Kasih tahu kalo ada typo!
***
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar lima menit yang lalu, akan tetapi baik Clarisa maupun Cika baru saja keluar dari kelas karena belum menyelesaikan materi matematika yang dicatat oleh Pak Cahyo di papan tulis. Kedua gadis itu berjalan beriringan menuju tempat mereka menunggu jemputan datang. Setibanya di sana, belum ada tanda-tanda salah satu dari mereka akan dijemput. Kini mereka memilih untuk berdiri di bawah pohon, untuk menutupi terik matahari yang seolah masih senang membuat para makhluk hidup yang berada di bawahnya merasa kepanasan.
Sebuah motor berhenti tepat di depan kedua gadis itu. Sang pengendara membuka helmnya kemudian memasang senyum terbaiknya. Terdengar teriakan histeris dari Clarisa, gadis itu langsung memeluk tubuh cowok itu hingga sempat membuat motor yang masih ditumpangi olehnya sedikit oleng, beruntungnya kendaraan beroda dua itu masih dapat diseimbangkan.
"Kakak baru aja dateng, ya?"
Cowok itu menggeleng kemudian menyerahkan helm ke Clarisa. "Dari jam sembilan pagi, tadi sebenarnya yang mau jemput kamu itu Mama. Cuman tadi Mama masih baru pulang dari rumah temen, jadi Kakak aja yang jemput kamu," jawabnya kemudian merapikan rambut Clarisa yang tampak sedikit berantakan.
Clarisa mengangguk paham kemudian menarik tangan Cika hingga membuat sahabatnya itu berteriak karena cukup terkejut. "Kak, katanya ada yang kang-"
Ciko menatap kedua gadis itu dengan raut penuh tanda tanya, cowok itu menatap seorang gadis yang tampak membisikkan sesuatu di telinga Clarisa serta kaki gadis itu yang tampak menginjak sepatu adiknya. Ia hanya tertawa kemudian menggeleng, setelahnya ia memakai helmnya kembali dan menatap kedua gadis itu secara bergantian.
"Ris, kamu pulang apa, nggak?"
Clarisa menoleh kemudian mengangguk dengan cepat. Gadis itu kemudian memakai helm yang tadi diserahkan Ciko padanya. Sebelum naik ke motor Ciko, Clarisa terlebih dahulu menatap Cika seolah menggoda sahabatnya itu, ia bahkan masih sempat untuk mengedipkan sebelah matanya.
"Gue duluan, Cik," ucap Clarisa setelah motor yang dinaikinya mulai melaju.
Clarisa mendekatkan tubuhnya pada tubuh kakaknya kemudian memeluk tubuh cowok itu. Mungkin jika ada orang yang tidak mengenal mereka pasti akan dikira memiliki status pacar. Ciko yang diperlakukan seperti itu hanya tertawa dan mengelus lembut punggung tangan adiknya yang kini tengah bertengger di perutnya.
"Kamu tadi ngomong apa aja sama temenmu tadi? Kok kayaknya dia nggak suka kamu mau ngomong sesuatu sama Kakak, emang masalah penting banget, ya?"
Clarisa menggeleng walaupun ia tahu jika kakaknya tengah fokus pada jalan dan tidak tahu pasti apa yang ia kerjakan di belakang. Gadis itu kemudian melepaskan pelukannya pada tubuh Ciko. "Nggak kenapa-napa kok, Kak. Nggak penting sih kalo menurut aku, tapi belum tahu kalo menurut dia," ujarnya kemudian tertawa.
Ciko ikut tertawa. Padahal ia tidak tau letak humor dari Clarisa. Ia pikir adiknya ini terlalu banyak tertawa, dan mungkin memiliki humor yang rendah. Atau mungkin humornya yang terlalu tinggi, entahlah.
Baiklah, lupakan soal Ciko. Kini mereka telah tiba di rumah dengan kondisi selamat. Clarisa segera turun dan masuk ke rumah setelah ia memberikan helm kepada kakaknya. Gadis itu berlari menuju kamarnya lalu melempar tasnya di atas ranjang. Tangannya meraih ponsel dan segera mencari kontak Cika untuk ia kirimi pesan.
Clarisa Deviani: Kapan lo mau main ke sini? Keburu Kakak gue balik lagi ke habitatnya
Setelah mengirimkan pesan singkat itu, Clarisa segera melangkah menuju almari dan mengambil baju ganti. Setelahnya ia melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri karena memang tubuhnya perlu dibersihkan setelah ia sibuk berada di sekolah yang cukup melelahkan serta memang ini kebiasaan dari Clarisa jika pulang dari sekolah.
***
Clarisa melangkah menuju ruang makan. Suasana makan kali ini lebih ramai daripada biasanya. Rumah memang akan terasa ramai jika ada Ciko yang pulang. Papanya tentu saja yang merasa senang karena ia akan memiliki teman ngobrol untuk sesama laki-laki.
"Oh ya, Ciko. Kapan kamu balik lagi ke sana?"
Clarisa memberhentikan makannya dan menatap ke Ciko yang tampak sedang menelan makanannya. Udahlah, Ma. Jangan nanya begituan, lagipula Kakak baru dateng, jarang-jarang dia pulang. Pulang kalo waktu libur doang. Nah, mumpung dia pulang, lebih baik kita habisin waktu bareng-bareng."
Mama Clarisa tampak menggeleng, wanita itu lalu menambahkan lauk ke piring Clarisa dan membuat gadis itu senang bukan main dan melupakan Ciko seketika karena mendapatkan lauk kesukaannya. Ia lalu menatap anak sulungnya yang tampak kembali fokus makan, kedua sudut bibirnya membentuk senyum kecil.
"Kayaknya aku nggak lama di sini, Ma. Kasihan sama kuliah aku kalo kelamaan di sini," ucap Ciko dengan tiba-tiba.
Clarisa menoleh kemudian mengerucutkan bibirnya. "Yah, kok cuman sebentar. Padahal aku masih mau lama-lama sama Kakak, nggak ada temen," ucapnya dengan nada yang terdengar cukup geli di telinga keluarganya.
Ciko tertawa lalu mengusap kepala Clarisa dengan lembut. Yang diperlakukan seperti itu hanya diam kemudian melepaskan tangan kakaknya dan kembali melanjutkan makannya yang hanya tinggal sedikit. Setelah selesai makan, Clarisa kemudian bangkit dan mencuci peralatan makan yang baru saja ia gunakan.
"Aku mau ke kamar, mau belajar kalo nggak males," ucap Clarisa kemudian tertawa.
Sebelum mendapatkan pelototan dari sang mama, Clarisa memilih untuk berlari menuju kamarnya. Saat ia berada di ruangan itu, kakinya mengayun menuju meja belajarnya. Ia lalu mengambil sebuah buku biologi dan mulai membacanya. Namun, baru sepuluh menit ia membaca, ia sudah bosan dengan materi yang dijelaskan di buku itu. Ia memilih untuk menutupnya dan menatap buku itu dengan raut wajah malas. Ia terlalu malas untuk mempelajari sesuatu hal yang perlu banyak menghapal.
"Clarisa, Kakak boleh masuk?"
Clarisa menoleh pada pintu kamarnya. Ia kemudian bangkit dan melangkah mendekat ke pintu kamar dan membukanya. Tampak Ciko yang tengah tersenyum dengan membawa dua gelas coklat panas, kebiasaan dari kecil yang Ciko lakukan kepada adiknya itu. Cowok itu menyerahkan salah satunya ke Clarisa dan diterima dengan senang hati oleh sang adik. Keduanya masuk ke kamar dan duduk berdampingan di atas ranjang.
"Lagi belajar, ya?" tanya Ciko sembari menatap meja belajar Clarisa yang cukup berantakan dengan beberapa buku yang tampak terbuka.
Clarisa mengangguk kemudian menggeleng. "Niatnya sih begitu, cuman nggak bisa fokus," jawabnya kemudian menyeruput pelan coklat panas miliknya.
Ciko tertawa kecil kemudian mencubit pipi Clarisa. "Katanya waktu itu mau diet, kok kayak masih sama aja dari sebelumnya?"
Clarisa menoleh kemudian mengerucutkan bibirnya. "Kak, jangan omongin itu, dong," kesalnya.
***
Yaampun, wah gila, ini ceritanya gaje banget. Tapi aku dapat semangat dari salah satu pecinta QUANDO, dia DM aku, jadi kita saling bales dan hal itu yang buat aku jadi pengin cepet selesaiin cerita ini. Beberapa akhir ini aku pengin banget open follback lagi. Dulu aku open follback di Wattpad sama Instagram, dan rasanya kok pengin banget. Jadi rencananya kalo mau aku follback gampang banget, kalian tinggal follow akun Instagram sama Wattpad aku. Bukan cuman itu aja sih, aku juga kepengin ngasih nomor WhatsApp buat kalian yang ikut, ya itung-itung nambah kontak, haha.
Buat kalian yang nggak mau aku follback bisa follow akun Instagram aku @dicosuuu, bisa kok kalo sekalian sama Wattpad-nya, biar nambah pengikutnya. Aku tunggu partisipasi kalian buat cerita ini dengan cara vote dan komen.
Makasih😊
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARIO✔️
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA! TAMAT Dulu pernah berjudul: • Playboy Vs Playgirl • QUANDO *** Dia Rio. Laki-laki dengan wajah yang tampan. Perempuan mana yang tidak mau menjadi pacar seorang Rio Mahesa? Pria yang memiliki wajah yang sangat sempurna...