Kasih tahu kalo ada typo!
***
Clarisa masuk ke perpustakaan dan menghampiri Pak Ridwan yang tampak sedang membereskan buku-buku. "Permisi, Pak. Saya mau membersihkan ruangan perpus," ucapnya.
Pak Ridwan menoleh dan segera bangkit sembari memakai tasnya. "Oh, Clarisa ternyata. Oh ya, ternyata anak-anak OSIS nggak bisa karena hari ini ada kumpulan mendadak. Jadi saya ganti mereka dengan salah satu anak yang sudah saya percaya. Eh, ternyata itu dia anaknya, baru aja jadi topik pembicaraan udah dateng aja."
Clarisa membalikkan tubuhnya, seketika ia melotot saat mengetahui jika pengawasnya adalah Rio. Ia sampai heran, kenapa akhir-akhir ini ia selalu berhubungan dengan seorang Rio Mahesa. Padahal rasa benci serta gondoknya kepada pria itu sudah tidak dapat diukur lagi. Namun, ia heran sekali kenapa banyak sekali gadis, atau bahkan guru-guru banyak menyukai pria itu seolah istimewa dan dapat diandalkan, padahal menurutnya itu sangatlah tidak.
"Yaudah, tolong ya Rio awasin Clarisa. Saya mau pergi, ada urusan sama guru-guru."
Rio mengangguk dan menyalami tangan Pak Ridwan dengan sopan. Setelah petugas perpustakaan itu pergi, ia menatap Clarisa. Kemudian tangannya ia angkat dan pada jari telunjuk dan jari tengah ia angkat dan mendekatkannya pada mata, setelahnya ia menggerakkannya menuju Clarisa yang menandakan ia seolah sedang mengawasi gadis itu.
Cowok itu kemudian duduk di bangku dan menatap Clarisa yang hanya diam sembari menatapnya. "Kenapa? Gue kelihatan ganteng banget?" tanya Rio yang terdengar sok percaya diri.
"Nggak, pede banget."
Rio hanya tertawa. Bergaya sok tampan di hadapan Clarisa seolah menjadi hobi dirinya semenjak ia mengenal gadis cerewet itu. Seolah hatinya mengatakan jika ada yang mengganjal jika belum bergaya seperti itu. Selain itu, ada hal lain yang disuka saat dirinya berdekatan dengan Clarisa, yakni membuat gadis itu marah dengan menjahilinya.
Rio menatap Clarisa yang tampak mulai menyapu ruangan yang cukup lebar itu sendirian. Sudah dapat dipastikan oleh Rio jika gadis itu akan merasa lelah. Padahal biasanya perpustakaan akan disapu oleh minimal dua orang. Akan tetapi Rio patut mengapresiasi Clarisa yang seolah merasa biasa saja dengan hukuman itu. Mungkin ia lebih menghargai lagi karena ia merasa ia tidak bisa menyapu. Mungkin bisa, tapi mungkin akan terlihat kaku, kalian bisa membayangkan sendiri bagaimana gambaran orang yang tidak bisa menyapu.
Dari pandangan Rio, tampak Clarisa yang mulai mengelap jendela. Ia sudah mulai bosan dengan hanya menonton Clarisa. Apalagi Clarisa hanya membersihkan ruangan, bukan memberikan pertunjukan seni kepadanya. Pada akhirnya Rio bangkit dan mengambil sebuah buku dan mulai membacanya.
"Lo emang nggak niat ya nunggu gue?"
Rio menatap Clarisa sekilas kemudian membaca buku kembali. Baru saja ia membaca satu paragraf, tiba-tiba buku yang ia bawa ditarik secara paksa. Ia mendongak, ternyata Clarisa, gadis itu tampak menatap Rio dengan raut wajah malas.
"Lo niat nggak sih ngawas-"
Rio lengsung menaruh jari telunjuknya di bibir Clarisa dengan gerakan yang cukup cepat. Ia terlalu malas untuk mendengar ocehan dari mulut Clarisa. Padahal tadi ia sedang fokus-fokusnya dengan buku yang tengah ia baca. Dan dengan mudahnya Clarisa datang dan mengambil secara paksa buku yang ia baca.
Clarisa menepis tangan Rio dan menatap pria itu tajam. "Lo kok malah enak-enakan baca, padahal sama Pak Ridwan lo disuruh buat ngawasin gue, kalo gue kabur gimana?"
"Lo nggak akan kabur, gue yakin itu," ucap Rio kemudian mengambil buku yang berada di tangan Clarisa.
Bolehkan Clarisa memukul Rio saat ini juga? Sebenarnya apa yang diucapkan oleh Rio ada benarnya. Pasti sangatlah bosan menunggu dirinya. Mungkin jika Clarisa sendiri yang menjaga akan tertidur. Namun, ia melakukannya karena entah kenapa merasa kesal sendiri jika Rio tidak memperhatikannya dan malah sibuk sendiri. Berbeda dengan orang lain, ia akan membiarkan orang itu berbuat semaunya, yang penting tidak mengawasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARIO✔️
Novela JuvenilFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA! TAMAT Dulu pernah berjudul: • Playboy Vs Playgirl • QUANDO *** Dia Rio. Laki-laki dengan wajah yang tampan. Perempuan mana yang tidak mau menjadi pacar seorang Rio Mahesa? Pria yang memiliki wajah yang sangat sempurna...