Kasih tahu kalo ada typo!
***
Clarisa menatap beberapa lembar kertas di tangannya yang tampak sudah kucel. Ia menghela napas kemudian meraih ponsel miliknya yang ia letakkan di loker meja. Tangannya dengan lincah menghapusi semua pesan dari nomor asing dan beberapa nomor orang yang ia simpan karena telah mengolok-oloknya. Semenjak kejadian di mading tadi, Clarisa mendapatkan bully melalui pesan pribadi, bahkan di kelas pun ada beberapa anak yang secara terang-terangan mengatainya "JALANG".
"Nih, pesenan punya lo," ucap Cika sembari menyerahkan semangkuk bakso. "Gue nggak beliin air, jadi ini ada duit sisanya, tadi gue bawa dari rumah, lo minta punya gue aja." Cika merogoh saku seragamnya lalu mengeluarkan uang milik Clarisa.
Clarisa mengangguk kemudian menaruh ponselnya ke saku seragamnya. Ia lalu mengambil mangkuk berisi bakso tersebut lalu menyantapnya. Sakit hati juga butuh makan. Meskipun jika diresapi lagi pasti Clarisa akan menangis. Namun, gadis itu harus terlihat kuat supaya ia tidak dianggap lemah, tapi itu terasa sulit, apalagi hampir semua orang di sekolah ini membenci dirinya.
"Ris, gue tadi pas ke kantin banyak banget anak yang jelek-jelekin lo. Kok bisa segitunyasih, Ris?"
"Gue juga nggak paham. Hape gue geter mulu, banyak banget anak yang nge-chat gue, udah berkali-kali gue hapus, masih ada aja yang muncul. Kira-kira siapa ya dalangnya? Gue akui kalo yang nggak suka gue itu banyak, cuman kok baru kali ini ngehujatnya? Bahkan mereka sampe nggak kira-kira Cik chat gue."
Cika menaruh sendoknya dan menatap Clarisa. "Tunggu, deh. Lo masih inget nggak kejadian tadi di depan mading? Coba lo inget-inget, tadi kan di sana ada Rio. Kayaknya lo ada masalah deh sama tuh cowok, kelihatannya dia lagi mode marah sama lo."
Clarisa menaruh sendok dan garpunya kemudian mencoba mengingat-ingat kejadian tadi. Ada benarnya ucapan dari Cika. Cowok itu seolah dalam mode marah terhadapnya. Bahkan aura milik Rio yang biasanya muncul tadi seolah sirna. Apa jangan-jangan Rio ada masalah dengannya? Tapi apa kalau ada? Ia rasa kemarin tidak mengatai cowok itu menggunakan umpatan-umpatan yang kemungkinan bisa menyakiti hati Rio.
"Tapi kemarin dia masih biasa aja deh, Cik. Kan dia yang ngebantuin Mama."
"Iya juga."
Clarisa kembali meraih garpu dan sendoknya dan melanjutkan makannya. Begitupun dengan Cika. Keduanya kembali larut dalam kegiatan masing-masing. Setelah keduanya selesai makan, Cika kembali ke kantin untuk mengembalikan alat makan yang dibawanya dari kantin. Di kelas kini hanya Clarisa. Murid-murid kelas 11 IPA 4 saat waktu istirahat masih panjang, lebih memilih untuk berada di luar kelas, baru saat istirahat akan berakhir kurang lebih lima menit, mereka akan kembali ke kelas.
"Udah makan, Ris?"
Clarisa yang tadinya fokus pada ponsel langsung menoleh dan mendapati Abraham. Ia tidak mendengar suara langkah kaki cowok itu, mungkin saking fokusnya pada ponsel. Ia mengangguk sebagai jawabannya. "Udah, tadi Cika barusan keluar buat ngembaliin mangkuk. Kok lo tumben ke kelas? Padahal anak-anak yang lain belum pada ke sini."
"Udah selesai makan, terus ngelihatin kantin nggak nemu lo, jadinya ke sini."
Alis kiri Clarisa terangkat. Namun, kemudian ia memilih untuk tersenyum. Ia kembali memainkan ponsel, berharap mendapatkan sebuah pesan yang berupa kata-kata penyemangat untuknya setelah adanya masalah tadi. Namun, harapannya pupus seketika, tidak ada pesan semangat. Bahkan di Instagram miliknya yang sudah memiliki sekitar dua ribu pengikut sekarang mulai berkurang. Namun, notifikasi dari Instagramnya cukup ramai hanya berisi komentar jahat dari banyak orang. Kini ia tau siapa orang yang benar-benar berteman dengannya tanpa ada unsur paksaan atau hanya memanfaatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARIO✔️
Dla nastolatkówFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA! TAMAT Dulu pernah berjudul: • Playboy Vs Playgirl • QUANDO *** Dia Rio. Laki-laki dengan wajah yang tampan. Perempuan mana yang tidak mau menjadi pacar seorang Rio Mahesa? Pria yang memiliki wajah yang sangat sempurna...