22) Kekasih Lamaku

235 37 2
                                    

Tanpa mempedulikan lagi pertanyaan apa yang dikeluarkan wartawan itu, Jungkook terus melangkahkan kakinya mengajakku masuk kedalam mobilnya yang terparkir di depan Rumah Sakit besar itu.

Dengan apa yang telah ku ucapkan kepadanya tadi, aku tidak bisa percaya Jungkook masih mempedulikanku. Dia menolongku dari orang-orang pembawa kamera itu, walaupun itu juga akan membahayakan namanya.

Sesampainya di hadapan mobil Jungkook, dia mempersilahkanku masuk terlebih dahulu, membukakan pintu mobil itu untukku.

"Masuklah," ucap Jungkook padaku.

Tanpa mempedulikan kamera wartawan yang terus mengambil gambarnya, Jungkook langsung mengendarai mobilnya lalu pergi meninggalkan Rumah Sakit milik ayah Suga itu.

"Kamu belum pergi?" tanyaku pada Jungkook.

Tanpa jawaban apapun darinya, aku melontarkan pertanyaan lain kepadanya, "Kenapa kamu bantu aku?"

"Konyol," ucapnya.

"Bagaimanapun kamu sudah menolongku, Makasih." Ucapku padanya, meski canggung.

Suasana mendadak sunyi setelah ku ucapkan terimakasih kepadanya. Mulutku seakan terkunci, tak bisa berkata apapun lagi kepadanya. Sikap kami sekarang tidak sedekat dulu lagi. Mungkin karena jarak yang telah lama memisahkan kami.

"Aku nggak habis pikir kamu bisa-bisanya bicara itu ke mereka." Jungkook membuka mulut memecahkan kesunyian.

"Pasti kamu mau nyinggung kebodohanku, iyakan?"

"Iya! Bodoh!!" bentak Jungkook.

"Kamu nggak tahu, mulut mereka itu jahat banget. Wartawan itu bilang yang nggak-nggak tentang aku juga Suga. Aku nggak akan marah kalau mereka nggak buat fitnah begitu."

"Aku tahu, kita semua udah tahu, bagaimana kejinya wartawan. Kamu bukan orang biasa lagi, Mina. Dengan posisimu yang sekarang, mereka selalu memperhatikan setiap gerak-gerik kita termasuk kamu. Apalagi ucapan, itu paling penting. Tanpa mereka juga kita nggak akan bisa mendunia seperti sekarang. Aku lihat bagaimana kamu membentak mereka, itu nggak bener." Ucap Jungkook menasehatiku.

"Biarlah, nggak usah peduli-in aku. Aku juga tahu yang aku lakuin semuanya serba salah."

"Ya memang salah!" Ucap Jungkook meninggikan volume suaranya.

"Ya udah biarin aja! Ngapain juga kamu ikut campur masalah orang, aku tahu itu salah dan aku juga tahu banget efeknya nanti, lebih baik kamu urus sendiri kehidupanmu. Ingat Jungkook, nggak usah ikut-ikutan masalah orang!" ucapku.

"Konyol banget! Kamu tahu itu salah, tapi tetep aja kamu lakuin."

"Terserah aku!"

"Kamu itu masih juga nggak ngerti ya?" ucap Jungkook.

"Aku tahu, aku bilang aku tahu, aku ngerti."

Perbincangan kami semakin berlanjut dengan perdebatan. Aku yang tidak bisa menerima nasehat dari Jungkook, terus mengatakan kalimat yang membuatnya semakin emosi padaku.

"Aku juga-kan udah bilang makasih ke kamu, tapi kamu diam aja. Jadi masalahnya udah selesai, biar aku yang tanggung masalahku, sekali lagi makasih Jungkook kamu udah bantu aku." Lanjutku.

"Kamu pikir aku bantu kamu nggak ikhlas!"

"Kenapa jadi ngebentak terus? Dulu aku selalu nerima maafmu, aku maklumin semua kesalahan yang udah kamu lakuin, sekarang kamu beda."

"Seharusnya kamu bilang itu ke diri kamu sendiri, Mina sayang!" ucap Jungkook.

"Nggak usah panggil sayang!"

"Kamu ninggalin aku, kamu ngejauh dari aku, kamu pergi nggak ada kabar, kamu menghilang entah kemana, kamu sadarkan itu semua nyakitin aku?"

"Kenapa jadi bahas itu, nggak usah bahas masa lalu!"

"Oh kamu lupa, baiklah kalau begitu aku anggap itu nggak pernah terjadi."

"Apa maksud kamu?"

"Aku anggap kamu nggak pernah ninggalin aku, kamu nggak pergi. Dan kita masih pacaran sekarang, kurasa itu lebih baik. Jadi, aku nggak perlu maafin kamu, aku anggap kamu nggak salah. Bagaimana?"

Jantungku berdegup sangat cepat ketika Jungkook mengatakan kalimat itu. Kenapa dia selalu menumbuhkan kembali semuanya, ketika rasa yang kumiliki telah layu dan mulai mati. Dulu sangat sulit bagiku melupakannya, bahkan untuk berpindah ke lain hati-pun tidak bisa kulakukan.

Rasanya seperti anjing yang nggak akan berpindah majikan dengan mudahnya. Seekor anjing yang tidak akan pernah dilupakan oleh majikannya. Majikan yang akan selalu memperhatikan sesosok hewan peliharaannya. Dua makhluk yang saling melengkapi, namun harus berpisah karena sebuah fakta. Fakta bahwa anjing hanyalah seekor hewan, posisinya tidak akan pernah setara dan sederajat dengan manusia yang merawatnya sejak kecil. Hewan hanyalah makhluk yang dilahirkan kemudian ditinggalkan dan diabaikan oleh induknya. Berbanding terbalik dengan seorang manusia. Perumpamaan yang akan selalu ku ingat, tidak akan pernah aku lupakan sampai kapanpun.

...

For A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang