43) Sama Berengseknya

183 18 1
                                    

"...Emang kamu pikir kamu siapa? Kamu nggak jauh beda sama saya..."
Kalimatnya seakan menggambarkan kalau aku juga sama sepertinya, seperti sikapnya.

EH, maaf ya.
Kita beda Bu, mungkin aku memanglah lelaki berengsek, tapi seberengsek apapun aku, aku tetap tahu kondisi. Beda dengan Ibu.

Aku adalah seorang pemabuk berat dan dulu aku pernah menjadi pecandu narkoba. Karena kelakuanku itu, aku sempat mempunyai trauma sampai sekarang. Trauma yang sampai saat ini masih sering terlintas di pikiranku.

Dan Mina, dia adalah wanita yang membuat traumaku itu muncul kembali. Semakin tergambar jelas, karena kejadian akhir-akhir ini.

"Aku nggak suka kamu yang sekarang." Ucapku kepadanya, wanita yang kusayangi.

"Yaudah kalo nggak suka, pergi aja. Aku suka kok dengan kehidupan ku ini."

"Yakin nyuruh aku pergi?"

"Kenapa nggak? Kamukan bilang nggak suka."

"Kamu nggak ngerti juga ya. Aku bilang nggak suka, bukan berarti aku benci atau gimana ke kamu. Aku cuma mau, kamu tinggalin kehidupan burukmu itu. Kebiasaan yang membahayakan dirimu juga orang lain."

"Membahayakan apa? Kalau emang kamu nggak suka, ya udah pergi aja. Aku nggak papa kok, tenang aja."

"Mina sayang, aku bilang kayak gitu untuk kebaikan kamu, untuk dirimu, bukan untuk orang lain. Kamu tahu, aku dulu juga sama, aku juga seorang pecandu narkoba."

"Ya udah, jadi kita itu sama. Kita tuh nggak ada bedanya. Kita seorang pecandu narkoba. Suga, kamu nggak usah ngelarang aku buat ninggalin itu, karena kamu juga udah ngelakuin itu."

"Aku cuman mau kamu tinggalin itu, susah ya?"

"Iya emang susah. Kamu tahu kan, kalau aku udah tertarik sama sesuatu, bakalan sulit buat aku ninggalin itu. Mau siapapun ngelarang, aku tetap akan ngelakuin itu. Dan kamu siapa? kamu bukan siapa-siapa aku sekarang."

"Mina, aku sayang banget sama kamu. Maafin aku, aku memilih ninggalin kamu, itu ada alasannya. Bukan berarti aku nggak sayang sama kamu, bukan berarti aku benci."

"Nggak usah ngomong kayak gitu, sekarang nyatanya kamu udah ninggalin aku kan? Kamu sendiri yang bilang, kita akhiri aja hubungan ini. Itukan maumu?"

"Mina, aku mau cerita sekarang, aku mau jujur, aku mau bilang sesuatu ke kamu, kamu dengerin ya."

"Kamu mau cerita apa? Cerita aja."

"Dengerin aku ya. Mina, maafin aku, aku udah ninggalin kamu. Aku yang minta kita dulu putus. Aku nyesel, aku sayang banget sama kamu Mina. Mina, aku dulu lakuin itu karena kita adalah saudara kandung. Saudara yang nggak seharusnya memiliki rasa cinta satu sama lain."

"Mustahil banget, terus kamu percaya gitu aja kalau kita adalah saudara kandung? Lalu kamu tinggalin aku gitu?"

"Iya, memang aku percaya. Karena yang bilang sendiri adalah ayahku. Ayahku bilang kita adalah saudara kandung. Dan saat itu aku nggak berpikir banyak. Hatiku hancur Mina, kamu adalah orang yang ku sayang tapi ayah ku sendiri bilang orang yang kusayangi saat ini adalah adikku, adik kandungku."

"Hanya orang bodoh yang percaya bualan konyol kayak gitu. Emang mungkin kamu ancur, tapi harusnya kamu mikir dong, masa iya aku saudara kandungmu. Emang aku dulu hidup di panti, aku nggak punya orang tua, tapi bukan berarti kita adalah saudara kandung. Dan kamu seenaknya nerima gitu aja perkataan ayahmu. Lalu kamu mutusin aku? Kamu ninggalin aku! Aku benci Suga, aku benci."

For A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang