44) Mati Karenaku

167 15 0
                                    

"Ibu kenapa? Ibu baik-baik ajakan? Maafin ucapan Mina tadi ya."

"Saya yang harusnya minta maaf ke kamu."

"Nggak, gimanapun juga Mina yang harusnya minta maaf."

"Aku panggil Ibu ya." Ucapku lagi.

Ibu tidak menjawab, dia hanya diam. Lalu menangis dengan terisak-isak.

"Ibu kenapa nangis?"

"Jungkook," jawabnya.

"Iya tenang aja, soal dia aku pasti akan lupain."

"Bukan itu masalahnya Mina."

"Terus apa dong?"

"Jungkook, dia meninggal."

"Hah! Apa sih, Aku nggak ngerti yang Ibu omongin."

"Jungkook meninggal sayang."

"Jungkook? Tiba-tiba aja, itu nggak mungkin."

"Kamu lihat ini."

Ibu menunjukkan hp-nya ke aku. Di situ tertulis, bahwa Jungkook anggota BTS baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas. Dan telah dikonfirmasi bahwa dia telah meninggal dunia.

"Gak mungkin. Itu bohong, berita itu hoax."

"Ibu harus bagaimana Mina?" Ucap Ibu sambil menangis dengan keras nya.

"Ibu nggak boleh percaya langsung gitu aja sama berita begituan, bisa aja itu bohong."

"Kamu pikir ini prank? Berita ini menjadi trending topic. Apa kamu pikir ini masih bisa disebut bohong?"

"Ibu.. Mina nggak percaya itu. Itu nggak mungkin. Jungkook nggak mungkin pergi. Gak mungkin."

Aku yang tadinya tidak percaya, langsung meneteskan air mata. Aku menangis tanpa bisa berhenti, perasaan yang aku rasakan terasa tidak karuan.

Aku membuka handphone ku, aku masih tidak percaya dengan berita itu.

Aku terkejut dengan pesan yang masuk 50 menit lalu.

'Aku tahu kamu pasti lagi sedih sekarang karena fakta itu. Aku juga tahu gimana perasaanmu sekarang Mina. Satu hal yang aku minta ke kamu, jangan luapkan ke obat itu. Aku akan kesana, tunggu aku.'

'Mungkin kamu emang merasa lebih baik karena obat itu, tapi itu cuma penenang sementara. Nggak untuk selamanya. Aku nggak mau kamu kecanduan.'

Aku langsung menelponnya.

Berdering

Telponnya berdering,

"Pasti dijawab." Ucapku sendiri, di hadapan ibu yang masih menangis.

"Kamu nelpon siapa?" Tanya ibu.

"Dia pasti menjawab panggilan dari aku."

"Siapa?"

"Jungkook," jawabku.

"Kamu nggak usah gila Mina."

Dengan pasrah nya, aku langsung menutup panggilan itu.

"Dia selalu menjawab panggilanku. Aku nggak percaya berita itu. Baru aja aku baca pesan dari Jungkook, yang dikirimnya sejam lalu." Ucapku.

Aku langsung menunjukkan isi pesan Jungkook kepada Ibu.

"Apa maksudnya? Jungkook tahu kalau kalian saudara kandung?" Tanya ibu.

"Sepertinya iya." Jawabku.

"Tahu darimana?"

"Entahlah Bu. Yang terjadi sama Jungkook sekarang itu karena aku."

Aku langsung menangis dengan terisak, orang yang aku sayangi, telah tiada karena aku.

"Apasih kamu nih! Jangan pernah bilang gitu. Ini bukan salah kamu."

Teleponku tiba-tiba berdering. Ada panggilan masuk. Dan aku langsung menjawab panggilan itu.

"Iya halo,"

Aku terdiam. Ada banyak sekali kalimat yang dia katakan kepadaku, namun aku hanya mencernanya.

"Dengan Mina ya? Saya dari pihak kepolisian ingin meminta penjelasan langsung dari anda mengenai kecelakaan saudara Jungkook. Nama anda berada pada panggilan terakhir yang dihubungi nya, dan tepat sebelum kejadian korban sempat mengirimkan pesan kepada anda. Dengan itu saya ingin meminta penjelasannya."

"Mina, siapa?" Tanya ibu padaku.

Tut.. Tut.. Tut..

Aku langsung menutup panggilan itu.

"Polisi menghubungiku," ucapku.

"Bagaimana keadaan Jungkook?"

"Dia tidak memberitahu bagaimana keadaannya, dia cuma bilang ingin minta penjelasan tentang kejadian itu."

"Gimana dia bisa cepet banget nyimpulin, kalau kamu ada sangkut-pautnya dengan kejadian itu?"

"Entahlah, sepertinya aku harus pergi sekarang, memberikan penjelasan itu."

"Kamu mau ke mana? Jangan pergi! Di sini aja, di luar sana bahaya."

"Aku nggak bisa diam aja disini, aku khawatir."

"Kita tunggu aja kabar selanjutnya."

"Apa yang mau kita tunggu Bu? Aku mau pergi, Ibu ayo ikut."

Akhirnya aku dan ibu pergi ke tempat kejadian.

Sesampainya di sana,

"Tempatnya rame banget, akan bahaya kalau kamu keluar dari mobil. Biar ibu yang keluar."

"Baiklah, aku disini."

Ibu keluar dari mobil lalu berjalan ke arah keramaian itu.

"Maaf permisi, dimana korbannya? Apa dia baik-baik aja?"

Tidak menjawab. Tidak ada yang menanggapi pertanyaan ibu. Dari kejauhan terlihat, Ibu diacuhkan oleh mereka.

Aku menahannya, aku tidak turun dari mobil.

Tiba-tiba Ibu terjatuh, karena seseorang mendorongnya dengan kasar.

"Maaf Bu, ada urusan apa anda di sini? Anda sangat mengganggu investigasi kami. Tolong anda pergi."

"Maaf kalau ibu saya mengganggu. Seharusnya sikap anda sopan dong, jangan asal dorong dan mengusir orang kayak gitu."

"Maaf mba, tapi ibu anda telah mengganggu kami."

"Mina, kamu Mina? Mina personil twice?"

"Iya benar itu aku."

Ketakutanku oleh publik, kini terhempas. Sekarang aku berani muncul di hadapan publik.

Aku yang biasanya hanya bisa bersembunyi, kini mencoba tampil tanpa takut apapun.

Aku nggak peduli akan jadi seperti apa nanti. Mungkin mereka akan mengeroyok atau bahkan menerorku lebih banyak lagi, aku tidak pedulikan itu.

...

For A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang