Pembicaraan

35.3K 849 35
                                    

Kasih tahu kalo ada typo!

***

Rio benar-benar dilingkupi dengan rasa bingung. Marah yang sedari awal berkobar tiba-tiba sirna begitu saja setelah mendengar ucapan dari Bima yang terus berulang diucapkan oleh kawannya itu. Ia menghela napas pelan. Sudah saatnya pulang sekolah, tapi ia masih belum meninggalkan area itu. Ditemani Bima, Rio masih betah berada di dalam kelas. Ia yakin jika sekolah saat ini sepi tanpa ia harus keluar kelas terlebih dahulu.

Pulang sekolah, Rio bukannya segera bangkit dan pulang, ia malah masih betah duduk di bangku. Bima yang tidak paham sempat menuntut jawaban atas tindakannya, akan tetapi pemuda itu memilih diam saat ia mengabaikan ucapan Bima seperti angin lalu. Dari tempat duduknya saat ini, ia nampak dengan jelas jika Bima tampak duduk di depan kelas sembari memainkan ponselnya. Cowok itu memilih untuk menemaninya tanpa ia minta sekalipun.

Perlahan, Rio memutuskan untuk bangkit. Suara decitan bangku membuat Bima teralihkan dari ponselnya. Cowok itu juga ikut berdiri dengan pandangan lurus menatap ke arahnya. Harus Rio akui jika Bima benar-benar kawan baiknya. Seharusnya saat ini Bima marah kepadanya, tapi sekarang lihatlah, cowok itu seolah melupakan ceritanya dan tetap mempertahankan sikap pedulinya. Tak peduli jika ia menjadi orang kedua yang mengetahui masalahnya dengan Clarisa, meskipun ia yakin jika pemuda itu kecewa terhadap dirinya.

"Pulang sekarang?" tanya Bima.

Rio terdiam sejenak. "Boleh," jawabnya singkat kemudian berjalan keluar kelas beriringan dengan Bima.

Sekolah sudah mulai sepi. Hanya beberapa anak yang masih berada di sekolah dengan berbagai alasan. Termasuk Rio. Langkah kakinya terasa sedikit berat saat melihat tak jauh di hadapannya berdiri Jessy. Gadis itu seorang diri dan tengah sibuk dengan tasnya. Ia sempat melirik Bima yang kini fokusnya juga pada gadis itu. Langkah kaki Rio terhenti begitu saja, Bima pun juga ikut melakukannya.

"Menurut lo, apa gue perlu ngomong sama dia?"

Seketika Bima menoleh. "Perlu gue bilang berapa kali lagi anjir, keras kepala banget lo jadi orang. Lo nggak ada bukti, kalo dia mengelak, lo nggak bakalan bisa nyalahin dia lagi. Bukti itu jadi nomor satu sekarang," ujarnya.

"Tapi masih ada kemungkinan nggak mengelak, kan?"

Ucapan dari Rio membuat Bima bungkam. Cowok itu tampak bingung harus menjawab apa. Rio tersenyum tipis, di sana, tak jauh darinya, Jessy masih berdiri di sana. Perlahan, ia melangkah untuk mendekat sembari memantapkan dengan apa yang ia lakukan saat ini. Di saat ia hampir dekat, gadis itu berjalan pergi hingga membuatnya mau tak mau memanggilnya.

Jessy menatap Rio dengan raut wajah heran. Di saat mereka sudah dekat, gadis itu tersenyum kemudian menyapa Rio. Tampak dengan jelas jikalau ia bingung dengan keberadaan Rio yang masih berada di sekolah di jam-jam saat ini. Ia berniat mengedarkan pandangan untuk melihat keberadaan Bima yang sering berada di sisi Rio, tapi belum sempat ia melakukannya, Rio lebih dulu memegang kedua pipinya.

"Lo ngapain?"

Pertanyaan dari Jessy membuat tangan Rio seketika turun. "Lo tumben belum pulang?" tanyanya setelah kedua tangannya beralih untuk memegang tali tas. Bukannya ia berniat menggoda Jessy atau apa, tapi ia tidak mau jika gadis itu melihat keberadaan dari Bima yang masih berdiri di sana.

"Lo juga kenapa belum pulang?" Bukannya menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Rio, Jessy malah bertanya kembali.

Rio terdiam, bingung harus menjawab apa. "Gue ... gue nunggu lo pulang." Karena bingung harus menjawab apa, pada akhirnya Rio memilih untuk menjawab demikian sebab kalimat itulah yang muncul pertama kali dalam pikirannya.

CLARIO✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang