31) Kita Putus

260 24 1
                                    

"Akhirnya sampai juga. Perjalanan dari Korea ke Indonesia lumayan jauh juga." Ucap Jimin.

"Iyalah, kalo mau deket ke Jepang aja." Jawab Taehyung.

"Ke Jepang juga butuh waktu, gimana sih." Ucap Jimin lagi.

"Udahlah, ngapain juga kalian ribut. Ayo!" sahut Jin.

"Tunggu sebentar, ada panggilan masuk nih." Ucap Suga mengehentikan temannya yang ingin keluar dari pesawat.

"Halo, siapa ya?" ucap Suga menjawab panggilan itu.

"Ini aku Cheng Xiao."

"Kenapa? Ada perlu apa?"

"Apa Jungkook baik-baik aja? Aku hubungi dia, tapi dia nggak angkat panggilannya."

"Aku nggak tahu, maaf."

TUT. TUT. TUT.

"Siapa?" tanya Rapmon yang sedang duduk di sebelah Jungkook.

Suga melihat ke arah Jungkook, mereka saling menatap.

"Entahlah, aku juga nggak tahu." Jawab Suga.

"Benarkah? Dari kemarin kamu dapet panggilan yang aneh, apa perlu aku aduin ke manager kita?"

"Buat apa? Nggak penting juga, biarin."

"Oh, oke kalau itu maumu. Ya udah ayo kita turun."

Semua anggota BTS itu-pun keluar dari pesawat, bersamaan dengan manager mereka dan para staf.

*

"Mina, kamu kenapa? Wajahmu pucat, kamu sakit?" ucap Momo.

"Nggak kok, aku baik-baik aja." Jawab Mina.

"Tapi wajahmu pucat banget." Ucap Dahyun.

"Mungkin karena aku belum pakai make-up, tenang aja." Ucap Mina.

"Lagi ya! Kamu selalu nyuruh kita tenang. Udah jelas gini kamu sakit." Ucap Dahyun.

"Kalau gitu kita batalin aja manggung hari ini, kamu harus ke rumah sakit." Ucap Jihyo setelah melihat kondisi Mina.

"Hei! Mana bisa." Ucap Momo.

"Iya benar, nggak bisa dibatalin gitu aja. Kalian juga nih kenapa sih? Aku bilang aku sehat, aku nggak sakit. Udahlah, aku harus siap-siap." Ucap Mina lalu pergi meninggalkan mereka.

"Dia keras kepala banget, dia sama sekali nggak peduli sama kondisi kesehatannya." Ucap Jihyo.

"Sudahlah, kalau dia sendiri yang bilang begitu, kita bisa apa. Ayo siap-siap juga!" ucap Dahyun.

*

"Mina, gimana kalau kita udahan aja? Aku nggak mau memperburuk lagi suasana. Aku nggak mau nambah masalah lain. Kamu ngerti maksudku-kan?"

"Tapi, kenapa? Aku tahu masalah ini rumit, tapi kamu nggak bisa bilang gitu dong."

"Mina, maafin aku ya. Kita udahan aja."

"Kalau ini gara-gara Jungkook, aku bisa jelasin. Kamu salah paham, aku sama dia nggak ada apa-apa."

"Itu memang salah satu penyebabnya, tapi ada alasan lain kenapa kita harus berhenti."

"Berhenti? Apa yang mau dihentiin? Oke, aku minta maaf sebelumnya karena aku nggak pernah cerita tentang Jungkook. Tapi, kamu nggak bisa kayak gini dong."

"Kenapa emangnya kalau aku bilang berhenti? Salah ya?"

"Suga, kamu yang selalu bilang ke aku, kalau hubungan ini harus tetap berlanjut. Dan aku percaya itu, aku percaya ucapanmu. Setiap aku bilang udahan, kamu selalu hentiin aku. Kamu hentiin aku untuk nggak bilang kalimat itu lagi, tapi sekarang apa? Kamu mau kita berhenti? Kamu mau kita akhiri hubungan ini? Kamu nggak lagi mabuk-kan!"

"Aku sepenuhnya sadar, Mina."

"Tapi kenapa? Kenapa Suga? Kenapa?"

"Aku nggak bisa kasih tahu itu."

"Kenapa nggak bisa? Oh, aku tahu, kamu bosan ya? Kamu bosan sama hubungan kita yang udah terlalu lama ini, iya?"

"Kamu bilang apa sih, jangan ngelantur gitu bicaranya."

"Baiklah, kalau bukan itu lalu apa? Oh, kamu punya kekasih lain! Kamu ingin aku berhenti dan pergi karena itu? Kamu jahat!"

"Cukup ya, jangan katakan apapun lagi."

"Benerkan? Kamu punya wanita lain! Dasar berengsek!"

"Aku mohon, berhenti Mina! Berhenti mengatakan keburukan itu."

"Kenapa? Kalau bukan itu lalu apa? Kamu punya kekasih baru-kan? Iyakan!"

"Berhenti, Mina. Aku nggak kayak kamu!"

"Maksudnya?"

"Sudahlah, kita jangan bertengkar kayak gini."

"Kamu nggak kayak aku! Emangnya aku kenapa? Aku jahat? Aku selingkuh? Nggakkan?"

"Iya! Aku tahu semua yang Jungkook ucapin ke kamu ketika di rumah sakit. Aku denger semuanya. Kamu nggak bisa lagikan nyangkal hubunganmu sama dia!"

"Nyangkal? Nggak usah konyol ya!"

"Dia bilang dia sayang sama kamu, iyakan?"

"Lalu apa itu masalah?"

"Kamu anggap itu bukan masalah? Apa kamu baik-baik aja dia bilang gitu ke kamu?"

"Tentu saja, setiap orang bisa katakan apapun yang dia mau, ke siapapun itu. Itu bukan masalah, Suga."

"Aku nggak nyangka, kalian menikungku dari belakang."

"Nikung apa, Suga! Aku sama dia sekarang nggak ada apa-apa."

"Sudahlah! Lagian aku juga nggak pernah sayang sama kamu, Mina. Aku nggak cinta sama kamu. Jadi, kita udahan aja."

"Nggak sayang? Pembohong! Kalau kamu nggak sayang, nggak cinta, lalu kenapa kamu pacaran sama aku? Kenapa!"

"Karena aku cuma jadiin kamu pelampiasanku."

"Apa kamu bilang? Pelampiasan!"

"Iya, apa kamu nggak denger yang aku ucapin. Kamu nggak lebih, hanya sebatas pelarianku!"

"Kamu jahat! Kamu jahat, Suga! Kamu jahat!"

Mina-pun meneteskan air matanya, dia nggak percaya sama apa yang Suga ucapin. Mina terduduk lemas tak berdaya di jalanan yang penuh salju itu. Dia menangis dengan tersedu-sedu. Dia tak mempedulikan orang yang menatapnya.

Tiba-tiba Suga tersadar dengan ucapannya tadi, "Mina, mina aku minta maaf. Maafin aku, aku nggak bermaksud ngomong gitu ke kamu."

"Udahlah! Aku nggak percaya, aku nggak percaya kamu lagi! Kamu bukan lagi Suga yang aku kenal. Kamu jahat!"

"Aku masih Suga yang dulu, kamu jangan ngomong gitu dong."

"Suga yang aku kenal nggak akan ngomong gitu ke aku, dia selalu mengatakan kalimat yang buat aku tersenyum. Dia nggak mungkin bilang putus segitu mudahnya!"

"Maafin aku, aku minta maaf Mina. Tapi,"

"Tapi apa? Tapi itu dulu! Iya! Oke, aku akan terima itu. Makasih buat semuanya. Maaf juga kalau aku nggak bisa jadi yang terbaik buat kamu selama ini."

"Aku akan berhenti, aku pergi." Ucap Mina lagi.

...

For A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang