Dulu, kemanapun aku pergi kamu pasti tanya,
'Mau kemana?' atau 'Lagi dimana?'Kamu adalah sosok yang sangat ku sayangi, Jungkook.
Aku menyayangimu tulus dan nggak pernah berharap apapun.
Sampai akhirnya, kita menjadi jauh. Aku pergi, dan kamu ninggalin aku.
Aku kira, takdir mempertemukan kita kembali itu mukjizat. Tapi ternyata nggak, pertemuan ini malah buat aku luka.
Kenapa cinta harus se-menyakitkan ini?
Kalo aja aku tahu dari dulu, bahwa kamu adalah saudara kandungku, aku nggak mungkin akan jatuh sedalam ini.
Rasanya sakit banget. Ingin banget teriak, tapi nggak bisa. Mau nangis juga buat apa? Nggak guna, udah terlanjur.
Terakhir kali, kamu bilang ke aku, kamu sayang banget. Tapi aku nyuruh kamu berhenti aja.
Sebenarnya aku nggak rela. Aku nggak mau kamu jauh lagi. Aku nggak mau kamu pergi lagi. Aku mau kamu disini.
.
"Pak, saya cuma mau tahu gimana keadaan Jungkook. Dia itu beneran kakak saya." Ucap seorang wanita dari kejauhan.
"Semuanya aja ngaku-ngaku. Tadi Mina ngaku kalau dia saudara kandungnya Jungkook. Dan sekarang ada lagi, udahlah pergi sana."
"Pak, saya beneran adik nya Jungkook." Ucap wanita itu lagi.
Aku dan Ibu yang mendengar percakapan wanita itu, langsung turun dari mobil dan menghampirinya.
"Mina! Ngapain kamu di sini? Nggak cukup apa berita yang udah kamu ada-ada itu? Kamu bisanya cuma menebar sensasi doang. Suka banget ya jadi bahan bicaraan publik!"
"Maksud kamu apa ngomong kayak gitu?"
"Hei! Kamu nggak usah sok polos. Dari dulu sejak kamu tinggal di panti asuhan, Kamu kan juga tahu kalau aku adiknya Jungkook. Terus ngapain kamu buat cerita, tentang kamu saudara kandungnya lah, terus kamu nggak kenal aku lah. Maksud kamu apa!"
Tiba-tiba wanita ini mendorongku hingga jatuh.
Ibu maju melangkah, lalu balik mendorongnya.
Wanita itu mengalihkan pandangannya dari aku, lalu melihat ke ibu.
"Ibu.." Ucap wanita dengan masker di wajahnya itu, memanggil ibu.
"Sikap kamu kasar banget ya. Kamu dari dulu masih aja sama. Nggak pernah berubah." Ucap Ibu padanya.
"Ibu.. Ibu terus aja belain dia. Aku memang kasar, dari dulu juga aku kayak gini, nggak akan pernah berubah. Gak heran Ibu bilang kayak gitu ke aku, aku tahu ibu benci kan? Ibu nggak suka aku dan ibu nggak mau lihat wanita jalang ini tersakiti. Iyakan?" Ucapnya.
"Jaga bicaramu ya! Dia Ibumu Lisa." Ucapku.
Aku dan Lisa berdebat terus tanpa henti, dan tidak ada yang menghentikan kami.
"Diam kamu! Gak usah sok mulai ngedrama. Itu menjijikkan." Ucapnya.
"Drama apaan?"
"Aku tanya sama kamu sekarang ya. Dulu, kamu pacarankan sama kakak aku Jungkook?"
"Maksud kamu apa?"
"Halah, mulaikan dramanya. Nggak usah sok bego! Dulu kamu itu pacaran sama Jungkook, sebelum kalian jadi artis terkenal seperti sekarang. Terus sekarang, tiba-tiba muncul ke publik, kasih berita dadakan, kalo kamu itu saudara kandungnya? Kamu emang bego banget ya. Itu nggak mungkin. Nggak akan mungkin. Nah, kalian semuanya yang disini, tolong rekam kalimat saya ini baik-baik. Mina itu ratu drama, dia cuma pencari sensasi doang. Apa kalian percaya sama kalimat bualan yang dia ungkapin tadi? Bodoh banget kalo kalian percaya. Mustahil!"
Salah satu wartawan yang ada bertanya kepada Lisa. "Iya memang benar ucapan Mina tidaklah masuk akal untuk kami terima gitu aja. Tapi, kami juga nggak bisa percaya langsung ke anda, Lisa."
"Terserah mau percaya atau nggak. Yang pasti ini cuma drama sok sedih yang dibuat mereka." Ucap Lisa.
"Enak banget ya, kamu nyebut itu drama. Kalau misalnya ini memang benar drama, aku bersyukur banget. Kerena apa? Karena aku sayang banget sama Jungkook. Aku nggak mau dia jadi saudara kandungku. Kamu bayangin aja gimana rasanya ketika orang yang kita sayang ternyata adalah saudara kandung kita. Sakit bangetkan!"
"Ya kamu itu bego! Ngapain juga kamu percaya berita begituan. Oh, atau wanita tua ini yang bilang ya?"
"Wanita tua? Jaga omongan kamu ya, dia ibumu."
"Astaga, kamu mau aja dibohongin sama dia. Dia itu wanita gak bener, dulu dia ninggalin ayah dan aku cuma karena lelaki lain yang lebih kaya dari ayah. Ngakunya ngerawat Jungkook, padahal Jungkook juga di terlantarin sama dia. Sekarang dia baikin kamu, pasti ada maunya. Mungkin dia butuh uang, karena sekarang uangnya udah habis, buat dia senang-senang. Iyakan Bu?" Ucap Lisa.
"Bangsat kamu ya! Dasar anak kurang ajar. Mau kamu apa? Nggak usah bicara kayak gitu, di hadapan publik kayak gini." Ucap ibu pada Lisa.
"Tapi emang bener kan? Ratu drama!"
"Tega ya kamu Lisa bicara gitu ke Ibu. Sekarang bukan waktunya debatin itu. Ini bukan waktu yang tepat. Kita harus lihat gimana keadaan Jungkook sekarang."
Aku langsung melangkahkan kaki meninggalkan keributan. Yang aku pikirkan sekarang cuman satu, gimana keadaan Jungkook. Aku nggak mau dia kenapa-napa.
"Maaf, saya mau ketemu Jungkook. Tolong antarkan saya ke ruangannya."
"Maaf ya, ruangan apa?"
"Ya ruangan dia dirawat lah. Ayo antarkan saya."
"Dirawat kenapa? Dan Jungkook siapa yang anda bicarakan?"
Belum sempat aku menjawabnya, tiba-tiba perawat ini izin pergi.
"Maaf, saya sedang sibuk. Saya harus pergi." Ucap perawat itu berpamitan.
Aku nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi sekarang. Setengah hatiku emang gak bisa percaya dengan perkataan ibu. Dan setengah pikiranku juga masih kepikiran ucapan Lisa tadi.
Memang gak masuk akal, cerita ini kayak drama. Menjijikkan, kata Lisa.
Aku terus berjalan, mencari Jungkook.
Aku masih kepikiran. Aku takut, ucapan itu benar. Tapi aku nggak mau itu terjadi. Aku sayang Jungkook Tuhan, tolong pertemukan aku dengannya.
Terlihat para petugas rumah sakit berlarian sedang sibuk mengurus pasiennya. Yah, lebih baik aku cari sendiri aja.
Aku terus berjalan melihat sekitar, tapi tidak ada Jungkook.
Di mana dia, Tuhan?
...
KAMU SEDANG MEMBACA
For A Dream
Fanfiction"Aku emang sayang, tapi ternyata perasaanku selama ini padamu adalah salah. Kita bersama itu kesalahan." "Aku akan selalu sayang, meski engkau telah pergi lalu aku meninggalkanmu." "Aku nggak bisa pahami apa mau hatiku, kalian adalah orang yang kusa...