Jessy

30.7K 770 11
                                    

Kasih tahu kalo ada typo!

***

Clarisa baru saja menyelesaikan ujian biologi di lab biologi. Ia hanya sendiri, karena hanya tinggal dirinya saja yang belum melakukan ujian. Sebab, jam pelajaran pertama hingga ketiga kosong dan tidak ada tugas, Clarisa memutuskan untuk melakukan ujian susulan. Tadi saat ia pergi ke lab, ia bersama dengan Cika. Sahabatnya itu memaksanya untuk mengantarkan dirinya menemui sang guru biologi yang mengajar di kelasnya, alasannya pun cukup sederhana, yakni tidak tega jika ia harus berjalan sendiri dengan keadaan kaki yang mengenaskan.

Dengan langkah pelan, ia mengumpulkan kertas jawaban dan soalnya di meja guru lalu berjalan keluar. Ia hanya menemukan sandalnya yang kiri, tidak dengan yang kanan. Memang, untuk lab biologi dilarang memakai sepatu atau sandal. Ia sendiri cukup bingung akan hal itu, setiap orang wajib melepas sepatu atau sandal, mungkin supaya tidak begitu susah untuk membersihkan ruangannya.

Clarisa melihat sekeliling, lalu menghentikan langkah seorang gadis. "Lo tadi di depan lab, kan? Lo liat sandal gue, nggak?" Memang, gadis yang diajaknya bicara itu tadi berada di depan lab cukup lama bersama dengan beberapa temannya yang lain. Lebih tepatnya beberapa anggota OSIS yang entah kenapa bisa berada di sana, yang jelas mereka tampak membawa beberapa tumpuk kertas dan sebuah laptop.

"Kayaknya tadi dimainin sama adik kelas, dilempar-lempar, terus masuk ke gudang. Dan kalo nggak salah, pas sandalnya masuk gudang, mereka malah kabur gitu aja,."

Clarisa mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Dengan langkah pelan, ia pergi ke gudang yang letaknya memang tak jauh dari lab biologi. Saat tiba di sana, ia terpaku dengan tangan kanannya yang kian mengerat yang memegang sandal kirinya. Ia berdecak saat melihat sandalnya berada di atas tumpukan bangku. Ia lebih memilih untuk mengambilnya sendiri daripada harus meminta bantuan orang lain mengingat dirinya yang sudah dibenci. Bertanya kepada gadis tadi cukup takut kalau-kalau bukan jawaban yang ia dapat, malah mendapatkan caci maki.

Penglihatan Clarisa menangkap sebuah bangku yang tampak kuat jika ia naiki, dan di sampingnya terdapat sebuah tongkat yang cukup panjang, mungkin bisa ia gunakan untuk meraihnya jika ia masih tidak menggapai. Perlahan, ia naik ke bangku itu. Ternyata cukup mudah, ditambah, ia hanya tinggal meraih saja sandal miliknya yang bergambar doraemon tersebut tanpa menggunakan tongkat.

"Lo ngapain?"

Clarisa yang cukup terkejut dengan suara yang tiba-tiba muncul di belakangnya membuat bangkunya sedikit oleng. Saat akan terjatuh ke belakang, orang yang mengejutkannya itu berusaha menahan beban tubuhnya, tapi itu tetap gagal sehingga membuat keduanya terjatuh dengan tubuh Clarisa yang berada di atas. Kejadian itu terjadi cukup cepat, Clarisa segera bangkit. Ia takut jika beban tubuhnya membuat orang yang ia tindih akan merasa kesakitan.

Setelah duduk tepat di samping orang yang ditimpanya, Clarisa menoleh untuk melihat kondisi orang tersebut dan mengabaikan kakinya yang bisa saja akan lebih parah karena kecerobohannya ini. Matanya membulat saat mengetahui jika orang itu adalah Rio. Cowok itu menatapnya kesal kemudian memilih untuk bangkit. Ia menatap pergerakan cowok itu yang berjalan ke sana kemari seolah mencari sesuatu. Setelahnya cowok itu mengambil sebuah bangku dan melangkah pergi begitu saja.

Terdengar helaan napas dari Clarisa. Gadis itu perlahan bangkit dengan cukup susah payah. Ia meraih bangku yang tadi sempat ia naiki. Posisi bangku itu sudah terjatuh gara-gara kesalahannya tadi. Segera saja ia mengembalikan bangku itu ke posisi semula lalu ia naiki. Setelah mendapat sandalnya, Clarisa segera pergi dari tempat yang penuh dengan debu tersebut. Ia harus segera pergi ke kelas daripada harus mendapatkan omelan Cika yang kini mungkin tengah mengkhawatirkan dirinya.

CLARIO✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang