Ucapku.
Aku berjalan menuju mobil dengan masker dan topi untuk penyamaran. Terlihat banyak sekali wartawan menunggu di luar Rumah Sakit, itu membuatku ingat kepada Mina. Dia berada disana seorang diri, tanpa siapapun di sisinya sekarang.
"Mereka tidak akan mengenalimu dengan tampilanmu seperti ini. Tenang aja, berjalanlah seolah kau tak melihatnya." Ucap lelaki bermuka imut itu.
"Iya aku tahu. Dengan gayaku yang menyerupai penjahat ini, mereka nggak akan berani mendekati kita."
"Penjahat apaan? Sekarang kamu seperti gembel, itu sebabnya mereka tidak mempedulikanmu."
"Kau ini!"
"Sudahlah cepat masuk," ucap anak seorang manager itu lalu membuka pintu mobil.
"Kemana perginya Jungkook?" ucapku setelah masuk mobil dan melihat tidak ada siapapun di dalamnya selain kami.
"Kau ini bicara apa? Buat apa juga aku bawa Jungkook kemari, yang ada malah tambah buat masalah aja." Ucapnya.
"Aku kira dia ikut,"
"Ya nggaklah, kalau nggak dipaksa ayah juga aku nggak akan jauh-jauh kemari jemput kamu."
"Kau ini! Sudahlah cepat nyalakan mobilnya. Dan fokus aja nyetir. Aku lagi males debat sekarang."
"Baiklah, tuan Suga." Ucapnya dengan sedikit meninggikan volume suara.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
For A Dream
Fanfiction"Aku emang sayang, tapi ternyata perasaanku selama ini padamu adalah salah. Kita bersama itu kesalahan." "Aku akan selalu sayang, meski engkau telah pergi lalu aku meninggalkanmu." "Aku nggak bisa pahami apa mau hatiku, kalian adalah orang yang kusa...