21) Pencari Berita

208 40 7
                                    

"Mina! Kalian lihatlah kearah sana, sudah pasti wanita itu adalah Mina." Ucap seorang wartawan menyadari keberadaanku yang baru saja melangkahkan kaki keluar dari Rumah Sakit.

"Iya dia Mina, ayo!"

Kamera yang terus bersuara layaknya mesin ketik yang berbunyi tanpa henti dan keributan tiba-tiba langsung tumpah di hadapanku.

"Apakah benar anda mengalami kecelakaan?" Pertanyaan pertama keluar tanpa ada keramaian tanya lainnya.

"Kami ingin berita yang benar mengenai ini, mohon jawabannya."

Aku-pun menjawab pertanyaan itu setelah beberapa detik terdiam tanpa kata, "Iya itu benar." ucapku.

"Lalu karena alasan itulah anda berada disini sekarang?"

"Iya," jawabku lagi.

"Ada seseorang yang mengatakan bahwa anda mengalami kecelakaan itu bersama Suga, apakah itu benar?"

"Lalu dimana Suga sekarang? Kenapa dia tidak bersama anda?"

"Mereka juga mengatakan anda dan Suga kabur begitu saja setelah menabrak mobil orang, apakah itu benar?

"Mohon jawabannya!"

"Kenapa anda melarikan diri setelah melakukan itu?"

Pertanyaan mereka akhirnya pecah tak terkendalikan lagi. Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan sekarang di tengah kerumunan seperti ini. Seharusnya aku tak meninggalkan kamarku tadi. Kini aku tak tahu harus kemanakah aku pergi sekarang.

"Nona Mina, apakah berita tentang hubungan anda dan Suga adalah benar?"

Satu pertanyaan belum usai ditanyakan, ada beribu kalimat lain muncul dari mulut yang berbeda. Hal ini membuatku tak bisa lagi menahan pusing yang kualami sejak tadi.

"Apakah anda berkencan dengan Suga?"

"Sejak kapan anda memulai hubungan tersembunyi itu?"

"Anda keluar dari Rumah Sakit yang ketat itu, apakah tujuan anda ingin mengonfirmasi hubungan kalian yang sedang ramai diperbincangkan? Itu sebabnya anda anda kemari?"

"Mohon jawabannya!" teriak salah satu wartawan dengan kerasnya.

Aku benar-benar tak bisa menahan keramaian ini, "Ahh, maaf aku harus pergi sekarang."

Aku mencoba berjalan keluar dari kericuhan ini namun tidak juga bisa.

"Sebagai artis pendatang baru yang sedang tenarnya, apakah ini hanya taktik anda untuk mendapatkan perhatian publik?"

Pertanyaan itu membuat emosiku naik. Dari pertanyaan lain yang terlintas, hanya kalimat itu yang membuat hatiku seakan teriris dengan ucapannya.

"Benar, apakah itu hanyalah cara anda dan pihak agensi anda untuk menaikkan popularitas?"

"Apa yang kalian maksud?" Aku akhirnya membuka mulut.

"Ini sangatlah tidak masuk akal jika tiba-tiba saja media diramaikan dengan berita kencan buta kalian berdua, lalu keesokannya terjadi kecelakaan dan kalian dengan santainya menyapa korban lalu pergi begitu saja."

"Pihak agensi saya tidak pernah membuat taktik seperti itu." Jawabku.

"Lalu apakah itu taktik kalian?"

Aku tambah dibuat emosi oleh mereka. "Kalian?"

"Iya benar, anda dan Suga." Ucap wartawan itu.

"Saya atau Suga juga pihak agensi kami tidak pernah membuat taktik kotor seperti itu! Kecelakaan itu terjadi tidak disengaja! Untuk apa kami membuat taktik kotor dengan mencelakakan orang lain seperti itu?" ucapku dengan tegas dan bernada tinggi.

Suasana tiba-tiba hening tanpa pertanyaan yang muncul, hanya saja suara yang bermunculan dari kamera mereka menjadi tambah ricuh.

"Kami tidak pernah sekalipun berfikiran kotor seperti itu! Hanya saja mulut kalian yang terlalu kotor mengatakan keburukan tentang kami!" ucapku lagi dengan nada yang sama.

"Itulah tugas kami, anda tidak berhak mengatakan mulut kami kotor." Jawab seorang wartawan tidak terima dengan apa yang telah ku ucapkan.

"Sikap dan pekerjaan kalian tidak ada bedanya! Apakah itu yang diajarkan orang tua kepada anaknya?"

"Kenapa anda menyebut orang tua kami?"

"Apakah sekarang anda sedang mengkritik perkerjaan kami?"

"Kenapa anda merendah-rendahkan profesi kami?"

"Saya tidak mencoba menjelekkan siapapun di sini, saya hanya mengatakan itu karena sikap buruk kalian!"

Aku tidak pernah menduga ini, keadaan menjadi berubah begitu saja. Wartawan itu telah berhenti membicarakan tentangku dan Suga. Namun kini keramaian semakin memuncak.

"Sebagai idol anda tidak berhak berkata buruk seperti itu!"

Wartawan itu terus saja melontarkan kalimat yang membuatku tak sanggup lagi menahan emosi. Mereka seakan menyudutkanku. Entah apa yang telah kukatakan kepada mereka, fikiranku semakin buyar. Aku tidak bisa berfikir dengan jernih sekarang.

Tiba-tiba seseorang menarik pelan tanganku. Dia mengajakku keluar dari kerumunan itu dengan membisikkan kalimat, "Ayo pergi, ikutlah padaku." Ucapnya.

Aku langsung melepaskan genggaman tangannya padaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku langsung melepaskan genggaman tangannya padaku. Aku tak mau ini menjadi tambah larut dan panjang. Aku ingin segera keluar dari sini.

"Tolong bawa aku keluar dari keramaian ini," ucapku padanya lalu menaruh tangannya ke pundakku.

Tanpa jawaban apapun dia langsung melangkahkan kakinya, mengajakku keluar dari keramaian itu.

Aku yang mengetahui siapa dia, mencoba bersikap seolah tak mengenalinya di hadapan orang-orang berkamera itu. Aku tak ingin dia ikut jatuh kedalam masalah yang sedang kualami. Meskipun saat ini dia menutup rapat wajahnya dengan masker dan topi hitamnya.

Langkah kami semakin dekat untuk menuju ke dalam mobilnya, namun tiba-tiba seorang wartawan membuka topi di kepalanya.

"Siapa anda?" tanya seorang wartawan lain di belakang kami.

"Apa hubungan anda dengan Mina?" ucap yang lainnya.

Aku tak pernah menduga sebelumnya, seseorang memiliki pekerjaan bodoh seperti ini untuk mencukupi kehidupannya. Mereka rela melakukan segala cara hanya untuk mendapatkan bahan perbincangan khalayak ramai. Satu yang mereka cari, dan itu hanyalah berita. Entah dengan cara apa mereka mendapatkan berita itu, demi penghasilan yang lumayan memuaskan mereka, wartawan rela melakukan apapun.

...

For A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang