9) Cinta Palsu

291 57 9
                                    

Mengapa harus aku? dan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengapa harus aku? dan

Kenapa itu aku?

Kalimat itulah yang selalu terlintas dalam benak Mina 5 tahun lalu. Seakan ketika dulu ku utarakan rasa ini padanya, dia dengan santainya mengabaikan dan menganggap ini hanyalah lelucuan antar teman. Lalu sejak kapan dan darimanakah rasaku ini muncul? BENAR, mungkin berawal dari tatapan. Ketika pertama kali aku fokuskan tatapanku kearahnya. Saat dimana dia terlihat tak asing bagiku. Seorang wanita yang berhasil membuatku tak ingin mengalihkan pandangan, meski baru pertama kali bertemu.

Batinku selalu membisikkan larangan,

JANGAN..

JANGAN TATAP DIA TERLALU DALAM

JANGAN KAU FOKUSKAN PANDANGANMU PADANYA

KARENA ITU AKAN MEMBUATMU MERASAKAN, APA ITU CINTA

DAN ITU AKAN MEMBUATMU SAKIT LALU HANCUR

JIKA CINTA YANG KAU MILIKI HANYA SEPIHAK NANTINYA

Aku sempat menyukai seseorang yang teramat dalam, kuakui saat itu betapa bodohnya diriku, yang hanya bisa menatapnya tanpa kata. Katakan saja, cinta dalam diam.

Sudah, ku tak ingin menggali itu kembali. Biarkan itu terpendam. Karena itu telah lama padam. Kini fokusku hanya pada dia, wanita yang sangat kusayangi, dia Mina. Wanita yang dulu hanya kujadikan pelampiasan akan cintaku yang tak terbalaskan.

"Siapa dia? Kenapa wajahnya sangat mirip, mirip seperti orang itu." Pikirku.

Senyum dan tawanya yang ceria, itu mengingatkanku pada wanita yang sempat ada dalam hatiku.

"Kenapa?" sahutnya padaku, setelah menyadari aku sedang memperhatikan dan membicarakannya.

"Iya, kenapa?" ucapku padanya.

"Kamu terus melihat ke arahku, ada yang aneh ya?"

"Oh, nggak. Nggak ada apa-apa kok." Ucapku.

Tanpa ucapan lagi, dia langsung pergi meninggalkanku.

Aku langsung bergegas dari kursi tempatku duduk lalu berjalan mengikutinya, wanita yang sedari tadi kutatap tanpa mengalihkan pandangan, dia Mina.

"Maaf," ucapku setelah berhasil berjalan di sampingnya.

"Maaf, Untuk apa?" ucapnya.

"Ya, maaf aja. Kamu pasti tahulah salahku."

"Kamu lucu ya." Ucap Mina dengan senyumnya yang tak asing itu.

"Lucu? Oh, iya memang aku lucu. Apalagi kalau kamu mau jadi temanku. Kenalin, aku Min Yoongi. Kamu bisa panggil aku Suga." Ucapku.

"Suga? Kenapa Suga?"

"Ya, orang-orang biasa panggil aku dengan nama itu, Suga. Kenapa? Aneh ya?" ucapku saat itu.

"Nggak kok, panggilan yang bagus. Aku suka." Ucap Mina.

"Benarkah? Kamu suka panggilan itu?"

"Iya, aku suka." Jawab Mina.

"Kalau kamu suka, aku akan sukai panggilan itu juga. SUGA, mulai saat ini, itu akan jadi nama tenarku." Ucapku membuatnya kembali menunjukkan tawa manisnya itu.

"Nama kamu?" tanyaku padanya.

"Oh, aku Mina. Nice to meet you." Jawabnya.

"Nice to meet you too. Kamu dari luar negeri ya? Kamu berbicara kurang lancar, tapi cukup bagus kok."

"Iya, aku dari Jepang. Maaf ya kalau ucapanku kurang dimengerti." Ucap Mina.

"Aku bilang sudah cukup bagus kok, tapi tenang aja, ada aku. Aku akan ajari nanti, tidak-tidak, aku ajari terus sampai kamu sangat lancar." Ucapku.

"Benarkah? Thank you Suga."

"All right Mina." kataku.

Rasa penasaranku akannya saat itu terus naik. Mina, dia wanita yang sangat baik, berteman dengannya membuatku merasakan nyaman. Perasaan yang belum pernah aku dapatkan dari wanita manapun, terlebih darinya, wanita yang telah membuatku hancur. Lambat laun aku tersadar, ada apa denganku, kenapa aku terus mencari tahu segala tentang Mina, sempat terlintas pikiran jahat untuk membuatnya jadi pelampiasan, hingga aku katakan padanya tentang cinta, rasa cintaku pada Mina, wanita berkebangsaan Jepang itu.

"Bukan karena apapun, dan memang tidak ada sebab apapun aku mencintaimu. Cinta nggak butuh alasan untuk kamu tanyakan mengapa, karena cinta tumbuh dari hati, bukan rasa yang harus kamu tentukan pilihannya. Saat aku merasa nyaman, disitulah cintaku berada. Aku sayang padamu Mina." Ucapku lima tahun lalu sebelum menjalin hubungan dengannya seperti sekarang.

"Benarkah kamu mencintaiku?" tanyanya padaku, seolah yang ku katakan adalah bualan baginya.

"Iya, sangat." Ucapku.

"Bukan untuk pelampiasanmu kan?

Kalimatnya saat itu terdengar seolah tujuanku memang benarlah itu. Tapi bukankah memang benar, itu tujuan awalku.

...

For A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang