15) Karena Cinta

218 40 4
                                    

Diriku belum siap bertatap muka dan berhadapan langsung dengan Ayah. Namun karena Mina, ego-ku terkalahkan begitu saja. Bersama Mina, aku tak lagi memikirkan apa itu harga diri dan posisi. Aku bisa berubah menjadi lebih baik hanya untuk mencintainya. Apapun akan kulakukan untuknya, membuatnya tertawa adalah kebahagiaan tersendiri untukku. Meski awalnya aku hanya jadikan dia sebagai pelampiasan, namun rasa cinta itu tumbuh sangat dalam sekarang.

Dua puluh menit sudah sejak aku mengakhiri panggilan Jungkook tadi, namun Manager kami belum juga tiba. Aku tahu akan banyak pertanyaan menghujaniku setelah ini, akan banyak pula artikel berita yang tidak jelas, entah darimana itu berasal. Kebenaran akan kecelakaan kemarin ada padaku dan Mina, jika kami tidak membuka mulut, akan semakin banyak hoax yang mereka sebarkan.

Tiba-tiba terdengar suara hentakan kaki orang berlari dari kejauhan, suara itu memecahkan keheningan di ruang rawat Mina, suara itu terdengar semakin jelas lalu berhenti tepat di depan pintu kamar Mina.

GREEKKK

Dibukanya pintu kamar tempat Mina dirawat.

"Tuan, ayah anda berada disini. Dia sedang menuju kemari untuk bertemu anda." Ucap seorang Perawat Rumah Sakit itu kepada Suga yang sedang duduk dengan ponsel menyala ditangannya.

"Benarkah?" Suga sontak terkejut mendengar ucapannya.

"Iya itu benar"

Belum sempat Suga melontarkan pertanyaan lain kepada Perawat itu, terlihat Ayahnya dari kaca jendela kamar Mina. Dengan jas putih layaknya seorang dokter, Ayah Suga melangkahkan kaki seorang diri dengan gagahnya.

'Oh, aku baru menyadari, betapa gagahnya seorang dokter. Dia berjalan dengan membawa jasa dan segenap harapan yang tinggi untuk menyembuhkan orang-orang di sekitarnya yang membutuhkan bantuan. Pekerjaannya sangatlah mulia, tanpa ada kejelekan satupun yang melekat untuk merendahkan profesinya. Aku benar-benar tersadar, akan ingatan lamaku, tentang bagaimana ayahku memberikanku jalan menuju masa depan yang sesungguhnya, namun itu semua terabaikan hanya karena egoku. Juga ambisiku akan musik.'

Perawat yang nafasnya masih terengah-engah akibat berlarian itu langsung pamit pergi meninggalkan kamar Mina.

"Saya permisi dulu." Ucap perawat itu setelah membungkukkan badan layaknya tradisi sapaan disana.

"Ayah.." Ucap Suga kepada Ayahnya yang sedang berjalan kearahnya.

Langkah kakinya berbelok, mengarah ke ranjang tempat Mina terbaring tak sadarkan diri. Dengan peralatan medis yang dibawanya, dia memeriksa keadaan Mina dengan tangannya sendiri.

"Apa dia sering pingsan?" Tanya Ayahnya.

Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja kulihat dan kudengar. Dia memeriksa Mina dan melontarkan pertanyaan yang kufikir takkan keluar dari mulutnya.

"Ohh, aku tidak mengetahui pasti, baru kali ini aku melihatnya pingsan" jawab Suga.

"Kau yakin? Atau tidak tahu"

"Aku tidak mengetahui pasti kesehariannya, jadi aku nggak tau dia sering pingsan atau nggak." Ucap Suga.

"Siapa dokter yang telah memeriksanya?"

"Oh? Aku nggak tahu. Dia seorang perempuan dengan rambut pendek dan berkacamata."

"Apa yang dia katakan?" Ayahnya terus bertanya kepada Suga.

"Dia mengatakan Mina hanya demam biasa ditambah syok akibat kecelakaan, itu sebabnya Mina pingsan dan tak sadarkan diri." Suga menjelaskan apa yang dikatakan dokter wanita itu padanya kemarin.

"Tapi.." Suga melanjutkan bicaranya.

"Tapi dia belum juga sadarkan diri dari kemarin," ucap Ayahnya melanjutkan perkataan anak tersayangnya itu.

"Iya benar, aku takut terjadi sesuatu padanya Ayah."

Suasana seketika hening setelah Suga menyebutkan kata 'Ayah' di kalimatnya.

"Ayah perlu bicarakan ini padamu, tapi tidak disini." Ucap Ayah Suga lalu pergi melangkah keluar kamar tempat Mina terbaring.

"Oh!" Aku dibuatnya tak percaya lagi dengan apa yang telah ia ucapkan. Dia menyebut dirinya sebagai Ayah, itu artinya aku adalah seorang anak baginya.

"Baiklah" lanjutku yang mulai melangkahkan kaki.

Aku mengikutinya berjalan tanpa peduli kemanakah kita akan pergi dan apa yang akan dia katakan nanti. Aku merindukan suasana ini, andai Ayah tahu itu. Aku ingin bicara dengan canda dan tawa lagi bersamamu. Bertahun-tahun sudah aku pergi meninggalkanmu, mengabaikan apa yang telah engkau nasehatkan padaku, tanpa mempedulikan bagaimana sakit yang telah kau rasakan karenaku. Dan sekarang aku kembali, memberanikan diri menemuimu, melawan semua rasa ego yang ada dalam diriku. Itu semua karena Mina, orang yang sangat kusayangi setelahmu, Ayah.

 Itu semua karena Mina, orang yang sangat kusayangi setelahmu, Ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

For A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang