40) Dia Ayahmu, Bukan Ayahku

206 17 15
                                    

"Kamu..."

Suga menghentikan ucapannya. Dia menatap tajam wanita di hadapannya ini.

"Kenapa? Ada apa?" Ucap Lisa padanya.

Suga terdiam, tidak berkutik sedikitpun bahkan dengan tegurannya.

Lisa terlihat sedikit kesal karena diabaikan. Dia menghembuskan nafas kesal, lalu kembali berbalik badan untuk melanjutkan langkahnya.

Bukannya nggak mau menanggapimu, tapi kamu tahu bukan?

Kalau mauku adalah IYA, aku pasti akan lakukan. Tapi kalau egoku telah berkehendak TIDAK, maka hal itu tidak akan pernah terjadi, Suga.

Diriku berniat untuk bersembunyi, tidak memperlihatkan siapa aku sebenarnya dihadapanmu, maka pasti akan aku lakukan.

Aku memang bukan wanita baik, dan sampai nanti aku akan tetap menjadi diriku yang seperti ini. Tapi aku adalah Lisa yang dewasa, bukan anak kecil lagi, seperti anggapanmu dulu. Aku akan jalani semua ini dengan normal, seperti tidak pernah terjadi apapun.

"Maaf kalau saya kurang sopan, tujuan saya kemari ingin mencari tahu tentang teman saya, yang dulu pernah tinggal di panti asuhan sekitar sini. Sekali lagi maaf." Teriak Suga padaku.

Aku tak menanggapinya sedikitpun, aku terus berjalan menuju rumah yang dulu adalah tempat tinggalku bersama keluarga kecilku. Namun sekarang, hanyalah tersisa aku dan ayah. Kita tinggal bersama di rumah tempat keluarga bahagia kami pernah kumpul bersama. Namun kau tahukan, itu dulu. Sekarang tidak lagi.

"Dia mau mencari tahu tentang siapa? Apa mungkin Mina?" Ucapku seorang diri.

Tanpa kusadari, ayah yang sedang duduk sambil memegang cangkir berisikan kopi, mendengar keluhanku.

"Ada apa? Mina kenapa?" Sahut ayahku.

"Oh, nggak pa-pa."

"Apa dia membahas wanita itu padamu?"

"Dia siapa?"

"Bukankah lelaki yang mengantarmu itu Suga? Dia teman dekatmu dulu-kan?"

"Ayah ingat dia?"

"Tentu saja ingat."

"Oh, iya, dia Suga."

"Gimana hubungan kalian?"

"Hah?"

"Apa kalian pacaran?"

"Kenapa tiba-tiba Ayah tanya gitu?"

"Ya nggak, Ayah cuma pengen tahu aja. Baguslah kalau kalian balikan lagi."

BALIKAN LAGI?

Aku aja nggak pernah pacaran sama dia, ayah dengan santainya bilang, BALIKAN LAGI.

Ini memang salahku, sejak aku dekat dengan Suga dulu, aku selalu bilang ke ayah kalau dia adalah kekasihku. Bagaimana tidak, kedekatan kami dulu tidak bisa dikatakan hanya teman biasa. Sahabat mungkin bisa, tapi aku nggak mau, aku mau ayah menganggapnya lebih dari sekedar sahabat untukku.

Lalu sekarang? Kebohongan apalagi yang harus kukatakan pada ayah. Haruskah aku berbohong lagi? Atau jujur saja?

Aku menghentikan semua lamunan konyol itu, lalu ku hampiri ayah.

"Ayah.." Ucapku memanggilnya, lalu melangkah mendekat.

Aku duduk disebelah ayah, lalu berkata, "Ayah, maafin aku ya."

"Kenapa minta maaf?" Ucap ayah.

"Selama ini aku udah banyak bohong ke Ayah."

"Iya tenang aja, Ayah udah nggak heran lagi. Ayah tahu kamu."

For A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang