34) Menyayangimu, Layaknya Saudara

266 21 10
                                    

"Suga, kamu pacaran sama wanita itu?"

"Maksud Ayah siapa? Mina?"

"Iya, dia."

"Iya, aku pacaran sama Mina."

"Sejak kapan?"

"Udah lama. Kurang lebih 5 tahun. Maaf, nggak pernah cerita ke Ayah."

"Kamu tinggalin dia."

"Tinggalin? Maksudnya?"

"Kamu akhiri aja hubunganmu sama dia."

"Ayah nggak lagi becanda-kan? Ini nggak lucu."

"Ayah serius, kamu jangan pernah ada hubungan apapun sama dia. Ayah nggak ngelarang kamu berteman sama dia, tapi jangan lebih dari itu. Tinggalkan saja, Mina."

"Tiba-tiba kayak gini? Kenapa emangnya, Yah? Aku nggak bisa nge-akhiri hubunganku sama dia begitu aja, aku sayang dia. Ayah nggak bisa ngomong gitu dong."

"Ayah bilang tinggalin wanita itu. Jangan jalin hubungan apapun sama dia."

"Kalau masalahnya adalah untuk kebaikanku, aku paham Ayah, aku ngerti. Aku tahu Ayah khawatir-kan sama reputasiku, Ayah takut akan lebih banyak lagi hal buruk yang terjadi kalau aku masih pacaran sama dia. Iyakan? Tenang aja, Yah. Aku akan atasi itu, tanpa harus berpisah dengannya kayak gitu."

"Bukan itu yang Ayah khawatirkan, Suga."

"Terus apa dong? Karena Mina ngonsumi obat terlarang itu? Atau karena sikap buruk dia yang udah maki-maki wartawan di hadapan publik itu?"

"Bukan, Suga."

"Lalu kenapa Ayah minta aku putus sama dia? Dia wanita yang baik, Yah."

"Ayah tahu dia wanita yang baik, dia sangat baik. Tapi Suga, ada satu hal yang belum kamu tahu."

"Maksud Ayah? Cara bicara Ayah, kayak udah kenal lama sama Mina aja."

"Iya, memang benar. Ayah udah lama kenal sama Mina."

"Sejak kapan? Apa jauh sebelum aku pacaran sama dia? Itu mustahil."

"Iya, itu benar. Ayah kenal Mina jauh sebelum kamu mengenalnya."

"Benarkah? Ayah kenal dia darimana? Apa dia pasien Ayah dulu?"

"Iya benar, dia pasien Ayah dulu."

"Benarkah? Wah, tebakanku selalu tepat. Aku memang handal."

"Ini bukan waktunya becanda, Suga."

"Jangan tegang gitu dong, inikan patut diapresiasikan. Jarang-jarang loh, aku bisa menebak dengan benar. Mungkin ini mukjizat yang di berikan oleh tuhan untuk ayah, dengan memiliki anak yang handal sepertiku. Bukankah begitu, Yah?"

"Suga," ayahnya memanggilnya pelan.

"Iya, kenapa?"

"Sebelum ibumu meninggal, dan ketika ibumu sakit parah," belum sempat ayahnya melanjutkan bicara, Suga menyela ucapan ayahnya.

"Ayah, kenapa bahas soal Ibu? Jangan, aku nggak mau Ayah sedih. Aku nggak suka ngungkit masa lalu. Ibu udah tenang disana, Yah."

"Iya, Ayah tahu. Tapi Suga, ibumu waktu itu mengatakan rahasianya pada Ayah, sebelum dia meninggal."

"Apa itu? Apa aku belum tahu?"

"Sebelum menikah dengan Ayah, ibumu sudah memiliki seorang anak."

For A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang