Sakit

36.1K 849 13
                                    

Kasih tahu kalo ada typo!

***

Clarisa berjalan memasuki area sekolah. Ia baru saja diantar oleh papanya, meskipun tempat kerja pria paruh baya itu tidak melewati sekolahnya. Meskipun masih pagi, nyatanya kesialan menimpanya. Ia meringis kesakitan saat sebuah motor entah dengan sengaja atau tidak menyenggolnya hingga ia terjatuh. Kejadian di hari senin ini cukup menjadikan para siswa heboh. Clarisa menyibak sedikit rok yang ia kenakan, tampak lututnya terluka. Ia melihat ke arah pengendara yang juga terjatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangannya.

"Ris, lo nggak papa?"

Clarisa menoleh, ternyata Cika. Ia hanya mengangguk sebagai jawaban. "Nggak papa, kok. Cuman lutut sama tangan aja yang sakit," ujarnya meskipun ia masih ragu apakah ia bisa bangun atau tidak nanti.

"Loh, Ris. Bukannya itu Jessy ya yang nabrak lo?"

Clarisa melihat dengan saksama pengendara itu. Ternyata benar, gadis itu adalah Jessy. Ia tidak marah dengan gadis itu karena sudah menabraknya, mungkin karena ada masalah pada motornya, atau yang lain, entahlah. Matanya tak sengaja melihat kedatangan Rio, cowok itu sempat melihat ke arahnya. Namun, malah menghampiri Jessy dan membantu gadis itu. Ia menoleh ke Cika saat merasakan tangannya digenggam lembut. Kedua sudut bibirnya tertarik sehingga membuat sebuah senyuman.

"Bantuin gue berdiri, Cik."

Cika mengangguk. Dengan penuh hati-hati Clarisa bangkit dengan bantuan Cika. Mungkin jika tidak ada sahabatnya itu, sudah dapat dipastikan jika ia tidak bisa bangun. Ia cukup malu untuk meminta bantuan kepada orang lain. Setelah ia berdiri dengan sempurna, Cika memposisikan dirinya di kanan Clarisa dan memapah tubuh gadis itu dengan hati-hati.

Clarisa dituntun Cika menuju kelas. UKS memang sudah buka, hanya saja jarak yang harus ditempuh cukup jauh, jadi rencananya Cika akan mengantar Clarisa terlebih dulu, lalu pergi ke UKS untuk mengambil kotak P3K guna mengobati luka milik sahabatnya itu. Saat berada di ambang pintu kelasnya, langkah Clarisa dan Cika terhenti saat mereka berpas-pasan dengan Abraham. Cowok itu menatap kedua gadis di hadapannya bergantian.

"Ini ada apa?" tanya Abraham.

"Nggak papa, kok. Cuman jatuh doang," ujar Clarisa dan memasuki kelas dengan masih dituntun oleh Cika.

Saat Clarisa sudah duduk di bangkunya, gadis itu dihampiri oleh hampir teman sekelasnya untuk ditanyai kronologi kejadian yang menimpanya tadi. Cika tidak bisa berbuat apa-apa, gadis itu ditarik oleh beberapa anak karena merasa dihalangi untuk melihat kondisi Clarisa. Kini Cika hanya bisa menghela napas berat, gadis itu memilih untuk pergi ke UKS.

Sedangkan Clarisa hanya menahan rasa ngilu di lututnya. Teman-temannya yang seolah tidak memperhatikan kondisinya berusaha mengerubunginya, bahkan meja yang tadinya berjarak cukup jauh kini mulai mendekat. Semua temannya bertanya mengenai kronologi kejadian, hingga tidak menyadari raut wajahnya yang mulai merasa kesakitan. Mungkin jika saat ini Clarisa tengah berada di rumah, sudah dapat dipastikan jika ia akan menangis sembari memanggil mamanya.

"Kalian bisa minggir sebentar? Gue mau ngobatin Clarisa."

Cika kembali dari UKS merasa teman-temannya semakin agresif mencecar Clarisa dengan berbagai macam pertanyaan. Cika mendekati Abraham yang berusaha membubarkan teman-teman sekelasnya yang masih mengerubungi Clarisa. "Kayaknya usaha lo nggak bakalan berhasil," ujarnya.

Abraham menoleh. "Ya terus gimana lagi?"

Cika menggeleng perlahan. "Biar gue keluar kelas dulu, siapa tau ada guru yang kebetulan lewat," ujarnya dan diangguki oleh Abraham.

CLARIO✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang