"Kamu tadi-kan nawarin untuk mampir, ya udah aku ngikutin kamu. Cepat buka pintunya, atau penguntit itu akan tahu sang Jungkook yang berkencan dengan Mina, skandal baru muncul."
Perasaan takut yang aku rasa sedikit berkurang karena Jungkook. Ketika aku merasa sendiri, dia selalu ada untukku.
"Kamu nggak mikir yang aneh-aneh bukan?" ucapku padanya.
"Kenapa jadi ngebahas yang lain, yang mikir aneh itu aku atau kamu?" ucapnya.
Mendengar ucapan Jungkook, membuatku merasakan awal perdebatan yang pasti akan datang nanti. Ketika kami bersama, jarang diantara kami merasakan kedamaian satu sama lain. Di saat ada aku dan di situ juga ada dia, kami pasti berdebat. Namun aku suka itu, dengan perdebatan aku bisa merasakan kebersamaan. Tanpa perdebatan lingkunganku tetap terasa sunyi seperti biasanya dan aku tidak suka itu.
"Ya udah minggir," ucapku padanya yang menghalangi jalanku untuk membuka pintu.
"Baiklah, silahkan." Ucap Jungkook yang tanpa kusadari dia melihatku memasukkan kode pin Apartemenku ini.
"Apa yang kamu lakukan? Kamu lihat pasti!"
"Lihat apa?"
"Ya sudahlah lupakan, kamu juga nggak mungkin hafal setelah melihatpun."
"Haish, dasar!"
"Cepat masuklah," ucapku.
"Oke, makasih sayang." Ucapnya.
"Sekali lagi kamu panggil aku sayang, .." belum selesai aku berkata, Jungkook langsung mengatakan kalimat lain, menyeka aku bicara.
"Kamu mau usir aku dari sini gitu? Jahat banget ya." Ucapnya.
"Aih, ya sudah diamlah! Aku lagi males banget berdebat."
"Oke oke, lagian disini juga nggak ada Suga. Tenang aja!" ucapnya yang tiba-tiba meninggikan volume suara.
"Diamlah, I'm so dizzy today. Can you stop talk about you and me? I dont like it! Aren't you know that I am a girlfriend your best friend? And you not to me again Jungkook." Ucapku padanya, yang terus saja mengatakan kalimat yang membuat emosiku memuncak.
Tiba-tiba suasana hening sejenak, "Aih! Apa yang kamu katakan? Kamu kan tahu aku kurang akan bahasa itu." Ucap Jungkook dengan senyum anehnya.
"Kamu perlu belajar banyak bahasa Inggris, Jungkook. Itu sangat penting." Ucapku padanya.
"Baiklah," jawabnya.
"Good," kataku.
"Dari dulu juga yang kamu lakukan hanyalah menyuruhku belajar bahasa asing itu."
"Itu untuk kebaikanmu," ucapku.
Jungkook-pun melangkahkan kaki memasuki Apartemen tempatku tinggal.
"Ada makanan? aku lapar." Ucap Jungkook.
"Kamu lapar ya? Maaf yaa, jangankan makanan minuman aja nggak ada."
"Seriusan!"
"Ngapain juga aku bohong. Cari aja kalau ada!"
Jungkook terdiam setelah mendengar ucapanku, postur tubuhnya layaknya patung, tidak bergerak sedikitpun, dengan mata yang melihat kearahku.
Aku tertawa melihatnya terkejut seperti itu, "Kamu kenapa? Aku nggak bohong." Ucapku teriring tawa.
"Kamu nggak pernah makan? Kamu diet?"
"Pantas saja kamu sering sakit." Lanjutnya.
"Udah nggak usah berlebihan, lagian aku juga-kan jarang kesini. Kamu tahu bukan, idol itu punya rumahnya sendiri."
"Tapi tetep aja, ya udahlah kita pesan makanan aja."
"Pesanlah! Ponselku masih di Rumah Sakit itu."
Jungkook berjalan menuju sofa, lalu duduk di sofa itu. Dia melihat kearah ponselnya, sesekali dia berkedip, mungkin karena lelah akibat terlalu fokus melihat layar ponselnya yang sedikit redup itu.
"Kamu udah makan belum tadi?" ucapnya memecahkan lamunanku akannya.
"Oh, Belumlah!" jawabku dengan suara yang sedikit naik.
"Ya udah biasa aja jawabnya, katanya nggak mau berdebat, aku juga lagi capek, aku laper."
Tanpa menjawab ucapan darinya, aku langsung berjalan kearahnya, lalu duduk di sebelahnya.
"Coba aku lihat, jangan makanan yang pedas, aku nggak suka." Ucapku.
"Aku tahu," jawabnya.
"Sini! Biar aku aja yang pilih menunya." Ucapku.
"Nggak usah aku aja," jawabnya.
"Aku aja yang pilih,"
"Aku aja," ucap Jungkook yang terus memandang ponselnya dengan cermat, tanpa mau memperlihatkan itu kepadaku.
"Ya udah, terserah kamu." Ucapku dan langsung berdiri dari tempatku duduk.
Belum sempat aku melangkahkan kaki, Jungkook langsung menarik tanganku pelan.
"Ya udah ini, kamu pilih makanan sesukamu." Ucap Jungkook padaku.
Aku-pun duduk kembali, "Oke," kataku.
"Jangan lupa minumannya, tempat sebesar ini tapi nggak ada minuman."
"Iya, pasti aku pesan."
Jungkook-pun bangkit dari tempat duduknya, "Mau kemana?" Ucapku padanya yang terlihat pergi meninggalkanku.
"Toilet," jawabnya.
"Oh,"
"Takut banget aku pergi ketempat lain, kenapa? ada rahasia disini?"
"Bukan gitu, ya takut aja."
Tanpa pembicaraan apapun lagi, aku terus menggesekkan jempolku ke layar ponsel milik Jungkook ini. Makanan juga minuman telah aku pesan, sekarang hanya tinggal menunggu menu itu datang.
"Selesai," ucapku sendiri.
NDERT NDERT
Ponsel yang baru saja kuletakkan di atas meja itu tiba-tiba bergetar. Aku meraih ponsel itu kembali.
'Kamu dimana?' tertulis kalimat chat di layar ponsel Jungkook.
Aku klik kalimat itu, membuka pesan. Ternyata pesan itu dari Suga. Tanpa sengaja aku-pun membaca satu persatu obrolannya dengan Suga, "Obrolan yang menyenangkan, konyol banget mereka." Ucapku dengan sendiri lagi.
Tiba-tiba dalam salah satu obrolan mereka, kata 'Cheng Xiao' membuatku membuka mata lebar-lebar.
Apa dia Cheng Xiao WJSN? Lalu kenapa mereka membicarakan wanita itu?
Aku-pun menekan tombol kembali, di bawah chatting-nya dengan Suga tertera nama wanita itu lagi.
My love Xiao
...

KAMU SEDANG MEMBACA
For A Dream
Fanfiction"Aku emang sayang, tapi ternyata perasaanku selama ini padamu adalah salah. Kita bersama itu kesalahan." "Aku akan selalu sayang, meski engkau telah pergi lalu aku meninggalkanmu." "Aku nggak bisa pahami apa mau hatiku, kalian adalah orang yang kusa...